Sampai di apartemen Yogie, Elena hanya mampu mengamati seluru isi apartemen tersebut. khas laki-laki, pikirnya. Tidak ada barang yang istimewa, hanya peralatan sehari-hari yang di butuhkan lelaki tersebut. Apartemen itu juga lebih sederhana dari pada apartemennya. Apa Yogie memang orang yang sederhana?
“Kenapa? Kecewa karena ini bukan apartemen mewah?”
Elena menggeleng. “Tidak, aku malah suka dengan suasananya.”
“Suasananya? Yang benar saja. Di sini sangat sepi dan membosankan. Aku bahkan sudah bosan tinggal di sini sendirian.”
“Kalau begitu, kenapa tidak pulang?”
“Kamu tahu bukan, kalau aku sedikit ada masalah dengan orang tuaku, jadi, kupikir di sini lebih baik.”
Elena hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak ingin membahas terlalu jauh tentang keluarga Yogie, karena ia yakin jika lelaki itu tidak ingin membahasnya.
“Oke, kamu boleh duduk di sana, aku akan menyiapkan m
Yogie masih tercengang dengan apa yang baru saja di ucapkan Elena. Kakinya ingin bergerak menyusul wanita itu, tapi rasanya sangat berat, tubuhnya terasa kaku, rasa shock benar-benar mengambil alih tubuhnya.Jantungnya tidak berhenti berdebar kencang, dan sedikit senyum terukir begitu saja pada wajahnya.Elena mencintainya? Wanita itu mencintainya? Apa benar? Lalu kenapa Elena malah memutuskan hubungan mereka? Atau, jangan-jangan Elena memang sengaja mengucapkan kata cinta supaya hubungan mereka berakhir?Yogie mendengus sebal. Ya, tentu saja, mana mungkin wanita itu jatuh hati padanya. Elena pasti cuma mengada-ada, membuat alasan seperti itu untuk putus darinya. Sialan! Wanita itu sangat pintar, pintar dan licik.***Baru kali ini Elena menangis sesenggukan karena seorang lelaki. Dulu ia pernah menangis, tapi itu karena kekasaran yang ia peroleh dari guru les privatnya yang gila. Kini, tangisnya jelas berbeda, tangis seorang w
Hampir Dua tahun berlalu….Kaki jenjang itu menuruni anak tangga demi anak tangga pesawat jet pribadi dengan begitu anggunnya. Uraian rambut itu terlihat begitu indah ketika tertiup semilirnya angin. Elena membuka kacamata hitam yang ia kenakan, menghela napas panjang kemudian menatap jauh dimana matanya dapat menatap beberapa pesawat yang terparkir dengan rapi di hadapannya.Hari ini ia telah kembali, kembali setelah dua tahun lamanya ia lari seperti seorang pengecut yang takut dengan penolakan.Oh, berterimakasihlah pada Megan, sahabatnya yang mau mendengar semua keluh kesahnya selama dua tahun terakhir. Bukan hanya itu saja, Megan bahkan tidak berhenti untuk menyadarkan Elena, jika tidak ada yang salah dengan jatuh cinta.Jatuh cinta dan mendapat penolakan itu hal yang wajar. Ia tidak perlu takut atau bahkan lari seperti seorang pengecut.Megan juga berkata. “Jika kamu mencintainya, maka kejarlah, buat dia
Elena tidak berhenti tersenyum, karena malam ini ia akan bertemu dengan sosok yang ia rindukan. Siapa lagi jika bukan Yogie. Setelah pulang dari Boston beberapa hari yang lalu, Elena lantas meminta bawahannya untuk mencari tahu semua tentang Yogie. Dan Elena terkejut mendapatkan hasilnya.Lelaki itu berubah.Berubah total!Lelaki itu kini menjelma menjadi pengusaha muda. Bukan lagi seorang pengangguran yang hobbynya Clubing di kelab malam atau balapan motor layaknya anak muda. Elena bahkan sempat tertarik melihat profil Yogie di internet. Dan banyak sekali ia mendapatkan foto-foto lelaki itu dengan setelan resminya.Oh, Elena benar-benar ingin kembali bertemu dengan lelaki itu. Apa sikap Yogie masih sama dengan dulu? Atau kini lelaki itu lebih arogan seperti pemimpin-pemimpin perusahaan pada umumnya? Elena tersenyum ketika membayangkan kearoganan Yogie, ah, mungkin akan lucu sekali.Tapi kemudian senyumn
