Share

Part 3

Ibu Mertuaku di Status Wa Sahabatku

"Lihat saja. Mulai hari ini kau akan menyesali perbuatanmu itu."

"Akan kubuat kau jatuh miskin semiskin-miskinnya," gumamku pelan sambil meremas ponsel di tangan dengan kuat.

Lagi-lagi bunyi notifikasi masuk, aku melihat siapa yang mengirim pesan, dan lagi-lagi tidak perlu menembakkannya karena orang yang mengirim pesan tidak lain adalah Mas Riski.

[Sayang boleh tidak? Ini juga permintaan Ibumu, katanya beliau ingin liburan ke sana." Aku tersenyum sinis membaca pesan itu. Selalu saja begitu. Mereka selalu melibatkan keluargaku di kampung demi kesenangan mereka. Benar-benar kurang *jar.

[Nggak boleh. Simpan saja uang itu.] Balasku singkat namun aku yakin bahwa pesan itu mampu membuat Mas Riski kesal.

[Kamu bagaimana, sih? Karin? Ini juga aku lakukan demi kebahagiaan orang tua kamu, kok kamu jadi egois begini? Apa kamu sudah punya selingkuhan di sana hingga membuat kau galap mata dan keras hati?] tanya pria itu panjang lebar. Hay! Apa ini? Dia menuduhku?

Aku sudah tidak bisa menerima hinaan ini. Bisa-bisanya ia menuduhku sedangkan kebenarannya bahwa dialah yang melakukan hal itu. Dengan sahabatku pula.

[Jangan sok-sokan menceramahiku Mas, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Yang mana yang benar dan yang mana yang salah.] Balasku santai.

Saat pesan balasanku centang dua dan berwarna biru, beberapa saat kemudian panggil vidoe adalah jalan pintas pria itu. Aku dengan tenang menekan tombol merah pada panggilan video call itu.

Lalu meletakkan ponselku kembali di atas kasur, kemudian beranjak ke arah lemari.

Aku mulai memasukkan beberapa pakaianku ke dalam sana dan beberapa hal yang ingin aku bawa pulang juga ikut aku masukkan ke dalam koper berukuran besar itu.

Setiap kebohongan yang mereka lakukan padaku, maka akan ada balasannya. Lihat saja, aku sebenarnya bukan bodoh atau lugu, akan tetapi aku sedang lalai saja saat itu hingga tidak menyadari sedikit pun permainan licik mereka.

Setelah selesai dengan urusan packing-packing. Aku merebahkan tubuhku sebentar di atas kasur kemudian menatap kembali Status Wa Sahabatku—Tasya. Dan semua masih sama bahkan tidak berubah sedikitpun.

Di sana memang mama mertuaku sedang mengelus perut Tasya yang membuncit. Apakah ini alasan Tasya tidak pernah mau mengakui padaku siapa suaminya sebenernya.

Karena saat itu Tasya menikah ketika aku berada di sini, aku hanya mendapatkan kabar itu tanpa satupun foto pernikahannya sebagai bukti.

Selama ini wanita itu sering memuji-muji Suaminya dalam status wa tanpa menaikkan satu pun foto suaminya. Biasanya ia lebih sering pamer emas-emas yang diberikan suaminya dengan caption.

"Terimakasih Sayang. Aku merasa dijadikan ratu oleh pak suami.."

Saat melihat statusnya kala itu, aku merasa ikut senang, aku pikir Sahabatku telah menemukan laki-laki baik dan mampu membahagiakannya, akan tetapi aku tidak menyadari kala itu bahwa suami yang ia maksud adalah suamiku Mas Riski.

"Ah sudahlah. Aku tidak melakukan kesalahanan apa pun, jadi untuk apa aku menyesal. Seharunya saat ini aku memikirkan cara membuat penghianat-penghianat itu menyesal dan merasa hancur sehancur-hancurnya."

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status