Share

Part 2 My Name Eleanore

last update Last Updated: 2023-06-07 00:09:14

Namaku Eleanore semua orang memanggilku dengan El. Sejak kecil hidupku sudah diatur dengan tata cara kerajaan. Paman Pedro adalah menantu dari kerajaan yang ada di negara ini. Aku dibesarkan tanpa mengenal seorang ibu. Kata kakak pertamaku, ibu meninggal saat melahirkan di usia yang tidak begitu muda lagi.

Ibu pemain harpa yang terkenal di masanya. Sejak ibu meninggal ayah tidak pernah mengijinkan siapapun untuk memainkan alat musik itu. Ayah tidak pernah dekat denganku. Aku tidak tahu apa yang menjadi sebab ayah tak pernah mau mendekatiku. Apakah ayah begitu membenciku? Apa aku yang menjadi sebab ibu meninggal?

Di kastil ini yang disebut rumah bagiku adalah pemberian raja untuk ayah karena jasanya. Ayah adalah perdana menteri kepercayaan raja. Apakah aku beruntung bisa hidup dengan segala kemewahan di kastil ini? Tidak. Aku justru membenci tempat ini di mana semua serba diatur.

Aku memiliki dua pengawal pribadi yang setia menemani kemanapun aku pergi. Bukan itu yang kuinginkan. Aku ingin kebebasan yang tak pernah dimiliki olehku sejak lahir.

"Anda belum tidur, Nona?"

Bibi Brigith adalah kepala rumah tangga yang mengurusi segala keperluan di kastil ini. Beliau juga yang menjaga aku ketika masih bayi. Aku sudah mengganggap beliau adalah ibu.

"Belum, Bi.''

"Cepatlah tidur, Nona. Jangan sampai Tuan Naval tahu jika anda belum tidur." Bibi Brigith selalu memperhatikanku layaknya anak yang masih kecil.

"Apakah kakak pertamaku selalu datang ke sini, Bibi?" Bibi menyelimuti dan mematikan semua lampu kamarku.

"Iya Nona. Tuan Naval senantiasa berada di kamar nona sampai benar-benar anda terlelap."

Aku tahu Naval selalu datang tiap malam hanya untuk menjagaku sampai aku benar - benar tertidur.

"Sampai bertemu esok, Nona. Di depan kamar anda pengawal yang mengawasi anda." Bibi menutup pintu kamarku.

Pintu kamarku hanya bisa di buka melalui sensor mata. Tidak semua orang bisa memasuki kamarku. Ayah merancangnya seperti itu. Di depan kamar dan di luar kamarku selalu ada penjaga yang mengawasi 24 jam.

Sekali - kali aku ingin pergi tanpa adanya pengawalan tapi ayah semakin memperketat penjagaan ketika aku berusaha kabur untuk menyendiri. Aku tidak memiliki teman yang benar - benar sudi bersahabat denganku. Rata - rata mereka semua mundur jika aku dekati. Apakah sebegitu menakutkannya kekuasaan yang ayah miliki?

"Andai ada yang menyelamatkan aku dari penjara ini."

*******

Kampus ini benar - benar membuatku muak. Ya tahu sendirilah. Aku merasa ingin muntah berada di sini. Kampus elite yang terletak di kota besar yang dibangun oleh keluarga kerajaan ini terkenal dengan anak didik dan dosen yang berkualitas. Mungkin nantinya akan dijadikan pejabat negara.

"El, siang bolong melamun lagi." Jason menegurku dengan tepukan keras.

"Siapa juga yang melamun. Dasar beruang."

Hanya Jason yang membuat aku nyaman berteman dengannya. Aku dan dirinya bukan hanya berteman, tetapi dia layaknya saudara bagiku. Jason hanya terpaut 3 bulan. Dia lebih tua usianya. Kami sama - sama mengambil jurusan Ekonomi hal yang tak aku sukai. Ayah yang menentukan bukan aku yang putuskan.

"Setelah selesai ayah akan mencarikanmu jodoh dan menikah."

Nah buat apa aku kuliah jika ujung - ujungnya aku bakalan menikah dengan orang yang tak aku kenal?

Oh, ya kembali lagi ke topik awal. Jason ini adalah anak dari sahabat baik keluargaku. Hanya dia teman pria satu-satunya yang boleh berkunjung ke kastil.

Jason termasuk anak dan cucu pengusaha terkenal di New York dan juga mafia yang tak bisa disentuh oleh hukum, karena itulah ayah begitu akrab dengan ayahnya Jason.

"Tumben hari ini kamu nggak banyak bicara, El?" Jason melototiku pas di depan wajahku.

"Apaan sih Jas?" Kusingkirkan wajahnya dengan tanganku. Dia malah tertawa. Dasar aneh.

