Beranda / Romansa / From Your Eyes Only /  Selalu Ada Kebaikan Di Balik Rencana Tuhan

Share

 Selalu Ada Kebaikan Di Balik Rencana Tuhan

Penulis: Netganno
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 14:30:22

PAGI YANG MENDUNG DI JAKARTA EYE CENTRE KEMAYORAN

Langit Jakarta menggantung sendu pagi itu. Awan kelabu melayang rendah seakan tahu bahwa di lantai tiga Jakarta Eye Centre, sepasang suami istri sedang menggantungkan hidup dan harapan mereka pada team dokter yang sedang mengoperasi. Di depan ruang operasi itu langkah Johan dan Susan mondar-mandir tak beraturan. Jalan ke kanan, lalu balik lagi ke kiri. Keringat dingin bercampur dengan kegelisahan yang membuncah. Nafas mereka terdengar berat  bukan karena lelah, tapi karena cemas yang menyesakkan dada.

Julio.

Anak mereka. Satu-satunya. Laki-laki yang sejak kecil mereka besarkan dengan limpahan cinta dan harapan. Anak yang tak hanya menjadi kebanggaan keluarga, tapi juga pewaris tunggal Kerajaan Bisnis Wicaksono yang selama ini mereka bangun susah payah.

Sekarang, Julio terbaring di meja operasi. Matanya yang dulunya penuh semangat , penuh mimpi rusak akibat kecelakaan mobil tepat di hari pernikahannya.  Retina tak lagi merespons. Dunia menjadi gelap baginya. Dan harapan satu-satunya hanyalah transplantasi kornea.

Di hari kecelakaannya,  saat dokter menyampaikan vonis bahwa Julio akan buta permanen, seisi dunia seakan runtuh. Terlebih lagi Erika, wanita  yang katanya mencintai Julio sejak masa kuliah, yang akan menjadi istri sah Julio dengan tanpa hati,  memutuskan untuk pergi.

“Maaf, aku tidak sanggup menikahi pria yang buta…” katanya dingin.

Kata-kata itu lebih tajam daripada kecelakaan yang menghancurkan mata Julio.

Namun, di tengah reruntuhan itu, Tuhan masih menghadirkan seberkas cahaya . Ketika saat Erika telah pulang dengan memberi luka, ternyata malam itu seorang wanita berseragam putih dengan suara lembut  membawa harapan saat dia mengetuk pintu kamar VVIP tempat Julio dirawat.

“Selamat malam, Pak Johan… Ibu Susan. Saya dr. Yvonne,” ucapnya dengan suara lembut namun tegas.

Johan berdiri tergesa, suaranya gemetar. “Dok… ada kabar baik kah? Adakah kornea yang cocok untuk Julio…? Kami bersedia bayar berapapun…”

Yvonne tersenyum samar, lalu duduk perlahan.

“Begini, Pak. Kami dari siang sudah memasukkan nama Julio ke daftar tunggu di Bank Mata Indonesia. Ini adalah sistem nasional. Semua sesuai urutan dan kecocokan medis. Tidak bisa dibeli. Tidak bisa didahulukan hanya karena status sosial atau harta,” katanya tegas namun tetap menenangkan.

Ia melanjutkan, menjelaskan dengan jernih bahwa transplantasi kornea termasuk dalam kategori transplantasi jaringan tubuh yang diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, serta diperkuat oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 38 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Donasi Organ dan Jaringan.

“Sesuai hukum, tidak boleh ada transaksi jual beli organ atau jaringan tubuh manusia. Jika melanggar, bisa dikenakan pasal pidana. Semua harus murni berdasarkan kerelaan pendonor, kecocokan medis, dan urutan daftar tunggu,” jelas dr. Yvonne.

Johan menunduk, suaranya melemah.

“Maafkan saya, Dok… maksud saya bukan menyuap. Saya hanya ingin… saya ingin dokter dan pihak rumah sakit tahu kalau  biaya operasinya, kami siap tanggung semuanya.”

Dr. Yvonne mengangguk lembut.

“Untuk biaya operasi tentu dibebankan kepada keluarga pasien. Tapi untuk ketersedian  donor, tidak bisa dibeli dengan uang. Mohon bisa dipahami ya, Pak. Jadi jangan ada lagi kata-kata tentang uang.”

“ Maaf sekali lagi, Dok. Bukan maksud saya…Benar bukan maksud saya membicarakan tentang uang.” Kata Johan penuh penyesalan

Dokter Yvonne tersenyum “ Saya mengerti. Nggak usah minta maaf lagi. Begini Pak Johan, saya visit malam ini, mau menyampaikan kabar baik.”

Susan menatapnya penuh harap, jantungnya nyaris berhenti berdetak.

