Share

From The Past
From The Past
Penulis: Ladyfii

Perang Kerajaan

Andai semua tak terjadi

Merubah untuk peduli

Hingga resmi

Mencintai

Penyesalan

Mulai menyakiti

Rasa salah menghantui

Tertinggal luka merana hati

Jika semua bisa terulang

Mungkin tetap berjuang

Hilang kesalahan

Bertahan

(Munjong)

***

Penyesalan ini terjadi dulu, ketika amarah mulai menguasai dirinya. Ketika rasa percaya teracuni dengan ribuan kata dusta. Kebohongan menguasai pikirannya, hingga terjadilah rasa sakit karena kehilangan. Telah tiada, pun tak akan ada obat ataupun solusi untuk mengembalikan semuanya. Yang hilang maka tetap hilang, yang ada maka akan tetap ada. Itu juga berlaku untuk rasa bersalah.

Bermula dari zaman Paleolitik Awal, kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun lamanya. Persaingan kerajaan pasti ada, tetapi pertemanan antar raja juga pasti ada. Ini berjalan hingga masa kerajaan Gojong juga kerajaan Taeso. Dua kerajaan yang memiliki posisi tertinggi di negara tersebut. Persaingan tetap berjalan, baik secara ekonomi maupun kemiliteran. Masa-masa politik juga berkembang di kedua kerajaan tersebut, hingga terjadilah suatu peristiwa yang menghilangkan ribuan nyawa.

.

.

"Sudah siap dengan peralatannya?" tanya salah satu anggota prajurit kerajaan.

"Semua sudah disiapkan dengan baik dan tidak ada satu pun yang tertinggal," jawab salah satu prajurit yang ditugaskan untuk menyiapkan alat-alat perang.

"Bagus, sekarang bawa semua itu ke depan! Raja sudah menunggu kita," katanya lalu pergi bersama prajurit-prajurit yang berada di sana untuk menemui Sang Raja.

Terlihat semua siap untuk melakukan perang. Para istri prajurit, selir, dan juga Ratu Yunmin mengantar mereka sampai depan gerbang. Ratu berjalan mendekat pada Raja sembari mengangkat bagian bawah pakaiannya yang menempel ke tanah.

"Hati-hati, Raja," ucap sang ratu khawatir.

Yunmin memposisikan dirinya kini sebagai seorang istri, di mana ia sangat takut bila suaminya harus pergi berperang dan menghadapi banyak bahaya di luar sana. Ia menatap suaminya dengan air mata yang mengambang. Ingin menangis, tetapi ia sadar posisinya kini di mana. Sebagai seorang Ratu, Yunmin harus menjadi wanita kuat dan berwibawa. Ia harus menepis semua rasa cengeng dan sifat-sifat buruknya di hadapan semua orang.

"Baik-baiklah di sini dan jangan biarkan Moa tahu soal ini," kata Raja Gojong memberi pesan. Sesungguhnya, Raja sangat ingin anaknya ikut hadir untuk mengantarnya sebelum berangkat perang. Karena jika ia kalah, setidaknya sebelum meninggal, Gojong masih diberi kesempatan melihat wajah Moa untuk terakhir kalinya.

"Raja tenang saja, Moa masih tertidur lelap akibat ramuan yang tabib berikan kemarin," ucap Sang Ratu.

Mereka terpaksa memberikan Moa obat tidur agar tak menghalangi ayahnya berperang. Anaknya tidak ingin jika Raja Gojong harus membunuh kekasih beserta keluarganya. Namun, Raja tetap melakukan. Jika tidak, maka keluarganya sendiri yang akan terbunuh.

"Baiklah, aku harap dia tidak akan bangun sampai besok pagi. Kalau begitu aku berangkat dulu. Di sini ada Daejang yang akan membantumu menjaga istana, doakan semoga kita menang," ucap sang raja pada ratu kesayangannya.

Daejang adalah teman masa kecil Raja Gojong yang juga merupakan tangan kanannya. Daejang anak dari Paman Yopo yang merupakan sepupu dari Ayah Gojong dan juga menjabat sebagai menteri pada masa kejayaan Ayah Gojong. Semua hal yang berbau Istana, Daejang lah yang mengurusnya. Begitu pula dengan adanya informasi penting yang menyebabkan perang ini terjadi.

"Iya, Raja. Kami semua menunggumu di sini." Ratu Yunmin memeluk suaminya dengan sangat erat. Rasa takut pun semakin menguasai dirinya. Ia berdoa di dalam hati, semoga Raja Gojong dapat selamat bersama pasukannya.

