Share

Part 4

"Ah sudahlah. Aku tidak melakukan kesalahanan apa pun, jadi untuk apa aku menyesal. Seharunya saat ini aku memikirkan cara membuat penghianat-penghianat itu menyesal dan merasa hancur sehancur-hancurnya."

Aku berinisiatif untuk mengirimkan sebuah pesan berupa ucapan selamat untuk Tasya. Ucapan selamat atas bayinya sekaligus ucapan selamat atas keberhasilan wanita itu merebut suamiku.

Terlihat bahwa ia sedang online.

[Kamu udah mau lahiran aja, ya. Sedangkan aku masih asik kerja di sini he ge.]

Jujur aku benar-benar penasaran dengan balasan Tasya. Akan tetapi aku harus tetap bersikap biasa saja seolah tidak tahu apa pun. Aku cukup diam dan membalasnya dengan elegan.

Jujur, hatiku berdenyut sakit kala mengetahui bahwa banalu dalam rumah tanggaku adalah sahabatku sendiri. Ya, lagi pula semua itu wajar bukan? Hati siapa yang tidak sakit jika berada di posisiku.

Masih jelas terngiang kala itu, saat-saat aku dan Mas Riski masih berada dalam ikatan pacaran, aku selalu datang bersama Tasya setiap berkencan dengan Mas Riski. Dan sekarang aku sadar bahwa itu adalah kesalahan terbesarku.

Di sini aku sadar bahwa 50% kesalahan berawal dari diriku sendiri. Karena kita tidak akan pernah menyangka bahwa sahabat yang selalu berada di dekat kita malah menjadi racun yang mematikan.

Lamunanku terbuyarkan tatkala sebuah motivasi masuk ke dalam aplikasi W******p-ku. Aku menghela napas pelan saat melihat balasan pesan yang tidak lain adalah dari Tasya.

[Ini, nih. Kamu sih keasikan di sana sampai nggak pulang-pulang.]

Balasannya membuat jantungku kembali berdegup tidak karuan.

Ia berani membalas pesanku dengan kata-kata sedemikian rupa.

[Itulah kebodohanku, oh iya, kamu kan hampir lahiran, boleh dong aku tau siapa suamimu,]

Bahkan aku baru saja mengirimkan pesan itu sudah centang biru saja, terlihat beberapa kali ada tulisan mengetik di bawah nama Tasya dan beberapa kali pula kata mengetik itu hilang, aku sedikit tahu bahwa ia berulang kali menghapus ketikannya itu.

[Suamiku kerja di luar kota, nanti saja aku kenalkan, ya.] Balasannya.

Ya, selalu saja begitu alasannya hingga aku sudah bosan membaca pesan itu berulang kali.

[Oh iya, kapan kamu kembali? Sepertinya kamu sudah punya gebetan baru, ya hehe?] Pesan susulan dikirim oleh Tasya diiringi sebuah emoji ngakak, aku merasa bahwa wanita itu sengaja dan aku merasa bahwa itu seperti sedang berusaha mengejekku.

[Untuk sekarang aku belum berniat kembali ke Indonesia, mungkin lima tahun ke depan, dan untuk selingkuh, hah sepertinya aku tidak semurahan itu Tasya, kamu kenal aku bukan, aku tidak akan pernah mengkhianati siapa pun, atau sampai mengambil hak siapa pun.] Balasku yang aku yakini bisa membuat ia mati kutu.

Mengapa aku tidak jujur padanya bahwa aku akan kembali ke Indonesia hari ini juga? Karena aku tidak ingin wanita itu tahu, bisa-bisa Rencanaku akan gagal. Aku berniat memberikan kejutan untuk Sahabat dan suamiku yang telah berkhianat itu.

Biarlah kedatanganku nanti menjadi kejutan yang paling mengejutkan bagi mereka. Lihat saja.

Merka telah salah memilih musuh, dan aku akan mengajarkan cari main yang sebenarnya.

[Maksudmu merebut hak orang itu gimana, si?]

[Ah lupakan saja, oh iya, kamu sering ketemu suamiku nggak? Aku penasaran bagaimana keadaannya di sana.] Aku sengaja memancingnya. Dan aku tidak mendapatkan balasan Tasya. Hingga aku memutuskan untuk bersiap-siap karena ingin cepat cepat kembali.

"Tunggu aku, Tasya, Mama dan Mas Riski, aku akan kembali."

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status