"Ah sudahlah. Aku tidak melakukan kesalahanan apa pun, jadi untuk apa aku menyesal. Seharunya saat ini aku memikirkan cara membuat penghianat-penghianat itu menyesal dan merasa hancur sehancur-hancurnya."
Aku berinisiatif untuk mengirimkan sebuah pesan berupa ucapan selamat untuk Tasya. Ucapan selamat atas bayinya sekaligus ucapan selamat atas keberhasilan wanita itu merebut suamiku.Terlihat bahwa ia sedang online.[Kamu udah mau lahiran aja, ya. Sedangkan aku masih asik kerja di sini he ge.]Jujur aku benar-benar penasaran dengan balasan Tasya. Akan tetapi aku harus tetap bersikap biasa saja seolah tidak tahu apa pun. Aku cukup diam dan membalasnya dengan elegan.Jujur, hatiku berdenyut sakit kala mengetahui bahwa banalu dalam rumah tanggaku adalah sahabatku sendiri. Ya, lagi pula semua itu wajar bukan? Hati siapa yang tidak sakit jika berada di posisiku.Masih jelas terngiang kala itu, saat-saat aku dan Mas Riski masih berada dalam ikatan pacaran, aku selalu datang bersama Tasya setiap berkencan dengan Mas Riski. Dan sekarang aku sadar bahwa itu adalah kesalahan terbesarku.Di sini aku sadar bahwa 50% kesalahan berawal dari diriku sendiri. Karena kita tidak akan pernah menyangka bahwa sahabat yang selalu berada di dekat kita malah menjadi racun yang mematikan. Lamunanku terbuyarkan tatkala sebuah motivasi masuk ke dalam aplikasi W******p-ku. Aku menghela napas pelan saat melihat balasan pesan yang tidak lain adalah dari Tasya.[Ini, nih. Kamu sih keasikan di sana sampai nggak pulang-pulang.]Balasannya membuat jantungku kembali berdegup tidak karuan.Ia berani membalas pesanku dengan kata-kata sedemikian rupa.[Itulah kebodohanku, oh iya, kamu kan hampir lahiran, boleh dong aku tau siapa suamimu,]Bahkan aku baru saja mengirimkan pesan itu sudah centang biru saja, terlihat beberapa kali ada tulisan mengetik di bawah nama Tasya dan beberapa kali pula kata mengetik itu hilang, aku sedikit tahu bahwa ia berulang kali menghapus ketikannya itu.[Suamiku kerja di luar kota, nanti saja aku kenalkan, ya.] Balasannya.Ya, selalu saja begitu alasannya hingga aku sudah bosan membaca pesan itu berulang kali.[Oh iya, kapan kamu kembali? Sepertinya kamu sudah punya gebetan baru, ya hehe?] Pesan susulan dikirim oleh Tasya diiringi sebuah emoji ngakak, aku merasa bahwa wanita itu sengaja dan aku merasa bahwa itu seperti sedang berusaha mengejekku.[Untuk sekarang aku belum berniat kembali ke Indonesia, mungkin lima tahun ke depan, dan untuk selingkuh, hah sepertinya aku tidak semurahan itu Tasya, kamu kenal aku bukan, aku tidak akan pernah mengkhianati siapa pun, atau sampai mengambil hak siapa pun.] Balasku yang aku yakini bisa membuat ia mati kutu.Mengapa aku tidak jujur padanya bahwa aku akan kembali ke Indonesia hari ini juga? Karena aku tidak ingin wanita itu tahu, bisa-bisa Rencanaku akan gagal. Aku berniat memberikan kejutan untuk Sahabat dan suamiku yang telah berkhianat itu.Biarlah kedatanganku nanti menjadi kejutan yang paling mengejutkan bagi mereka. Lihat saja.Merka telah salah memilih musuh, dan aku akan mengajarkan cari main yang sebenarnya.