Share

BAB 10. Ke Salon Tice

"Ya, Om?" Aku mengernyitkan kening. Menunggu kelanjutan omongan om Hendri yang sepertinya sengaja diputus.

"Kalau kesini minggu depan, gak usah ngajak bodyguard lagi!" jawab om Hendri tersenyum sambil ekor matanya mengarah ke ibu.

Ibu tahu maksud om Hendri. Merasa tak terima diolok om Hendri, ibu langsung berdiri. Tangan ibu cepat meraih sekotak tissue di atas meja.

"Dasar kau ya!!" Ibu memaki. Melempar tissue itu ke arah om Hendri.

Om Hendri tergelak. Tertawa puas. Merasa berhasil mengerjai ibu.

Aku hanya tersenyum menggeleng-gekengkan kepala melihat tingkah mereka berdua. Memang selalu begitu sejak dulu. Perhatian, gurauan dan pertengkaran kecil seringkali mewarnai kebersamaan mereka.

"Jangan dengarkan omongan Om-mu!" sungut ibu. Bicara padaku.

"Seorang klien harus mendengarkan dan menuruti omongan lawyer-nya," kata om Hendri padaku.

Aku menatap ibu dan adik lelakinya itu bergantian. Aku merasa terjebak diantara percakapan keduanya.

"Aku sudah tahu masalah Mayang versi Mbak Sita. A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status