Share

33

Tiga tahun kemudian.

“Kali ini kamu kerjanya di mana, Far?”

Emak sedang duduk di kursi rotan sambil memangku putraku yang berumur dua tahun. Hanif namanya. Berkulit putih dengan tubuh yang sedang, tak kurus juga tidak gembul. Bagaimanapun keadaannya, aku tetap mencintainya.

Sementara aku duduk di lantai sambil melipat pakaian. “Itu, keponakannya Pak Salim. Rumahnya agak jauh. Mesti tempuh dua jam perjalanan.”

Pak Salim adalah ketua RT di kampung ini. Beliau khusus memintaku untuk jadi MUA di pernikahan keponakannya.

“Oalah, keponakan yang selalu dia banggakan itu, ya? Yang katanya sarjana dan kerja kantoran?”

“Iya, Mak. Katanya nikah sama teman sekantornya.”

“Perjaka apa duda?”

Aku menertawai kekepoan Emak. “Katanya duda.”

“Oalah. Ndak papa itu, yang penting orangnya baik, keluarganya juga baik.”

“Semoga aja, Mak.”

Hanif tampak tenang dalam pangkuan Emak sambil memainkan kalung emas neneknya.

“Nikah itu bukan cuma nikahin orangnya, tapi juga nikahin keluarganya. Kita juga mesti co
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status