[Maksudmu merebut hak orang itu gimana, si?][Ah lupakan saja, oh iya, kamu sering ketemu suamiku nggak? Aku penasaran bagaimana keadaannya di sana.] Aku sengaja memancingnya. Dan aku tidak mendapatkan balasan Tasya. Hingga aku memutuskan untuk bersiap-siap karena ingin cepat cepat kembali."Tunggu aku, Tasya, Mama dan Mas Riski, aku akan kembali."Bersambung ...."Akan kuceritakan nanti, sekarang aku hanya ingin mendengarkan penjelasan ibu."Aku tetap teguh akan pendiriku membuat ibu menghela napas pelan. Wanita itu menatapku cukup lama seolah-olah ia tidak yakin akan menceritakan hal itu. Padahal aku sudah penasaran setengah mati."Buk, ayo katakan bagaimana sikap Mas Riski pada ibu selama ini? Dan apakah selama ini juga Mas Riski pernah ke sini dan menjumpai ibu untuk menyerahkan uang mungkin?" Pertanyaanku yang bertubi membuat ibu bingung sendiri.Wanita itu kemudian memberikan tanggapan hanya dengan sebuah gelenggan kepala pelan yang dapat menimbulkan rasa penasaran teramat sangat pada diriku. Aku masih belum bisa memberikan kesimpulan dengan jawaban ibu yang seperti itu."Semua yang kamu tanyakan tadi ibu berikan jawaban hanya dengan gelengan kepala kenapa?" Ibu malah balik ikut mempertanyakan. Padahal di sini aku tidak tahu apa pun."Karena suamimu tidak pernah ke sini ataupun menyerahkan sepeserpun uang. Ia Malah melupakan bahwa semua h
"Apakah semua ulah Mas Riski dan Ibu mertuaku?" Mbak Rita diam beberapa saat, wanita itu mengalihkan pembicaraan seolah tidak ingin menjawab pertanyaanku."Ayo mbak antarkan pada orang tuamu," katanya sambil menarik tanganku pelan membuat aku menuruti saja permintaannya."Kita simpan dulu barang-barangmu," katanya dan aku hanya mengangguk mengiyakan ajakan wanita itu. Setelah selesai menyimpan koper di dalam rumah, Mbak Rita kembali menarik tanganku mengajak aku untuk mengikuti langkahnya. Walaupun tadi aku sempat terpaku dengan keadaan di dalam rumah yang membuat hatiku tersayat.Rumah yang ditempati oleh kedua orang tauku bahkan bisa dikatakan tidak layak. Bayangkan saja, atap yang sudah bocor tidak ada sedikitpun perbaikan.Ke mana Mas Riski membawa uang yang aku kirimkan untuk ibu dan bapakku? Apakah ia juga menghabiskan uang itu demi kesenangannya dan kesenangan ibunya semata? Langkahku terhenti di tepian luasnya sawah-sawah yang ditumbuhi padi yang hijau, mbak Rita menunjukka
Ibu Mertuaku di Status Wa Sahabatku (7)**Aku mulai memejamkan mataku tatkala pesawat yang aku tumpangi mulai lepas landas. Banyak pranugari dan pramugara memberikan arahan pada penumpang agar tetap tenang dan berpeganggan sebelum semua stabil.Mungkin aku akan sangat bosan di sini membayangkan jarang tempuh yang begitu jauh, jadi aku memutuskan untuk tidur saja.***Aku menggembuskan napasku gusar tatkala kakiku berdiri tepat di atas trotoar jalanan kota jakarta.Aku sudah menghabiskan waktu kurang lebih 27 jam dan akhinya tiba di sini. Sebenarnya perjalananku tidak sampai di sini saja. Aku harus kembali naik taksi dalam 5 jam kedepan untuk bisa pulang ke kampungku.Walaupun tubuh ini sudah terasa pegal-pegal, akan tetapi aku harus tetap menempuh perjalan tersebut agar semua kebenaran bisa kuungkapkan.Ya, tujuan utamaku adalah rumah kedua orang tuaku, mengapa aku tidak ke rumahku saja? Jawannya karena aku ingin melihat langsung bagaimana kehidupan orang tuaku di kampung.Karena sel
