Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 197. Titik Terang

Share

197. Titik Terang

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-10-26 21:03:31

“Shit!”

Sosok itu menundukkan kepala, pura-pura fokus pada ponselnya, menyimpan amarahnya yang kini mencapai titik didih.

Mereka berhasil memadamkan api di kantor, tetapi mereka baru saja menyulut api dendam yang lebih besar, yang kini mengawasi dari jarak beberapa meter.

Tanpa menyelesaikan minumannya, sosok itu mendorong kursinya ke belakang dengan gerakan kasar yang menarik perhatian sekilas dari beberapa pengunjung.

Ia segera pergi, meninggalkan tempat itu sambil mengumpat pelan, tetapi penuh janji:

"Lihat saja! Suatu saat nanti, aku tidak akan tinggal diam. Lihat saja!"

Dan sosok itu menghilang cepat di antara kerumunan, membawa serta rencana balas dendam yang baru, lebih besar, dan lebih berbahaya.

****

Damar tiba kembali di rumah. Ia menggendong Shanum yang mood-nya kini stabil dan penuh energi es krim, bersama dengan Saga, putra bungsunya, yang tadi diasuh oleh Mbok Minah.

"Ayo, ketemu Bunda. Kita kasih dia kejutan," bisik Damar pada Shanum.

“Oke!”

Sampai di kamar utama, Dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Triany Andiastuty
kok lucu ya..knp si Damar skrng pake Frans, pdhl biasanya pake jasa Jim..yg lbh jago
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   435. Jangan Nakal, Big Boss!

    Ruangan itu mendadak sunyi, hanya menyisakan deru napas Sagara yang memburu dan berat. Dengan tubuh yang terasa remuk, ia membalikkan badan, menyudahi rekaman suara itu, dan menggantikannya dengan rekaman video.“Kalau Ara ngira gue buaya, seenggaknya gue ada bukti, ‘kan? Hm, … ini harus gue rekam agar singa betina tuh gak nyalahin gue nanti!”Setelah meletakkan ponselnya di tempat yang aman dan sekiranya dapat menangkap visual mereka secara jelas, Sagara berjalan tertatih mendekati ranjang tempat Ara berada. Namun, begitu matanya menangkap kondisi wanita itu, jantungnya seolah berhenti berdetak. Ara jauh dari kata baik-baik saja.“Damn! Cewek ini gila! Louis pasti jebak dia! Anjir!” umpat Sagara kasar. Sambil mengacak rambutnya yang diwarnai perak kekuningan, ia kembali mendesis, “Cobaan apa lagi ini, Tuhaaaan!”Sagara menelan ludah dengan susah payah, tenggorokannya terasa kering melihat pemandangan di dep

  • ENAK, PAK DOSEN!   434. Sip Digarap Berdua!

    “Sekali lagi lo sebut nama Ara atau nyentuh dia, gue pastiin lo nggak bakal punya karier lagi buat pamer ke cewek-cewek. Mau gue buat tytyd lo yang kecil ini hancur lebur gak bersisa?” ancam Sagara dengan suara rendah yang berbahaya. Dia tak terima Louis berniat jahat pada gadis incarannya. Terlebih, Ara mengaku masih … gadis. Meski sudut bibirnya berdarah, Louise justru tertawa sinis dan meremehkan. “Lo pikir punya lo itu gede, hah?” “Ya iyalah! Lo mau tahu, hah?” tantang Sagara, egonya mulai terpancing saat Louis mulai memprovokasi. Ia tidak terima direndahkan seperti itu. Tahu lawan bicaranya mulai emosi, Louise makin menebarkan bara api. Senyum dingin terukir di sudut bibirnya, “Mana coba lihat!” “Jijik banget ngelihatin barang gue sama lo! Bangsat! Predator ulung!” seru Sagara sambil melayangkan dua pukulan mentah lagi ke wajah Louise yang menyebalkan baginya. Bugh! Bugh! S