Raja Gojong dan para prajurit pun berangkat ke tempat musuh, tepatnya Istana yang ditempati oleh keluarga Raja Taeso. Kedua keluarga tersebut merupakan musuh, entah apa alasan kuat dua kerajaan ini tidak akur, seluruh masyarakat sekitar hanya tahu keduanya bermusuhan karena masalah politik dan kekuasaan. Alasan sebenarnya mereka tidak akan tahu karena semuanya dirahasiakan.

Mereka telah sampai di sekitar kerajaan, lalu kedua anggota Hwarang bersama dengan beberapa prajurit menyelinap masuk untuk memastikan apakah keadaan aman atau tidak. Ternyata keadaan sangat aman dan sepertinya Raja Taeso tidak tahu menahu tentang serangan yang akan mereka lakukan malam ini. Hwarang yang bernama Jati pun melapor kepada Raja.

"Lapor Raja, keadaan sekitar Istana sangat aman begitu pula di dalamnya. Sepertinya mereka semua sedang beristirahat," jelas Jati.

"Bagus, sekarang kalian siapkan peralatan dan tempati posisi masing-masing!" perintah Sang Raja.

Butuh waktu 5 menit semua telah menempati posisi masing-masing sesuai dengan strategi yang mereka siapkan sebelumnya.

"SERANG!!!"

Semua pasukan pun masuk ke wilayah kerajaan untuk menyerang. Keadaan yang semula aman tentram, sunyi, dan sangat sepi, tiba-tiba menjadi riuh. Seluruh prajurit dari kerajaan Taeso ternyata sudah siap untuk melawan serangan dari pasukan Raja Gojong. Entah, mungkin ini adalah strategi mereka berpura-pura untuk tidak tahu tentang serangan yang akan terjadi. Taktik yang luar biasa, bahkan kerajaan Taeso mampu mengimbangi lawan seakan sudah mempersiapkan semuanya secara matang. Namun, kenapa yang memimpin peperangan justru Putra Mahkota yang bernama Munjong dan bukan Sang Raja sendiri. Di mana Raja Taeso berada? Akankah ia kabur, atau justru sedang bersembunyi di dalam istana?

"Jati, cari tahu ke mana Raja Taeso berada. Kenapa dia tidak ikut berperang!" perintah Raja Gojong pada Hwarang Jati.

"Baik, Raja," kata Jati yang siap untuk mencari informasi.

Jati mulai mencari Raja Taeso di saat peperangan masih berlangsung. Mencoba untuk menyelinap ke dalam hingga mendapatkan informasi penting. Ia pun kembali untuk menemui Raja Gojong.

"Lapor Raja! Ada hal penting yang harus saya sampaikan," ucap Jati setelah menarik Sang Raja dari ramainya pertarungan.

"Ada informasi apa? Kenapa wajahmu panik sekali?" tanya Raja Gojong.

"Raja Taeso ternyata sudah tahu tentang rencana penyerangan kita, karena itu kenapa mereka terlihat sangat siap melawan seluruh pasukan kita," jawab Jati menjelaskan.

"Aku juga berpikir seperti itu saat melihat prajurit mereka tiba-tiba juga ikut menyerang. Pintar juga dia dalam membuat taktik."

"Ada hal lain lagi Raja, ini jauh lebih penting."

"Apa?" tanya Sang Raja.

"Raja Taeso sedang menyerang kerajaan kita bersama beberapa prajurit. Orang-orang di kerajaan pasti sedang dalam bahaya sekarang, lebih baik Raja pulang dan selamatkan anak istri Raja. Di sini biar kami yang mengurus," jelas Jati.

"Kurang ajar kamu Taeso! Berani-beraninya kau berbuat curang seperti ini! Awas saja, akan kupenggal kepalamu dengan tanganku sendiri." Raja Gojong sudah naik pitam bahkan menyimpan dendam yang teramat dalam. Ingin rasanya ia memenggal kepala lawannya, lalu membuangnya ke jurang.

"Aku akan pergi, kau berhati-hatilah, Jati," ucap Raja Gojong kemudian hendak pergi meninggalkan peperangan.

"Mau ke mana kau, Gojong! Tak semudah itu kau lari dari pertarungan ini," ucap Munjong mencegahnya di depan gerbang. Satu pedang panjang yang tampak sangat tajam berada di tangan kanannya.

"Cih, ternyata kau dan ayahmu sama saja yah, sama-sama curang dan bermuka dua. Untung saja aku tak pernah merestui hubunganmu dengan Moa. Aku sangat tidak sudi jika putriku harus menikah dengan laki-laki biadab sepertimu," hina Raja Gojong.