Ibu Mertua di Status Wa Sahabatku (6)"Ah, gue juga punya rencana biar balas dendam Lo terlihat lebih elegan dan mahal," timpal Dewi lagi sambil tersenyum licik."Rencana apa?"Dewi mendekat kemudian membisikkan sesuatu hal padaku yang membuat mataku membulat sempurna. Dewi melepaskan rangkulannya lantas menatapku dalam hendak melihat bagaimana ekspresiku mungkin. "Gimana? Lo setuju nggak?" tanya Dewi dan aku hanya membalasnya dengan manggut-manggut tidak jelas. Benar apa.xang dikatakan Dewi. Aku tidak boleh terburu-buru. Aku harus menyiapkan semua dengan benar-benar matang agar balas dendamku terasa lebih menyakitkan."Nah tiket pesawat, penerbangan akan dilakukan dalam 4 jam kal" kata wanita itu yang mampu mengejutkan aku.4 jam bukanlah waktu yang lama bagiku, ah ayolah aku belum mandi atau bersiap-siap. Aku meraih benda tersebut dari tangannya kemudian meletakkan di atas koperku langkah berikutnya aku berlari dengan terbirit-birit. Aku tidak boleh terlambat.Dewi terus saja bert
[Ah lupakan saja, oh iya, kamu sering ketemu suamiku nggak? Aku penasaran bagaimana keadaannya di sana.] Aku sengaja memancingnya. Dan aku tidak mendapatkan balasan Tasya. Hingga aku memutuskan untuk bersiap-siap karena ingin cepat cepat kembali."Tunggu aku, Tasya, Mama dan Mas Riski, aku akan kembali."Aku datang kemari sebagai TKW, jadi sebenarnya akan banyak hal yang harus dilakukan di diurus sebelum aku bisa kembali ke ke Indonesia. Mulai dari pengecekan paspor, visa dan beberapa hal lainnya.Akan tetapi aku sudah mempersiapkan hal itu jauh-jauh hari. Itu sebabnya aku bisa kembali ke Indonesia sekarang juga.Ya, satu bulan lagi adalah acara anniversary pernikahanku dan Mas Riski yang ke 5 tahun, aku sudah berniat memberikan pria itu kejutan istimewa, dengan pulang, akan tetapi terpaksa aku harus membatalkan semua itu dikarenakan aku sudah mengetahui semua kebusukan Mas Riski dan Tasya.Rencana kepulanganku untuk hal kebahagiaan sirna seketika, sekarang aku akan pulang dengan alas
"Ah sudahlah. Aku tidak melakukan kesalahanan apa pun, jadi untuk apa aku menyesal. Seharunya saat ini aku memikirkan cara membuat penghianat-penghianat itu menyesal dan merasa hancur sehancur-hancurnya."Aku berinisiatif untuk mengirimkan sebuah pesan berupa ucapan selamat untuk Tasya. Ucapan selamat atas bayinya sekaligus ucapan selamat atas keberhasilan wanita itu merebut suamiku.Terlihat bahwa ia sedang online.[Kamu udah mau lahiran aja, ya. Sedangkan aku masih asik kerja di sini he ge.]Jujur aku benar-benar penasaran dengan balasan Tasya. Akan tetapi aku harus tetap bersikap biasa saja seolah tidak tahu apa pun. Aku cukup diam dan membalasnya dengan elegan.Jujur, hatiku berdenyut sakit kala mengetahui bahwa banalu dalam rumah tanggaku adalah sahabatku sendiri. Ya, lagi pula semua itu wajar bukan? Hati siapa yang tidak sakit jika berada di posisiku.Masih jelas terngiang kala itu, saat-saat aku dan Mas Riski masih berada dalam ikatan pacaran, aku selalu datang bersama Tasya se