Share

25

Itu adalah pesan terakhir dari pria itu. Pesan yang dipenuhi keputusasaan. Alih-alih merasa senang dengan kalimat itu, aku malah tersenyum miris. Sebelum mendengar percakapannya dengan Ibu, aku pasti akan berbunga-bunga membacanya.

Namun, aku tahu betul, dia mengatakan itu untuk membujukku kembali ke rumah. Agar ada yang mengurus rumah dan orang tuanya. Aku tak tahu jika semua perhatian dan rasa cintaku hanya dinilai seperti pembantu dan perawat.

“Kamu hebat, Mas. Kamu hebat bisa menjebakku.” Mata ini berkaca-kaca dan lagi-lagi mengucurkan air mata.

Aku merasa seperti dipermainkan. Mimpi yang dulu kurajut bersama lelaki itu adalah omong kosong belaka. Sekarang aku benar-benar sendiri. Tidur dan tinggal sendirian di kamar yang asing ini.

Selain pesan dan telepon tak terjawab dari Mas Herman, aku juga mendapatkan telepon dari Emak dan Mbak keke. Barangkali pria itu menghubungi mereka untuk menanyakan keberadaanku.

Aku menelepon Emak terlebih dulu, tak ingin Emak khawatir terlalu lam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status