Share

#005 Kejutan yang Lain

Author: aisakurachan
last update Huling Na-update: 2025-07-03 08:23:58

Hinaan yang didengar Bree berbeda.

Dulu Bree mendengar hinaan tentang penampilannya yang kumuh, maka sekarang dia mendengar hinaan tentang sikapnya yang tidak sopan. Perbedaan yang hanya menegaskan jika Irene memang bertekad untuk tidak menerimanya.

Orang yang ingin membenci akan selalu menemukan alasan untuk membenci.

Meski sudah berusaha untuk memperbaiki, nyata adanya Irene tetap menemukan sesuatu untuk dicela dari diri Bree

“Maafkan saya, Lady Irene. Tapi kemarin kami menghadapi sedikit halangan di jalan, karena itu baru sampai di sini saat tengah malam. Saya rasa Anda sudah tidur saat itu. Akan sangat tidak sopan jika saya mengganggu tidur anda bukan? Jika Anda kurang tidur, bisa-bisa Anda menjadi sakit nanti.”

Bree bisa mengakhiri kalimatnya pada ucapan memberi salam tengah malam adalah tidak sopan, tapi sengaja menambahkan jika soal sakit. Dengan begitu Irene tidak punya balasan yang cukup pintar. Alasannya memperlihatkan seolah Bree peduli padanya. Alasan yang manis.

Irene memang diam dengan bibir berkerut setelahnya. Lalu kembali mengamati Bree, tentu untuk menemukan bahan kecaman yang lain.

“Hmph! Dan lihat apa yang kau pakai? Gaun itu tua bukan? Untuk apa masih kau pakai? Kau akan mempermalukan Valois jika berpenampilan seperti itu.”

Itulah hinaan yang lebih mirip dengan apa yang didengar Bree dulu. Bedanya dia tidak menghina soal wajah lagi. Hanya gaun.

Bree meremas bagian samping gaunnya dengan erat, saat dia membungkuk, saat dia berusaha tersenyum, tidak mungkin menunjukkan luka.

“Saya pastinya masih harus banyak belajar tentang Valois dan segala standarnya. Saya mungkin akan lebih bisa menyesuaikan diri, seandainya saja pernikahan ini tidak terburu-buru seperti keinginan Radford.”

Bree tak mau meminta maaf, dan mengalihkan kesalahan pada Rad, memang dia yang memburu agar pernikahan ini dipercepat sejak awal perjodohan.

Hal yang membuat Bree tidak bisa menyiapkan apapun, tapi dengan waktu lebih pun, dia tidak akan bisa mengubah koleksi gaunnya.

Uang akan datang ke Le Mans setelah pernikahan, bukan sebelum.

Ayahnya sudah menghabiskan banyak uang untuk membuat gaun pengantin sutra mahal itu. Bree tidak ingin ayahnya menghabiskan lebih banyak uang lagi untuk dirinya.

Gaun pengantin itu adalah usaha terakhir ayahnya untuk memperlihatkan jika Le Mans sejajar dengan Valois dan pantas. Jelas menurut Irene masih kurang pantas.

Hal ini seharusnya dibicarakan Rad dengan ibunya sebelum melakukan pernikahan. Tapi sepertinya Rad tidak melakukan pernikahan ini dengan izin ibunya. Bree punya tebakan kenapa bisa seperti itu.

“Kau seharusnya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk keadaan apa pun, bukan hanya karena akan menikah.” Celaan lanjutan dari Irene, yang membuat telinga Bree panas.

“Putri seorang Duke seharusnya tahu tentang ini, tanpa perlu diingatkan. Kau hanya mempermalukan kami.” Kali ini Blanche yang menambahkan hinaan.

“Aku tahu soal itu, Blanche.” Bree senang Blanche ikut menyahut. Dia bisa berbicara lebih bebas padanya.

“Yang tidak aku tahu adalah kenyataan jika ternyata keluarga Valois sangat mementingkan penampilan dan gaun. Aku kemarin berharap keluarga Valois yang tersohor lebih mementingkan kepintaran dan kecakapan. Atau mungkin menilai wajah paling tidak, tidak sampai detail kekayaan. Valois yang kaya seharusnya tidak perlu menilai uang orang lain lagi,” lanjut Bree, dengan perkataan yang sedikit kejam.

“Berani sekali kau!”