  • ENAK, PAK DOSEN!   433. Baku Hantam

    ”Tapi dengan syarat, jangan buat keributan, Tuan,” imbuh yang lain dengan nada memperingatkan. “Mohon kerjasamanya.” ”Tch! Gue nggak janji!" tukas Sagara ketus. Tanpa membuang waktu satu detik pun, Sagara melesat melewati mereka. Ia mengaktifkan rekaman suara di ponselnya. Ingin menjadikan bukti kalau ia hanya berniat menolong!Lalu, ia berlari kecil menyusuri lorong yang karpetnya terasa tebal di bawah sepatunya, matanya liar mencari di mana Louis membawa Ara masuk. Di sana, ia melihat sebuah pintu yang baru saja tertutup rapat di ujung lorong dengan lampu ruangan yang terlihat menyinari terang. Sagara berhenti tepat di depan pintu itu. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena lelah, tapi karena rasa takut yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Takut jika ia terlambat sedetik saja, dan Ara sudah …. “Kalau sampai Ara diapa-apain sama Louis, gue bakalan bunuh dia!” desis Sagara penuh dendam.

  • ENAK, PAK DOSEN!   432. Predator Ulung

    “Damn it!”Ironisnya, Sagara dan Louis sebenarnya sama-sama buaya. Keduanya adalah predator ulung yang tahu persis cara memanfaatkan situasi demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.Sagara membenci Louis bukan karena pria itu jahat, melainkan karena ia melihat cerminan kelicikan dirinya sendiri pada sosok Louis yang kini membawa Ara pergi. Ia tahu betul apa yang direncanakan Louis pada Ara yang tengah mabuk. Karena sebagai sesama “buaya”, mereka memiliki insting dan otak yang sama mesumnya. Kini, di tengah dentuman musik klub, dua predator ini saling kunci tatapan, siap memperebutkan satu wilayah yang sama.Kecurigaan Sagara memuncak saat melihat pergerakan Louis. Alih-alih membawa Ara menuju pintu keluar untuk pulang, Louis justru membimbing langkah sempoyongan gadis itu menuju lift yang mengarah ke lantai atas—area di mana kamar-kamar privat dan hotel klub berada.“Oh, dia memang bajingan! Sudah tahu wanita mabuk malah diba

  • ENAK, PAK DOSEN!   431. Ah, Pelan-Pelan

    “What the hell? Apa-apaan dia bercumbu di sini?”Ara merasa dadanya bergemuruh hebat. Untuk mengalihkan rasa panas yang membakar hatinya, ia menyambar gelas di depannya dan menenggak cairan di dalamnya dengan asal. Rasa pahit yang menyengat seketika membakar lidah dan tenggorokannya, namun itu tak sebanding dengan pemandangan yang tersaji tepat di depan matanya.Hanya berjarak satu jengkal darinya, Sagara tampak sangat menikmati aksinya. Pria itu tengah berciuman cukup panas dengan Elista, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Sagara sengaja memperdalam cumbuan itu, memastikan Ara bisa mendengar decapan dan melihat betapa intimnya ia dengan wanita lain.“Shit! Dia memang gila!”Gelas di tangannya bergetar. Niat awal untuk pamer kemesraan dengan Louis justru berbalik menjadi senjata makan tuan. Ia merasa seperti pecundang yang menonton pertunjukan gratis. Padahal tadi pagi Sagara masih mengejarnya seperti orang gila,

  • ENAK, PAK DOSEN!   430. Susu Lebih Oke

    ”Hm, projek apa lagi yang dipikirkan anak ini?” batin Damar bingung. Ia mengenal betul tabiat putranya. Jika Sagara sudah menjentikkan jari seperti itu, biasanya akan ada kegaduhan baru yang muncul. “Kenapa firasatku makin nggak enak? Sagara pasti akan membuat ulah lagi!”Sagara tidak menjawab kebingungan ayahnya. Ia justru berbalik badan dengan langkah yang ringan, seolah beban berat di pundaknya baru saja menguap. “Makasih sarannya, Yah! Aku pergi dulu, mau jemput masa depan!” teriaknya sambil berlari keluar ruangan, meninggalkan Damar yang masih terpaku di kursi kebesarannya.Apapun rencana gila yang ada di kepala putranya, Damar setidaknya bisa bernapas lega karena Sagara tidak lagi merengek di hadapannya. Ia kembali fokus pada tumpukan berkas di meja, mencoba mengabaikan drama percintaan anak muda yang sempat membuang waktunya.Sedangkan Sagara? Ia melenggang pergi keluar kantor dengan langkah seringan kapas sambil bersiul-siu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status