"Tutup mulutmu, Gojong! Bukan keluargaku yang berkhianat, melainkan keluargamu sendiri. Jangan pernah menutup kesalahanmu dengan memfitnah keluargaku. Aku sudah tahu semuanya dan lihatlah pembalasanku. Rasakan ini!!!"

Munjong terus menyerang Raja Gojong menggunakan pedangnya, sedangkan Gojong berusaha menghindar dan tak berniat untuk melawan anak itu. Yang ada di pikirannya kini hanya keselamatan Ratu Yunmin dan putri kesayangannya Moa. Gojong berharap semoga Daejang dapat menjaga mereka berdua sesuai dengan pesannya sebelum berangkat perang.

SSSRRRAAATTT

Gojong yang tak fokus dalam perang pun terkena pedang Munjong. Berkali-kali anak itu menyerang tiada ampun hingga membuat sang Raja terkapar penuh dengan darah. Senyum bringas terlihat di sudut bibirnya, satu kali tusukan pasti akan membuat Raja Gojong tewas.

"Munjong ...!!!" Teriakan seorang perempuan terdengar menguasai lapangan perang.

"Moa?" Terkejut Munjong saat melihat kekasihnya datang dalam keadaan baju yang penuh dengan noda merah.

"Munjong, jangan bunuh ayahku! Semua hanya kesalahpahaman," lerai Moa.

"Cukup Moa! Kau tak perlu membela ayahmu lagi. Lagipula dia pantas menerima kematiannya," jelas Munjong cukup emosi.

"Tidak Munjong, semua hanya salah paham. Dengarkan dulu penjelasanku!" Moa mencoba menjelaskan, tetapi kekasihnya sudah tak percaya lagi dengan omongannya. Yang ada di pikiran Munjong hanya dendam dan rasa kecewa. Sakit yang menusuk lubuk hati membuatnya tuli dan buta akan hadirnya orang yang paling ia cintai.

"Tak ada lagi yang perlu dijelaskan Moa. Tutup matamu atau kau akan melihat kematian ayahmu!" ancamnya.

"Mo- Moa ...!" ucap ayahnya berusaha memanggil Moa. Gadis itu menoleh ke arah Raja Gojong yang sudah bersimbah darah.

"Ayah, hiks." Gadis itu hanya mampu menangis ketika melihat ayahnya tak berdaya.

"Sudah cukup dramanya?" tanya Munjong menyindir.

"Jangan bunuh ayahku, Munjong. Kumohon!" Pria itu tetap tak mendengarkan Moa dan bersiap-siap untuk membunuh Raja Gojong.

"Jangan Munjong, hiks. Jangan lakukan itu!" pinta Moa.

"Sudah terlambat, jika memang pilihanmu ingin melihatnya mati, maka lihatlah!"

JLEB

Munjong menusuk perut Gojong yang terkapar di tanah membuat sang Putri jatuh karena syok dan kakinya pun mulai melemas.

"Ayah ...!" Tangisan Moa semakin pecah saat melihat ayahnya tak bernyawa akibat ulah kekasihnya sendiri.

"Kenapa kamu tega melakukan ini pada ayahku, Munjong? Kenapa kamu tidak mau mendengarkan penjelasanku terlebih dulu. Kenapa?" tanya Moa dengan nada berteriak. Tangisannya semakin pecah. Orang yang ia cintai sudah tak mau mempercayainya lagi. Pikiran Munjong sudah teracuni dengan banyaknya berita bohong, hingga membuatnya tega melakukan ini semua.

"Kau dan ayahmu sama saja, Moa. Aku tahu selama ini kau menjadikanku sebagai alatmu untuk menghancurkan keluargaku, bukan? Mungkin benar aku sangat mencintaimu, tapi itu dulu sebelum aku tahu seperti apa watak aslimu. Aku membencimu, dan sekarang giliranmu untuk menyusul ayahmu." Munjong meletakkan pedang panjangnya di depan wajah Moa dan bersiap-siap untuk menusuk kekasihnya.

Moa menghapus air matanya. "Sepertinya pikiranmu benar-benar sudah teracuni. Walau harus kujelaskan beribu kali pun kau tak akan pernah percaya. Baiklah, jika memang kau ingin membunuhku juga, maka bunuhlah aku. Ingatlah Munjong, bahwa aku sangat mencintaimu. Bahkan jika Tuhan memberikan aku kehidupan lagi, cintaku akan tetap untukmu. Semoga kamu tidak menyesal setelah ini," ucap Moa lalu menutup kedua matanya pasrah.

JLEB

Munjong tetap menusuk Moa dengan aliran air mata yang tak dapat terbendung.

.

.

.

Hallo ...

Ini hanyalah karangan penulis dan tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata.

Terima kasih ...

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Yuta W
Good sih...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status