Setelah cukup lama tercengang dengan apa yang baru saja ia lihat, Yogie mulai dapat mengendalikan dirinya lagi. Dengan santai ia duduk di kursi tepat di hadapan Elena, sedangkan Elena sendiri ikut duduk kembali di kursinya saat tidak mendapat respon yang baik dari Yogie.“Jadi kamu, investor baru perusahaan kami?” Yogie bertanya dengan nada yang di buat sedingin mungkin.“Ya, kuharap perusahaan kalian mau menerima investasi yang aku berikan.” Elena menjawab setenang mungkin, padahal kini hatinya sedang bergejolak karena sikap yang di tampilkan Yogie padanya.“Kenapa kamu mau berinvestasi di perusahaan keluarga kami?”“Hanya ingin, tidak ada alasan spesifik lainnya.”“Kalau aku menolak?”“Aku akan memaksa.”Yogie tersenyum miring. “Jangan mentang-mentang kamu lebih kaya di bandingkan denganku, lalu kamu bisa memaksa sesuka hati kamu.”“Aku
Yogie menarik dirinya, ia kembali mendaratkan cumbuannya di sepanjang punggung Elena, menggodanya dengan gerakan erotis, hingga kembali membuat Elena mengerang karena sensasi yang di berikan oleh Yogie.Erangan Elena kembali membuat Yogie menegang seutuhnya, ia menginginkan Elena kembali, dan ia akan mendapatkannya. Masih dengan memeluk tubuh Elena, Yogie memposisikan wanita itu miring memunggunginya, kemudian mengangkat sebelah kekinya, lalu kembali menenggelamkan diri dalam kelembutan tubuh Elena.Yogie kembali mengerang bersamaan dengan gerakannya yang mulai seirama dengan erangannya. Jemarinya mencengkeram dagu Elena, menolehkan ke arahnya, kemudian bibirnya mencumbu bibir Elena dengan begitu panas dan kasar. Oh, benar-benar sangat erotis.Yogie bergerak cepat tanpa melepaskan tautan bibirnya dari bibir Elena, sedangkann Elena sendiri tampak pasrah dengan apa yang di lakukan Yogie padanya, wanita itu menikmati semua sentuhannya, dan Yogie senang karena itu.
“Aaron?!” Elena memekik tak percaya.Dengan spontan ia menghambur ke dalam pelukan lelaki tersebut, lelaki yang sudah seperti sahabatnya sendiri ketika dulu belajar di Harvard University.Aaron memang teman Elena sejak SMA, bahkan lelaki itu bisa di bilang sahabat dari Yogie, tapi ketika lulus SMA, Aaron memilih melanjutkan studynya di Harvard university, begitupun dengan Elena. Keduanya semakin dekat. Beberapa kali Elena membantu Aaron, begitupun sebaliknya.Dulu, ketika SMA, Elena sempat tertarik dengan sosok Aaron. Siapa sih yang tidak tertarik dengan sosok tersebut, lelaki tampan dan juga populer di sekolah mereka. Hanya saja dengan tegas Aaron menolaknya, lagi pula saat itu Elena masih terikat dengan Gilang, guru les privatnya yang setengah gila.“Bagimana kabarmu? Kudengar kemarin kamu sempat tinggal di Boston, kapan kamu kembali?” tanya Aaron yang masih membalas pelukan Elena.Elena melepaskan pelukannya. &ld
Elena menginginkan Yogie, ia tentu tahu itu. Hanya saja cara yang di berikan Yogie membuat Elena tersakiti. Kata-kata yang terlontar dari bibir lelaki tersebut seakan menunjukkan jika Yogie melihat Elena hanya sebagai pelacur pribadinya.Elena tidak ingin begitu, ia tidak ingin di lihat seperti itu. Bagaimanapun juga, kini ia sudah berubah. Ia sudah tidak lagi melakukan seks dengan lelaki lain selain Yogie, ia tidak mampu memikirkan tubuh lelaki lain selain tubuh Yogie, apa lelaki itu tak mampu melihat ketulusannya?Lamunan Elena buyar ketika Yogie mempercepat lajunya, membuat Elena mau tidak mau mendesah dengan napasnya yang sudah terengah-engah. Oh, ia akan mencapai puncak kenikmatan tersebut, sedangkan Yogie sendiri kini sudah sibuk menggigiti lehernya, seakan menunjukkan jika lelaki tersebut juga semakin menegang ketika puncak kenikmatan itu akan tiba padanya.Yogie menghujam lagi dan lagi dengan erangannya yang semakin keras, menggema di ruang tamu Elena. H
Elena terbangun ketika mendengar ketukan pintu apartemennya yang semakin keras. Ahh, siapa sih malam-malam begini yang mengganggu tidurnya? Elena memijit pelipisnya yang masih terasa nyeri, kemudian ia terkesiap ketika menyadari sesuatu.Jemarinya dengan spontan meraba perut datarnya, di mana di sana telah tumbuh janin dari lelaki yang sangat ingin ia hindari. Tumbuh lagi, untuk kedua kalinya. Lagi? Ahh, kenapa tuhan menghukumnya seperti ini?Tadi siang, Elena terbangun di ruang IGD bersama dengan sekertaris pribadinya yang tampak sangat khawatir dengan keadaannya, seorang dokter datang