Irene berseru marah, sementara Bree hanya tersenyum padanya. Kemarahan itu berarti dia memenangi perang kecil urat syaraf itu.

Dia memang sudah menghina Valois dengan menggunakan topik pembicaraan Irene dan Blanche.

Bree menyebut wajah karena percaya diri mempunyai wajah yang lebih unggul daripada Blanche. Sebenarnya, bukan sifat Bree untuk membandingkan wajah dengan siapa pun, dan Blanche tidak buruk rupa sebenarnya.

Tapi Bree butuh menjadi kejam saat ini. Mereka berdua harus dilawan dengan mulut brutal. Menjadi lunak dan baik tidak membawa Bree kemanapun.

Terutama melawan Irene, Blanche kadang masih terlihat segan, tapi racun sikap ibunya membuat Blanche bisa berkata kejam terkadang, dan Bree tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

“Kau memang tidak memiliki sopan santun rupanya! Berani sekali kau menghina Valois?!” Bentakan Irene masih berlanjut.

Dia ingin melanjutkan perang ini, dan Bree menerima dengan senang hati.

“Saya akan sopan saat suasana sedang sopan. Saya akan kasar jika suasana memang kasar.” Bree menyahut kalem.

“Apa ini cerminan dari Donovan? Oh... Aku rasa tidak. Ini adalah cerminan dari ibumu yang rupanya berasal dari kelas rendah itu!”

Pukulan keras, tapi Bree sudah siap. Cepat atau lambat Irene pasti akan memakai fakta itu untuk menghinanya.

Fakta jika ibunya bukan kaum bangsawan. Ayahnya menikahi ibunya yang merupakan seorang pelayan setelah istri pertamanya meninggal, yaitu ibu dari Amber.

Itulah kenapa Irene kecewa padanya. Amber lebih cocok untuk masuk ke keluarga Valois menurut Irene.

Perkataan yang melukai Bree dulu, dan sekarang masih, tapi Bree punya senjata lain untuk menepis sakit hati itu.

“Mungkin ibu saya bukan bangsawan, tapi ayah menikahinya, dan saya resmi menjadi Donovan. Tidak seperti seseorang yang seharusnya bukan Valois, tapi mengaku Valois.”

Bree tersenyum sangat manis, memandang Irene dan Blanche. Wajah Irene pucat pasi, sementara Blanche terlihat menunduk dan mundur di belakang ibunya.

Orang yang dibicarakan Bree tentu saja Blanche

Dia bukan anak dari ayah Radford. Duke Valois yang sebelumnya, juga menikah lagi dengan Irene setelah Ibu Rad meninggal, dan Blanche adalah putri dari suami Irene yang dulu.

Blanche tidak berhak menerima nama Valois, tapi menggunakannya sampai saat ini karena memang tidak banyak yang tahu tentang ini. Bree awalnya mengira Irene ibu kandung dari Rad, dan banyak orang seperti itu.

Dulu Bree mengetahui keadaan ini dari Benjamin, dan berbelas kasihan pada Blanche. Tapi tidak sekarang.

“Dari mana? Kau tahu…”

“Lady Valois, maaf. Saya sudah lapar, dan sarapan akan menjadi dingin jika kita terus  bicara.”

Bree tidak mungkin menjawab pertanyaan itu, dan Irene jelas tidak mungkin lagi bisa mengeluarkan hinaan lain.

Pengetahuan Bree soal rahasia itu, jelas membuatnya berada di atas angin. Irene mati kutu, dan terheran-heran.

Bree kini duduk, lantas mengulurkan kedua tangan pada Aima, yang dengan terburu-buru mengambil mangkuk berisi air dari meja.

Wajah Aima terlihat tegang saat mencelupkan jari-jari Bree ke dalam air, sambil menggosoknya pelan.

Bree masih tidak bicara. Setelah tangannya kering, dia mengambil potongan roti dan daging bacon yang ada di meja. Makan dengan damai.

Irene dan Blanche yang telah duduk di sisi meja yang lain, juga terlihat mengambil makanan, tapi tidak mungkin akan bisa mengunyah dengan damai.

Bisa menelan saja, sudah cukup bagus untuk mereka.

***

Bree masih makan, dan menikmati kemenangannya, sama sekali tak melihat sesosok tubuh dengan mata berwarna hazel yang menatapnya dari balik pagar pembatas lantai dua.

