Share

Fight For Love
Fight For Love
Penulis: Chocollacious

Chapter 1 - My Mistake

Darah berlumuran di lantai, tubuh pemuda itu jatuh tersungkur dengan tatapan sendu memandangi wanita cantik di sampingnya. Wanita itu terlihat syok, tubuhnya ambruk lemas menangis keras sambil menahan aliran darah terus mengalir pada tubuh pemuda itu. Tidak bisa berkata apapun, pemuda itu hanya bisa tersenyum padanya, matanya perlahan terpejam.

Sontak wanita berdarah bangsawan itu terbangun dari dunia mimpi menyeramkannya hingga dadanya terasa sesak sekarang dan keringat dingin terus bercucuran pada lehernya. Mengingat beberapa saat lalu sempat bertengkar dengan pemuda di dalam mimpinya adalah seorang pangeran dicintainya, membuatnya merasa sangat bersalah atas perbuatan kasarnya. Apalagi takut mimpinya berubah menjadi kenyataan.

Kebetulan sekali hari ini wanita cantik itu bertemu dengan kekasihnya di taman istana untuk meminta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya. Seketika tiba di taman, ia menduduki bangku taman sambil menarik napas panjang mempersiapkan mentalnya. Berusaha melupakan mimpi buruknya juga, mengurungkan niat memberitahu kekasihnya.

Tak lama kemudian, sang Pangeran tampan berpenampilan gagah menghampirinya, menundukkan kepala lesuh.

“Maafkan aku, Charlotte.”

“Kenapa kau meminta maaf padaku? Kau tidak berbuat salah apapun padaku.” Wanita berdarah bangsawan itu menggenggam tangannya, mengulum senyuman tipis. Sebenarnya sedikit terkejut mendengar permintaan maafnya.

“Hatimu hingga sekarang pasti rasanya masih sakit karena aku menyakiti perasaanmu sebelumnya.”

Charlotte menggeleng pelan, senyuman tulus terpancar pada wajahnya.

“Masa lalu, sebaiknya kita lupakan saja. Walaupun kejadian saat itu kau sempat menyakiti perasaanku, namun untuk saat ini aku sudah melupakannya.”

“Charlotte…”

“Kau tidak perlu mencemaskan masalah itu lagi. Memang ini semua salahku, karena keegoisanku, hubungan kita menjadi sempat rumit. Maafkan aku, Gabriel.”

“Tidak, Charlotte. Ini semua karena aku tidak menjelaskannya padamu. Karena hal itu, sangat wajar kau marah padaku sampai tidak ingin bertemu denganku.”

Helaan napas kasar dihembuskan dari rongga mulut Charlotte. Mengingat perkataan yang dilontarkan Gabriel sempat menyakitinya sebelumnya, namun dalam batinnya terdalam, kini ia sudah melupakannya begitu saja apalagi mengingat mimpinya.

Memandangi manik mata sang kekasih yang terlihat lesuh, membuat Charlotte semakin bersalah.

“Lain kali aku tidak akan memarahimu lagi.”

“Lebih tepatnya aku tidak akan membuatmu kecewa seperti sebelumnya. Karena aku tidak ingin hatimu retak bagaikan kaca pecah akibat kesalahan yang telah kuperbuat terhadapmu,” ungkap Gabriel tulus.

Sang Pangeran tampan mendaratkan kecupan manisnya pada puncak kepala sang pujaan hati mendalam dalam durasi beberapa detik sambil memejamkan matanya.

“Aku mencintaimu, Charlotte,” ungkapnya tulus.

“Aku juga mencintaimu, Gabriel.”

Gabriel beranjak dari kursi mengulurkan tangan kanan pada Charlotte.

“Ayo kita pergi sekarang!”

“Kita akan pergi ke mana?”

“Terserah padamu. Kau ingin pergi ke manapun, aku pasti akan mengantarkanmu ke tempat yang kau inginkan,” lontar Gabriel santai.

Charlotte mengulum senyuman hangat, menggenggam tangan sang kekasih lalu beranjak dari kursinya.

“Aku hanya ingin berjalan berdua denganmu di sini. Aku tidak ingin pergi ke tempat yang jauh karena itu sangat melelahkan bagiku.”

“Baiklah, kalau begitu aku akan menuruti keinginanmu saja,” balas Gabriel mengukir senyuman hangatnya sambil membelai rambut Charlotte lembut.

Mendengar kata yang tidak sepantasnya dilontarkan sang pangeran membuat Charlotte kembali berkeluh kesah, melepaskan genggaman tangannya langsung. Memandangi sang tunangan tiba-tiba bereaksi seperti itu, tangan kekarnya mendekapnya hangat.

