Share

Bab 132

Author: Ghea
Rexa baru saja keluar dari ruang kelas ketika di perjalanan dia bertemu dengan Hartono, dosen farmakologi di kampus. Usianya sudah lebih dari 50 dan bagian depan kepalanya sudah botak sebagian. Namun, dia belum menyerah.

Hartono selalu membawa sisir ke mana-mana, dan setiap kali tidak ada yang memperhatikan, dia akan menyisir rambutnya beberapa kali, berusaha menutupi bagian yang botak dengan sisa rambut yang sangat sedikit itu.

Begitu melihat Rexa, dia langsung menghampiri dengan senyum yang merekah. "Pak Rexa, baru selesai ngajar ya?"

Rexa menghentikan langkahnya, lalu mengangguk singkat. "Pak Hartono."

"Mau balik ke kantor?"

"Iya."

Hartono sangat ramah. "Pak Rexa ini memang luar biasa rajin. Walau belum lama di sini, saya lihat baik dosen lain maupun mahasiswa sangat memuji Anda."

Rexa menjawab dengan rendah hati, "Saya hanya menjalankan tanggung jawab saya sebagai dosen. Justru dedikasi Pak Hartono yang lebih patut kami teladani."

Meski tahu itu hanya basa-basi, dipuji oleh orang s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iin Iin
bukan kesan lagi pak, Arlina itu istri ny Rexa..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 280

    Begitu melihat Arlina tersenyum, Rexa pun mengendurkan alisnya. Dia berujar, "Aku cium beberapa kali lagi, ya? Rasanya sudah lama nggak menciummu."Nada bicara Rexa terdengar seperti membujuk. Wajah Arlina seketika terasa panas. Rexa sudah menciumnya berkali-kali, tetapi malah bilang belum menciumnya.Arlina sengaja mencari alasan. Katanya, "Pintunya belum ditutup. Ada orang.""Kalau begini, mereka nggak akan lihat," balas Rexa. Dia membaringkan Arlina di atas sofa. Sandaran sofa pas sekali menutupi sosok mereka berdua.Arlina berbaring di atas sofa. Rexa menekuk lututnya dan berjongkok di samping Arlina, lalu menciumnya. Ciuman ini penuh cinta dan kerinduan. Terasa kelembutan yang hangat. Bibir dan lidah mereka berdua saling bertaut. Dua tubuh yang berpelukan erat seakan-akan menyatu.Arlina merasa hatinya seperti diselimuti dengan hangat. Namun, di lubuk hatinya yang terdalam masih terasa ada yang kurang.Kala ini, terdengar langkah kaki yang mendekat."Pak Rexa, Bu Arlina," panggil

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 279

    "Kamu sudah beri tahu hal ini sama istrimu?" tanya Andrew."Belum." Rexa diam sejenak sebelum melanjutkan, "Aku akan beri tahu dia setelah ada kabar darimu. Biar nggak ...."Andrew tahu apa maksud perkataan Rexa yang belum selesai itu. Dia menimpali, "Oke. Akan kucoba.""Maaf merepotkanmu," ucap Rexa."Nggak apa-apa," sahut Andrew.Lantaran jaraknya jauh, Arlina sama sekali tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh Rexa. Namun, dia bisa merasakan pandangan Rexa sesekali tertuju padanya. Rasanya seperti hal yang Rexa bicarakan itu menyangkut dirinya.Selain itu, Rexa tidak pernah menghindari Arlina saat menjawab telepon. Kali ini, dia menghindar sejauh itu.Melihat Rexa yang mengakhiri panggilan dan berjalan ke arahnya, Arlina memaksakan senyuman sambil bertanya, "Telepon dari siapa?""Andrew," jawab Rexa dengan jujur.Arlina memiringkan kepalanya. Dia menatap Rexa sembari bertanya lagi, "Apa yang kalian bicarakan?""Cuma bicarakan hal biasa. Tanya kabar sekalian beri tahu dia bayi