“Pagi tadi,  penerima donor ,  di  atas nama Julio... dinyatakan meninggal dunia .  Dan setelah tim kami melakukan konfirmasi dan test berulang,  ternyata kornea mata dari pendonor  cocok untuk Julio. Jadi  sesuai urutan, sesuai jenis kelamin, dan kondisi medis Julio, ia  kini resmi pasien yang akan mendapat donor mata itu. Ini benar-benar keinginan Tuhan, biasanya tidak bisa secepat ini.”

Susan menutup mulutnya, air mata langsung mengalir deras. Johan memejamkan mata, memeluk istrinya erat-erat. Sementara Julio, dari ranjangnya, bibirnya membentuk  senyum  tipis.

“Dokter…” katanya lirih. “Bolehkah saya tahu… siapa pendonornya?”

Dr. Yvonne menggeleng pelan, lalu menjawab .

“Tidak bisa, Julio. Hukum dan etika medis melarang pengungkapan identitas. Pendonor dan penerima tak boleh saling tahu. Semua  itu bersifat rahasia.”

Julio terdiam. “Lalu… bagaimana saya berterima kasih…?”

“Dengan menjaga mata itu. Dengan melihat dunia lebih baik dari sebelumnya. Gunakanlah mata itu untuk hal-hal yang berarti. Itulah cara terbaik untuk bersyukur kepada orang yang memberikannya kepadamu ”

Julio mengangguk pelan. Kedua orang tuanya tersenyum penuh rasa syukur

Dan di pagi ini, meskipun langit Jakarta tetap mendung. Tapi bagi Johan dan Susan, langit tak lagi sehitam kemarin. Mereka tetap jalan mondar mandir  di lorong rumah sakit. Johan berjalan sambil menunduk, jemari tangannya saling menggenggam, mulutnya mengalunkan   doa panjang.

Susan memeluk syal Julio, menciuminya seolah berharap harum tubuh anaknya bisa menenangkan dentuman di  dadanya yang terus bergejolak.

Jam demi jam berlalu. Seorang perawat keluar membawa map medis tapi bukan kabar tentang Julio  hanya administrasi. 

“Tuhan… Tolong jaga Julio , anak kami satu-satunya, tolong beri dia kesembuhan dan cahaya di matanya, tolong jaga dia ” bisik Johan dalam hati.

Susan pun tak kalah pilu. Di benaknya terulang wajah Julio saat Erika meninggalkannya.

Wajah yang dulunya penuh cahaya, kini tertutup gelap dan dikhianati cinta. Wanita itu pergi.

Dan Susan tahu,  luka di hati anaknya itu pasti lebih sakit  dari kehilangan cahaya di matanya.

“Tuhan… kembalikan sinar dalam matanya. Agar dia bisa melihat dunia… dan cinta… lagi.”

TIGA JAM BERLALU.

Akhirnya, lampu merah di atas  ruang operasi padam.

Pintu terbuka perlahan. Seorang dokter keluar, matanya lelah namun menyimpan kilau kemenangan.

“Pak Johan… Ibu Susan…” ucapnya.

Mereka berdua berdiri bersama. 

“Operasi berhasil. Kornea diterima dengan baik. Julio kini dalam tahap pemulihan. Kami akan memantau ketat agar tidak terjadi infeksi atau komplikasi.”

Susan langsung menangis. Tangis lega. Tangis syukur. Tangis bahagia. Johan menunduk dalam, menahan emosi yang tak lagi bisa dibendung.

“Terima kasih, Dokter. Terima kasih…” ucapnya, suaranya bergetar.

“Mohon pastikan Julio tidak stres. Proses penyembuhan bisa panjang. Tapi yang paling penting… jangan biarkan dia merasa sendirian.”

Di ruang  pemulihan, Julio belum sadar. Wajahnya masih pucat. Matanya masih tertutup perban.

Susan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat,  sama seperti gengaman saat ia pertama kali mengajari Julio berjalan puluhan tahun lalu.

Air mata jatuh dari mata Susan, mengalir pelan di pipinya dan  jatuh ke jemari anaknya.

“Kamu tidak sendiri, Nak… kamu tidak akan pernah sendiri…”

Dan di luar sana, langit yang tadinya mendung… perlahan mulai cerah membawa setitik harapan yang telah kembali hadir untuk keluarga mereka.

.