“Aku tidak suka kau selalu berkata ‘menurut’ di hadapanku,” ujar Charlotte mendesah lesuh.

“Memangnya kenapa? Apa mungkin karena aku adalah seorang pangeran, jadinya kau tidak nyaman mendengar perkataan itu?” tanya Gabriel terheran.

“Seorang pangeran harus memiliki pendirian yang teguh. Aku sudah beberapa kali memperingatkanmu sejak dulu, tapi kau tetap saja tidak mendengar perkataanku sama sekali. Rasanya percuma sekali aku memberimu sebuah nasihat yang sama berulang kali.”

Gabriel menggeleng pelan, menggenggam kedua tangan Charlotte mengukir senyuman santai terpancar pada wajahnya.

“Lihat aku, Charlotte.”

Kepala Charlotte terangkat ringan, sorot matanya terfokus pada pesona ketampanan sang pangeran yang membuat dirinya selalu semakin cinta padanya. Tanpa ia sadari, senyuman bahagia terukir pada wajahnya tiba-tiba lalu tangan kanannya spontan menyentuh pipi sang kekasih.

“Setiap kali kau menyuruhku untuk melihatmu, pasti aku selalu kalah karena wajah tampanmu. Memang wajahmu ini sungguh menggodaku setiap saat.”

“Charlotte, aku tidak peduli jika aku mengucapkan kata yang tidak sepantasnya dilontarkan bagi keluarga kerajaan. Bagiku, semua manusia memiliki derajat yang sama, tidak ada yang namanya diskriminasi kasta. Walaupun kau bukanlah seorang putri kerajaan, melainkan wanita berdarah bangsawan keluarga Viscount, tapi derajat kita tetaplah sama. Aku paling benci ketika ada orang kerajaan yang membedakan kasta, walaupun kita tetap sesama umat manusia.”

Yang dimaksud Viscount di sini adalah nama keluarga Charlotte. Bukanlah sebuah gelar bangsawan di kerajaan lain.

“Maka dari itu, jangan pernah melarangku lagi. Aku ingin hidup seperti manusia biasa lainnya yang berbicara sesuka hati mereka tanpa adanya aturan yang ketat. Apakah kau mengerti, Charlotte?”

Charlotte mengangguk pelan sebagai respon menandakan bahwa ia menyetujuinya. Tanpa perlu berlama, Gabriel merangkul tangan tunangannya melanjutkan berjalan santai mengelilingi taman istana.

“Charlotte,” panggil Gabriel lembut.

“Iya, ada apa?”

“Pernikahan kita akan digelar dua hari lagi, apakah kau sudah siap menikah denganku?”

“Aku tidak ingin menjawabnya,” kata Charlotte datar.

“Ada apa denganmu? Apakah terjadi suatu masalah padamu?”

Sementara di sisi lain, sang Raja dan Ratu kerajaan Godnation yang merupakan kedua orang tua Gabriel memandangi perlakuan putra mereka sangat manis terhadap tunangannya dari dalam istana. Sang Raja Arthur terlihat santai dan lega memandanginya dari jendela sambil merangkul pundak istrinya mesra.

“Syukurlah putra kita kembali tersenyum lagi,” lontar Raja Arthur.

“Melihat mereka seperti ini, mengingat kita sewaktu sebelum menikah dulu.”

“Untung saja kita tidak menjodohkannya dengan wanita lain. Aku yakin sekali dia pasti tidak akan terlihat bahagia seperti ini, walaupun wanita itu cantik atau baik hati.”

Mendengar perkataan dari sang Raja, sang Ratu menghembuskan napasnya lesuh, kepalanya menunduk.

“Kenapa kau menundukkan kepalamu tiba-tiba, Evelyn?” Dahi Raja Arthur mengernyit.

“Aku jadi teringat kita bahkan hampir menjodohkan Gabriel dengan Perdana Menteri Agnes.”

“Oh, masalah itu. Memang karakternya dengan karakter Gabriel sangat berbeda. Jika mereka disatukan, aku yakin sekali mereka pasti tidak akan pernah mencintai satu sama lain.”

“Maka dari itu, sudah kukatakan sejak awal padamu bahwa kita tidak pernah menjodohkannya. Karakter Agnes yang keras kepala dan karakter Gabriel yang lemah lembut, sangatlah berbeda jauh. Jika berbeda pendapat, mungkin akan terjadi konflik terus,” tambah Ratu Evelyn.

Di tengah perbincangan mereka, sebenarnya dibalik sebuah pilar terdapat seseorang yang sedang mendengar perbincangannya sejak awal. Orang misterius tersebut tidak terlihat jelas, hanya saja senyuman licik terukir pada wajahnya, lalu dengan sigap berjalan menuju suatu tempat.