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 278

    Arlina juga pergi menjenguk Friska. ICU memiliki waktu kunjungan yang sudah ditetapkan. Dia mengenakan pakaian pelindung sebelum masuk. Kepala Friska dibalut perban. Tubuh Friska memang tertutup selimut, tetapi pasti banyak luka.Friska bukan hanya mengalami banyak patah tulang di sekujur tubuhnya, otaknya juga pendarahan. Itu sebabnya, dia masih tidak sadarkan diri. Namun, untungnya beberapa hari ini darahnya perlahan terserap oleh tubuh."Friska," panggil Arlina dengan nada rendah. Dia hendak menyentuh ujung jari Friska yang dipasang gips, tetapi pada akhirnya dia menarik tangannya kembali."Semua orang sedang berjuang demi kasusmu. Kamu juga harus kuat dan bertahan. Kalau bisa melewati ini, kamu akan menjalani hidup baru."ICU dipenuhi suara mesin. Begitu Arlina selesai berbicara, dia melihat ujung jari Friska sedikit bergerak. Melihat ini, dia tersenyum sambil berlinang air mata.Setelah keluar dari ICU, Arlina melihat Rexa berdiri di jendela ujung koridor. Tatapannya tertuju ke ar

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 277

    Arlina tidak menyangka selama dirinya pingsan, Rexa sudah menangani begitu banyak hal.Rexa tampaknya mengerti isi pikiran Arlina. Dia lanjut menjelaskan, "Semua ini sedang ditangani Ayah dan Ibu. Waktu itu, aku sudah nggak punya tenaga lagi untuk mengurus hal lain."Tatapan Arlina berkaca-kaca. Dia duduk di ranjang, lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dan memeluk Rexa.Rexa menepuk-nepuk punggung Arlina dengan lembut sambil berkata, "Kondisi keluarganya Friska nggak baik. Ayah dan Ibu sudah menanggung biaya pengobatannya dan Frans."Arlina menggigit bibirnya dengan pelan, lalu berujar dengan sedikit kesal, "Bajingan seperti Frans itu buang-buang sumber daya saja kalau hidup."Rexa sedang memeluk Arlina. Sorot matanya menggelap di sisi yang tidak terlihat oleh Arlina. Katanya, "Nggak. Dia harus tetap hidup. Selama dia masih bernapas, hukuman Friska bisa dikurangi. Pas sekali biar dia rasakan gimana rasanya nggak bisa hidup, tapi juga nggak bisa mati.""Aku mau jenguk Friska,"

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 276

    Rexa melihat Arlina meneteskan air mata tanpa bersuara. Tangan yang awalnya merangkul pundak Arlina mulai mencubit ujung telinganya dengan lembut.Rexa berujar, "Bayinya lebih kuat dari yang kita bayangkan. Begitu lahir, dia sudah bisa melewati ambang hidup dan mati. Kelak, dia pasti akan jadi orang yang sangat hebat."Semua yang dikatakan Rexa hanya kata-kata penghiburan. Arlina justru membalas dengan sungguh-sungguh, "Aku cuma berharap dia bisa sehat dan selamat.""Pasti," ucap Rexa mencium kening Arlina.Sentuhan Rexa membuat kegelisahan di hati Arlina jauh lebih tenang. Sejak Arlina siuman, Rexa terus menjaga perasaan Arlina dan menghiburnya. Rexa seperti perahu di tengah lautan yang sunyi, menopangnya dengan stabil dan memberinya tempat bersandar.Namun, Arlina malah melupakan bahwa Rexa adalah ayah dari anaknya. Selama dia pingsan, Rexa yang menanggung segalanya.Arlina menengadah menatap dagu Rexa. Keadaan Rexa saat ini tidak lebih baik dibandingkan saat neneknya meninggal."Ada

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 275

    Arlina merasa dirinya kembali bermimpi panjang. Berbeda dengan waktu Tara pergi, kali ini dia berdiri di tengah kabut, putih pekat hingga tak ada apa-apa di sekelilingnya. Hanya suara tangisan bayi yang terdengar di telinganya.Dia berdiri kebingungan, sampai suara tangisan itu makin lama makin jauh, membuat hatinya panik."Bayiku ....""Bayiku ...."Arlina mengikuti arah suara itu, berlari sambil air matanya terus jatuh.Arlina terbangun sambil menangis, matanya terbuka. Melalui pandangan yang masih kabur oleh air mata, yang terlihat hanyalah langit-langit putih serta wajah Rexa yang tampak sangat lelah. Dia bahkan belum sempat mencukur, kumis hitam tumbuh di dagunya.Karena mimpinya barusan, ditambah perasaan bahwa beban di perutnya berkurang, air mata Arlina langsung bercucuran saat matanya terbuka."Arlin." Rexa menyadari Arlina sudah bangun dan menangis begitu hebat. Dia pun menunduk, lalu mencium matanya dengan penuh kasih sayang. "Bayi kita selamat, dia ada di ruang bayi."Suara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status