Netganno

Hi teman-teman Jelitaku, terimakasih uda mampir di rumah baruku Good Novel. Novel ini akan mulai ku update setiap Senin-Rabu Jumat mulai tanggal 1 Agustus di jam 7.30 Pagi. Aku selalu tepat waktu. hehehe. Oh ya bagi teman2 yang baru baca novelku, panggil aja aku CiNet, aku mamak 52 tahun yang hobby nulis. Sebelumnya aku guru TK, baru pensiun tahun lalu dan saat ini kegiatannya full nulis aja sambil jadi producer audio book. Begitu sedikit perkenalan denganku. Sampai jumpa di bulan Agustus. Happy reading

| 24
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (49)
goodnovel comment avatar
sahidahsari249
skr mngkn Julio ga tau siapa pendonor nya tp suatu saat akan tau juga.. syukur Alhamdulillah operasi nya berhasil tinggal nunggu pemulihan aja... liat aja nanti Erika bakal nyesel mungkin juga dia mau berusaha balikan sama Julio tp saat itu sdh terlambat,Julio sdh ga mau lagi.
goodnovel comment avatar
Sweet Mango II
Nggak sekarang, tapi aku yakin suatu saat Julio akan tahu kornea siapa yang sekarang ada di mata nya. Dan yang lebih bikin penasaran bagaimana respon Laras maupun Julio itu sendiri. Oh iya, ini kasus nya tidak menyebabkan Julio harus berurusan dgn hukum yaa ?
goodnovel comment avatar
Sweet Mango II
Dikasih kesempatan sama tuhan dan berkat keberuntungan. Tolong jadikan pelajaran, jadilah manusia yang sebaik² nya versi dirimu Julio. Tinggalkan kebiasaan buruk mu sebelum kejadian naas ini terjadi.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • From Your Eyes Only   33  : Cinta sejati tumbuh dari keberanian memperbaiki kebohongan, bukan dari kesempurnaan

    Julio POV Sudah seminggu aku bekerja di tempat Laras dan aku sangat senang, tidak pernah aku sesenang ini, hatiku terasa ringan dan semangat saat berangkat bekerja meskipun di jam dua dini hari. Seminggu ini, hanya hari ini donat -donat yang dititipkan di warung-warung tidak terjual semua, ada satu warung yang masih menyisakan 1 kotak utuh 10 donat, bukan karena donat Laras, tidak laku, tapi karena pemilik warung terburu-buru harus menutup warungnya sebab dia harus membawa anaknya yang jatuh dari pohon dan kepalanya pecah. Pemilik warung itu sampai mengucapkan maaf , tapi aku tidak marah, saat mengambil kembali donat. “ Maaf ya Liyo.. aku tadi harus menutup warungku setengah hari karena anakku jatuh dari pohon dan kepalanya bocor, jadi ngak bisa jual donatnya sampai habis. Bilang Laras, hanya 15 ribu saja pendapatan nya hari ini.” Kata Ibu warung “ Nggak apa-apa Bu. Laras pasti mengerti.” Kataku penuh pengertian, kalau aku yang dulu pasti marah, tapi kini aku jadi Liyo yang lebih

  • From Your Eyes Only   32 : Wanita yang  bisa membuatmu berubah, mungkin dialah tulang rusuk yang engkau cari.

    Julio POVSaat Laras menggoreng donat, dia menyuruhku memasukkan gula halus ke dalam plastik klip putih kecil. Tiga jam terakhir ini, kami bekerja sama dengan sangat baik. Untuk orang yang baru pertama kali bikin donat, aku cukup cekatan. Sepertinya Laras pun senang melihat aku cepat tanggap, mulai dari mengadon, mencetak, sampai kini, tinggal selangkah lagi donat-donat kami siap diantar ke warung-warung.Hari ini, Laras bilang akan menemaniku mengantar donat dan mengenalkanku ke para pemilik warung. Aroma donat yang baru matang menyebar ke seluruh rumah. Saat Laras menaruh donat yang baru diangkat dari wajan ke rak pendingin, aku terus mengisi kantung plastik dengan gula halus.“Harum banget… Aku jadi lapar,” kataku sambil tetap bekerja.“Kalau mau, ambil aja. Itu, yang ujung agak gosong, tapi masih hangat. Hati-hati panas,” kata Laras sambil tersenyum.Aku mengambil satu. Donat kampung harga dua ribuan jujur ekspektasiku rendah. Kupikir akan keras atau teksturnya kasar . Tapi begi

  • From Your Eyes Only   31 Ketika hati mulai berdebar tanpa sebab, mungkin itulah cara cinta mengetuk pintu tanpa suara.