Sang Pangeran dan kekasihnya sedang melakukan perbincangan serius di taman istana. Helaan napas lesuh dihembuskan dari mulut sang pangeran, spontan ia mendekapnya dengan hangat sambil mengusap kepalanya lembut.

“Apakah mungkin kau belum siap menikah, maka dari itu kau tidak membalas perkataanku tadi?” tanya Gabriel ragu.

“Bukan begitu.”

“Lalu apa? Apakah mungkin kau masih belum siap bergabung menjadi anggota keluarga kerajaan?”

“Bukan karena itu juga.”

“Kalau kau selalu membantahnya, lalu alasan apa sampai kau ragu menjawabku?” Gabriel mengulang kembali pertanyaannya untuk meyakinkan tunagannya.

“Sebenarnya aku siap menikah denganmu. Tapi apakah kau sungguh siap?”

“Kenapa kau menanyakanku seperti itu? Tentu saja aku pasti siap menikah denganmu. Sejak dulu, impianku adalah menikah dengan wanita yang kucintai seumur hidupku,” ungkap Gabriel lantang.

“Aku tahu kau pasti siap menikah, tapi apakah Raja dan Ratu siap menerimaku sebagai menantunya?”

Gabriel tertawa kecil sambil menggelengkan kepala membuat Charlotte terheran padanya.

“Kenapa kau malahan menertawaiku?”

“Itu karena barusan kau melontarkan perkataan konyol bagiku,” balas Gabriel masih tertawa terbahak.

“Maksudmu apa?”

“Tentu saja, kedua orang tuaku pasti menerimamu sebagai istriku. Lagipula sejak dulu juga mereka sangat menyukai karaktermu yang baik hati dan kuat.”

“Oh, begitu rupanya.” Senyuman tipis kembali terukir pada wajah Charlotte.

“Kau tidak perlu mencemaskan masalah itu lagi. Yang terpenting sekarang, kita fokus saja dengan pernikahan kita nantinya. Kau cukup mendoakan semoga di hari pernikahan kita, tidak ada suatu tembok penghalang yang bisa menghancurkan acara pernikahan.”

“Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan berpikir yang aneh lagi.”

“Ini baru Charlotte yang kukenal selalu terlihat percaya diri di mataku,” lontar Gabriel sambil mengelus kepala Charlotte.

“Selain karakterku baik hati dan kuat, apa ada hal lain yang kau suka dariku?”

“Apapun yang kau lakukan selalu manis di hadapanku. Terutama, kita memiliki bakat yang sama yaitu pandai merancang pakaian dan bermain piano.”

“Jadinya, karena kita memiliki bakat yang sama, kita bisa melakukannya bersama supaya terkesan lebih romantis.”

“Kau memang selalu peka dan cerdas padaku.” Gabriel mencium pipi kekasihnya dengan penuh cinta.

“Gabriel, yang aku sukai darimu sebenarnya banyak sekali sampai aku bingung ingin menyebutkannya seperti apa.”

“Kau pernah mengatakannya padaku sebelumnya, kalau kau sebut semuanya sampai mulutmu pegal, aku pasti mendengarnya dengan senang hati.”

“Aish, nanti aku haus, kau harus bertanggung jawab!”

Gabriel menyunggingkan senyuman nakal, semakin mendekati wajahnya dan menyentuh pipi lembutnya.

“Kalau kau haus, kau bisa memintaku.”

Pikiran Charlotte sudah berkelana entah kemana, sorot matanya malahan terfokus pada bibir kekasihnya.

“Mengenai itu, aku tarik ucapanku deh.”

“Kau tidak ingin mendapat ciuman dariku?” Jempol Gabriel terus mengusap bibir cantik kekasihnya pelan.

“Hmm kalau itu sih…kita tidak mungkin…melakukannya di sini. Nanti kalau sampai ada yang ganggu kita, gimana?”

“Tenang saja, kalau seandainya ada yang ganggu, kepala orang itu siap-siap akan kupenggal.” Gabriel tertawa usil sambil memegangi perutnya.

“Pangeran Gabriel!” Seorang pemuda menghampiri mereka di tengah perbincangan mereka tiba-tiba.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sakura Flowers
Romantis banget pangeran Gabriel ......
goodnovel comment avatar
Sakura Flowers
Semoga aja hanya mimpi ya..Ga kejadian beneran. kalau sampe kejadian, serem banget ......
goodnovel comment avatar
Bismillah Fysy
Senyum ceria mereka yg di gambarkan disini,entah knp kok hati ini malah nyesek y bacanya^^
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status