Mata itu tak lepas memandang Bree.

“Itu tadi istriku?” Rad bertanya pada Camphy yang ada di belakangnya.

“Benar, Your Grace. Itu Duchess.”

Pertanyaan itu sebenarnya tidak butuh jawaban, hanya ekspresi rasa terkejut saja. Tapi wajah Rad yang tidak menunjukkan emosi membuat Camphy menjawab dengan serius.

Kejutan yang di dapat Rad, adalah kenyataan jika Bree begitu berani.

Dia memilih putri Donovan karena mereka terkenal tenang.

Apa yang dilihatnya jauh dari tenang, menegaskan apa yang terjadi tadi malam memang Bree yang sebenarnya.

Rad sekali lagi menatap Bree, lalu turun tapi tidak menghampiri ruang makan. Dia berjalan keluar kastil.

Rad lebih memilih mengurus pekerjaan. Dia tidak mendukung siapapun dalam pertengkaran itu tadi. Kedua pihak sama di mata Rad, tidak terlalu penting untuknya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #187 Alasan yang Lengkap

    "Bagaimana keadaan Anda?" tanya Alex. "Jauh lebih baik. Bagaimana dengan yang lainnya?" Rad bertanya balik. "Saat ini anak buah saya sedang menggiring penonton untuk keluar dari aren. King Bastien dan juga Pangeran, sudah meninggalkan arena sejak tadi, dan kembali ke istana untuk lebih amannya." Alex tidak tidak wajib melapor pada Rad, tapi pertanyaan tegas itu membuatnya dengan otomatis melaporkan keadaan dengan lengkap. "Bagus. Kalian memberi pengawalan yang ketat bukan?" "Tentu saja. Kami menempatkan beliau berdua di kereta yang berbeda, dengan pengawalan ketat." Rad sekali lagi mengangguk puas. "Sekarang Anda yang harus saya kawal kembali ke istana." Alex menjelaskan tugasnya datang ke situ. "D'accord." Rad bangun dari duduk. Dengan cekatan, Alex menghampiri dan membantunya lagi. Tidak perlu, tapi Rad harus mempertahankan keadaan pura-pura sakitnya. "Saya sudah menyiapkan kereta untuk Anda berdua." Bree mengikuti mereka berdua dengan langkah lebar. Menutup mulut, karen

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #188 Fitnah yang Nyata

    Bree berlari mengikuti orang yang menggotong Rad dalam tandu, melewati kerumunan penonton dan kaum bangsawan yang kini ribut, tak tahu apa yang terjadi. Tapi jelas kehadiran darah dan juga luka, adalah pertunjukan yang semakin menarik untuk mereka. Banyak leher menjulur penasaran ingin melihat apa yang terjadi, dan bagaimana luka Rad. Keributan menyebar, bertanya-tanya bagaimana dan kenapa. Lalu beberapa yang tahu apa yang terjadi mulai berbisik bercerita. Untuk kali ini, Rad tidak mempermasalahkan seluruh perhatian itu, karena itu adalah apa yang dibutuhkannya. Rad lalu dengan sengaja memejamkan mata, meringis kesakitan sambil menekan lukanya, saat digotong melewati kerumunan banyak orang. Tapi Bree juga mendengar desisan itu, semakin panik. Tapi saat akan bertanya bagaimana keadaan Rad, Bree melihat pria itu menggeleng sangat halus, sambil mengedipkan satu matanya. Kurang lebih mengatakan jika tidak perlu khawatir. Bree kini tak tahu harus bereaksi bagaimana, khawatir tapi orang

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #187 Luka yang Sengaja

    Karena kecurigaan dari Bastien, Rad dengan terpaksa mengambil jarak yang cukup jauh darinya. Rad harus membuka mata lebih lebar lagi, agar tidak kehilangan sosok Bastien diantara pepohonan. Pria itu rupanya cukup gesit untuk ukuran pria berumur. Setelah memastikan mereka ada pada jarak aman --Bastien tak bisa lagi melihat, Rad mulai melayangkan pandangan untuk memeriksa sekitar. Dia harus memastikan apakah ada musuh di antara semua orang yang ada di hutan itu. Ini masalah menyebalkan baginya, karena dia tidak tahu bagaimana bentuk musuhnya saat ini. Yang dilihatnya pelayan yang menjadi sasaran perburuan berlalu-lalang. Dan mereka yang mendominasi. Jumlah mereka masih banyak. Entah para peserta hari ini payah, atau mungkin para pelayan itu yang sudah mulai ahli untuk bersembunyi dan kabur dari para pemburu. Menurut pandangan Rad, hampir tidak terlihat ada perubahan jumlah pelayan. Seragam mereka masih berkelebat di antara pepohonan. Setelah berpikir sebentar, Rad mengambil anak panah