Tidak banyak yang tahu jika aku ini sebenarnya bukan seorang yang pendiam dan tidak suka bergaul. Di depan Jason dan Naval saja aku bisa menjadi diriku sendiri.

"Keluar yuk. Aku ingin makan Tuna Salad di kantin," ajakku menggandeng tangannya.

"Memangnya boleh sama pengawalmu tuh kamu makan di kantin?" Dengan enggan Jason mengikutiku.

Di kampus ini hanya Jason yang menjadi temanku yang lain cuek dan tak ramah. Meskipun menyapa hanya tersenyum tipis saja. Aku melirik ke seluruh penjuru lorong ternyata dua tengil itu tidak ada. Kemana tuh dua tengil?

"Ya udah kalau kamu nggak mau aku bisa ke sana sendiri."

"Aku temanin, El. Nanti bisa - bisa kakakmu itu bakal marah sama aku."

"Nggak mungkin mereka marah sama kamu, Jason. Ayah dan kakekmu itu kan ditakuti semua orang."

"Terserah kamu saja deh. Aku selalu kalah berurusan denganmu."

Memang beginilah keseharian kami, kadang bertengkar dan kadang bagai kucing tikus. Karena itulah kami berteman akrab.

*****

"Maaf Nona Muda, kami sedang makan siang tadi."

Dua pengawalku itu tampak tersengal karena belarian. Aku menghela napas, tentu saja mereka harus makan siang. Kenapa harus meminta maaf padaku?

"Kalian ini aneh. Untuk apa meminta maaf? Bukannya ini sudah waktunya makan siang?"

"Ya kami takut kalau anda jauh dari jangkauan kami," sela Juliano mengelap keringatnya.

"Aku tak mungkin kabur, Hellen. Di manapun aku bersembunyi ayah akan mengerahkan tenaganya untuk mencariku."

Meski aku bersembunyi di bawah lautanpun ayah akan menemukanmu dengan bantuan paman.

"Ayo Nona. Kita segera pulang. Anda harus pergi ke pernikahan tuan putri raja."

"Boleh tidak ya aku tidak pergi?" Aku menggoda mereka dan mereka seketika membisu dengan bibir yang ditekuk.

"Ya nggak mungkin aku nggak pergi, Juliano. Bisa-bisa aku akan dihukum oleh ayah."

Setiap pertemuan yang dihadiri kerajaan membuatku tak menyukainya. Banyak mata yang memandangku dengan tatapan palsu. Mereka hanya ingin berkenalan denganku tak tulus hanya karena ayah bekerja untuk raja.

"Nona, melamun?" Hanna menyeletuk sambil memegang pundakku.

"Aku nggak melamun kok," kataku mengusap poninya yang ia potong. Penampilannya berbeda.

"Ya sudah yuk kita pulang."

Kalau boleh memilih aku ingin naik sepeda motor bersama Jason. Tapi lagi-lagi terhalang aturan yang harus aku taati.

Pernah sekali aku bersama Jason dan bukannya Jason yang kena marah karena telah mengajakku. Justru akulah yang dihukum ayah. Sejak saat itu Jason tak pernah mau lagi bersamaku kecuali ia membawa mobil.

"Hellen, untuk kali ini biarkan aku memilih gaunku sendiri ya?" pintaku dengan wajah memelas tentunya.

"Tapi nona. Gaun anda sudah dipersiapkan untuk nanti malam."

Aku hanya bisa menghela napas panjang. Benar-benar memuakkan menjadi diriku yang tak bisa melakukan apa keinginanku sendiri.

"Oh ya kalian itu sedang pendekatan? Tumben kalian tak bertengkar?"

"Dan cincin kalian pun sama."

"Wah nona. Ini hanya hadiah saja kok," kata mereka bersamaan gugup.

"Ya sudah kalian pacaran saja. Aku mendukung kalian," sahutku sembari meninggalkan mereka yang sedang adu pendapat lagi.

Aku ingin ada seseorang yang membawaku pergi dari sangkar emas ini. Namun adakah seseorang itu?

=Bersambung=

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ELEANORE Putri Sang Perdana Menteri   Part 96 Epilog

    "Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis

  • ELEANORE Putri Sang Perdana Menteri   Part 95 I Always Waiting For You

    Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu

  • ELEANORE Putri Sang Perdana Menteri   Part 94 I Don't Want To Say Goodbye

    Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval

  • ELEANORE Putri Sang Perdana Menteri   Part 93 Breaking Down

    "Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me

  • ELEANORE Putri Sang Perdana Menteri   Part 92 Give Me Second Chance

    Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele

  • ELEANORE Putri Sang Perdana Menteri   Part 91 Love Is Gone

    Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status