    Laras POV Jam dua tepat. Suara pintu pagar berderit pelan. Entah kenapa, timbul rasa hangat di hatiku. Dari balik tirai jendela, kulihat sosok tinggi itu, Liyo. Dia yang datang. Kemarin siang, setelah bangun dari istirahat usai Liyo pulang dari wawancara kerja, sempat muncul keraguan di hatiku. Aku tak yakin dia benar-benar akan datang dan bekerja untukku, soalnya aku tidak bisa menjanjikannya gaji tetap, hanya sistem bagi hasil. Jika donatnya laku semua, dia bisa mendapat penghasilan yang lumayan. Tapi kalau tidak? Ya… paling-paling cuma bisa membawa pulang donat. Lagipula, jam kerjaku jauh dari normal. Aku mulai bekerja jam dua dini hari. Siapa yang rela bangun sepagi itu hanya untuk mengadon tepung dan ragi? Tapi begitulah ritme hidupku. Donat-donat itu harus selesai sebelum matahari terbit, agar bisa dikirim ke warung dan dibeli para ibu untuk bekal anak sekolah, atau oleh para pekerja yang butuh pengganjal perut di pagi hari. Satu donat seharga dua ribu rupiah itu untuk sebagia

  • From Your Eyes Only   30  : Perubahan yang lahir dari tujuan, tak hanya tampak di luar, ia tumbuh, menyatu dalam hati.

    Julio POVAku membaringkan tubuh di atas dipan knock down baru, Aku dan Ario membeli dipan yang bongkar pasang ini di Mall Ambasador. Di sudut kamar kontrakan yang sempit ini, AC portable putih berdiri gagah, mencolok di antara dinding kusam dan lantai yang retak-retak. Satu-satunya barang mewah di kamar ini, jadi kelihatan kontras sekali. Tapi aku tidak mungkin tidur hanya dengan kipas angin. Jadi meski harus mematikan semua lampu agar daya listrik cukup untuk menyalakan AC ini, aku tetap membelinya. Sekarang, aku berbaring dalam gelap gulita, hanya ditemani cahaya kecil dari lampu indikator suhu yang ada di bagian atas ACBesok sesuai rencana, kloset jongkok ini juga akan diganti.karena aku sungguh tidak bisa membayangkan harus beol dengan jongkok.Tadi sore aku sempat pulang ke apartemenku sebentar, ngubek-ngubek lemari, nyari baju dan celana yang nggak kelihatan kaya. Dan taukah kamu, itu susahnya minta ampun, bagaikan cari jarum di tumpukan jeramiSemua bajuku itu logonya sege

  • From Your Eyes Only   29 : Tak ada luka yang benar-benar bisa hilang, tapi waktu tahu cara menenangkannya, hingga tak lagi terasa perih.

    JULIO POVDari rumah Laras, aku dan Ario berjalan menuju kontrakannya. Jaraknya tak terlalu jauh, hanya melewati tiga gang kecil di bagian atas kampung. disebut bagian atas karena jalannya menanjak, mirip saat kita incline di treadmill. Sepanjang jalan, Ario sibuk menginterogasiku seperti polisi yang baru menangkap penjahat.“Bapak… serius mau kerja sama Bu Laras?”“ Bapak lagi.. Bapak lagi. …. Sudah kubilang, jangan panggil aku Bapak. Nanti kamu keceplosan depan Laras, penyamaranku akan ketahuan. Uda kubilang panggil aku Liyo. L-I-Y-O. ” jawabku sambil mendelik.“ Iya.. Iya.. Pak.. eh Liyo.. Jadi kenapa kamu mau kerja sama Laras itu ?”Aku menatap jalan di depan. “Karena… Pasti ada maksud dari Bayu kenapa setiap aku membuka mata, selalu saja ada bayang wajah Laras di pikiranku.. Dan setiap jam dua pagi, selalu jam dua, aku selalu terbangun. Dan ternyata… itu waktu Laras mulai bikin kue. Jadi itu mungkin tanda-tanda dari Bayu agar aku membantu kakaknya. Jadi aku mau bekerja den

  • From Your Eyes Only   28 : Menangislah, kadang air mata adalah langkah pertama menuju kekuatan

    Laras POVAku berdiri, memberi isyarat bahwa wawancara kerja ini telah selesai. Bukan karena ingin mengusir mereka, tapi tubuhku sudah kelelahan. Semalam aku baru tertidur lewat tengah malam, dan pagi tadi hanya sempat memejamkan mata dua jam, bangun jam dua dini hari seperti biasanya, lalu sibuk mengadon kue dan mengantar kue ke warung-warung. Sejak Bayu pergi, tidurku tak pernah benar-benar nyenyak lagi.Aku menjulurkan tangan pada Liyo, lelaki asing yang baru ku kenal tapi entah kenapa terasa tidak asing.“Panggil aja aku Laras, jangan panggil ‘Bu’. Sampai jumpa besok, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik.”Aku tersenyum, tulus padanya. Aneh. Aku bukan tipe orang yang gampang percaya, apalagi pada orang baru. Riris bahkan pernah kesal karena aku terlalu sulit membuka diri. Temanku cuma dua orang, Riris dan Bayu. Tapi, entah kenapa, dengan Liyo… aku begitu mudah percaya padanya dan langsung menyuruhnya datang bekerja besok jam dua.“Sampai jumpa besok, Bu… eh, Laras,” jawa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status