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #186 Ide yang Buruk

    Usulan Ben tidak bisa lebih buruk lagi.Kalau berada di tribun saja kemungkinan besar akan ada orang yang mengincar Bastien, maka kemungkinan itu akan semakin besar, saat dia berada di tengah hutan belantara, bercampur dengan banyak orang, baik pelayan maupun bangsawan. Kesempatan yang mempermudah Bastien untuk menjadi sasaran. Rad menyamakan ide itu sebagai bencana. “Ternyata ada tradisi seperti itu.” Rad mengeluh, tapi dengan nada datar, yang dianggap Ben sebagai pertanyaan. “Ya, benar. Ayah tentu tak mau kalah bersaing dengan bangsawan yang lain, sekaligus memamerkan kemampuannya,” jelas Ben. Bastien hanya mendengus, tapi tetap berdiri. “Apa ini ide yang bagus?” Bree yang juga menyadari bahaya dari Bastien turun ke langsung mengikuti perlombaan, bertanya dengan terlalu berani. “Tentu saja ini ide yang bagus, Bree. Apa maksudmu bertanya itu?” Ben mengernyit ke arahnya. Tentu merasa pertanyaan itu aneh. “Tidak ada. Hanya menurutku hutan adalah daerah yang berbahaya.” Bree me

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #185 Masalah yang Itu

    “Apa kau tidak setuju dengan usulanku?” tanya Rad. Sambil menarik Bree, agar lebih dekat bersama selimut yang menutupi mereka. Mereka ada salah satu kamar yang ada di istana megah itu. Tentu setelah bertemu dengan Ben, tak mungkin mereka kembali ke penginapan. Mereka menghabiskan malam yang cukup tenang di istana. Dan kini sebentar lagi mereka harus bersiap untuk menghadiri lomba terkutuk itu. “Usulan?” Bree berbalik menghadap Rad yang berbaring miring sejak tadi. “Usulan tentang Le Mans. Sejak kemarin kau diam tak membahas hal itu.” Sepanjang makan malam, sampai pagi hari ini, Bree sama sekali tak membahas usulan Rad. Mereka tetap bicara biasa tentang hal lain--kebanyakan mengomentari istana yang mulai terlihat terlalu penuh, tapi tidak membahas. Dan Rad kini mulai merasa jika mungkin dia terlalu berlebihan, jadi membuat Bree keberatan. Usulan yang dikeluarkannya kemarin spontan, tanpa meminta pertimbangan Bree atau apa pun. Dan setelahnya, Rad juga menghirup aroma lezat dari B

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #184 Pengganti yang Benar

    Seperti Ben, Bastien dengan sopan mengucapkan duka cita untuk Bree begitu dia sampai di tempat mereka minum teh. Untuk masalah sopan santun, mereka berdua jelas tidak bercela, hanya kadang penalarannya yang tidak masuk akal. “Aku dengar dari Ben kau kesini untuk menghibur diri,” kata Bastien. Bree mengangguk, tapi tidak meneruskan karena Rad yang mengambil alih. Dia yang membuat alasan ini. “Benar, Yang Mulia. Bree sedikit terpukul dengan kepergian ayahnya. Jadi saya memutuskan untuk membawanya ke sini. Kami sedang ada di Le Mans, jadi perjalanan ke sini tak akan terlalu jauh.” “Tapi kau tanpa pemberitahuan, Rad. Seharusnya kau bisa berkunjung dengan lebih resmi, maka kami akan menyambutmu.” Bastien menggelengkan kepala. “Perjalanan ini memang tidak direncanakan. Saya memutuskan untuk ke sini setelah melihat keadaan Bree yang yang murung.” Rad memang sudah menyiapkan alasan yang kuat, jadi tidak akan mudah diserang. “Oh... Aku mengerti. Kau datang ke sini bukan untuk kunjunga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status