공유

MULAI POSESIF

작가: Beelovers
last update 최신 업데이트: 2025-08-30 11:17:48

Semuanya menoleh ke arah Imel termasuk Wina dan Andi. Andi menatap keponakannya dengan senyum tipis yang sama seklai tidak terlihat. Lelaki itu sangat pandai menyembunyikan perasaannya sejak dahulu.

"Kamu kenapa Mel?" tanya Lusi pada Imel. Wajah Imel nampak terlihat berbeda dan sedikit pucat.

Imel menggelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa? Imel baik -baik saja, kok," jelas Imel pada Lusi. Imel berusaha menampilkan senyumnya yang paling manis kepada Lusi.

Imel duduk di salah satu kursi tepat di samping Andi. Itu adalah kursi favoritnya. Segelas susu putih buatan Lusi juga sudah ada di meja.

"Minm susunya alu sarapan. Kamu hari ini kuliah sampai sore kan?" ucap Lusi pada Imel.

"Hu um ..." jawab Imel sambil meneguk susu hingga habis setengah gelas.

Andi melirik ke arah Imel lalu mengambil tisu kering dan mengelap sisa susu yang masih menempel disudut bibir atas Imel dengan lembut.

Imel begitu kaget tetapi ia memilih diam. Imel mencari ativitas lain dnegan menambil roti untuk menghilangkan rasa gugupnya. Bagaimana tidak? Semalaman hinga pagi, Om Andi berada di kamarnya dan tidur bersmaa dia. Tidak hanya itu saja, Om Andi sukses mengambil kegadisannya yang selama ini ia jaga.

"Imel bukan anak kecil lagi, Ndi. Doa udah punya pacar," ucap Lusi yang melihat keintiman antara Imel dan Andi.

"Hmmm ... Mbak Lusi ini. Imel itu kan keponakan aku satu -satunya. Keponakan kesayangan aku," jelas Andi dengan senyum tipis.

"Kamu selalu jawab begitu," ucap Lusi pelan.

"Lho memang kenyataannya gitu kan? Nyatanya Mbak Lusi juga gak buat anak lagi. Jadi ... Imel kan satu -satunya keponakan aku dong," ucap Andi cepat.

"Iyain aja deh biar cepet. Tuh, Win ... Keras kepalanya Andi kan ... Selalu begitu, gak mau kalah," jelasLusi ikut duduk dan menyeruput teh manis buatannya sendiri.

"Bun ... Imel berangkat ngampus dulu ya," ucap Imel cepat. Ia tidak melirik ke arah Andi yang duduk di sebelahnya.

Imel segera bangkit berdiri sambil memegang roti yang belum selesai dimakan.

"Habisin dulu rotinya. Anak perempuan gak baik, makan dijalan," titah Lusi menasehati.

"Iya Bun. Keburu telat ini. Imel mau naik taksi," ucap Imel cepat lalu menyalami bundanya dan mengecup pipi bundanya.

"Lho ... Ivan gak jemput kamu?" tanya Lusi penasaran.

"Enggak Bun. Ivan katanya lagi sibuk dan gak bisa jemput," jawab Imel singkat.

Lusi tahu betu, gimana hubungan Ivan dan Lusi yang terjalin sejak awal kuliah. Ivan yang sering datang ke rumah buat ngapel dan antar jemput kuliah Imel.

"Om anter aja, Mel. Kebetulan Om ada perlu juga. Kamu ke arah mana?" tanya Andi basa basi.

Tidak mungkin Andi tidak tahu tentang Imel. Walaupun ia berada jauh di luar negeri, Andi tetap memantau Imel dari sana. Apapun yang terjadi sama Imel, kesukaan Imel, kesibukan Imel sampai hal -hal yang membuat Imelsakit hati. Andi selalu tahu.

"Imel ke arah selatan Om. Ke Kampus Garuda. Emang Om mau kemana?" tanya Imel lembut.

"Om mau ke rumah temen Om. Ke arah selatan juga. Ke Griya Indah, itu perumahan," ucap ANdi begitu jelas.

"Oh ... " jawab Imel singkat.

"Nah ... Mending bareng sama Om Andi, lebih aman dan gak ribet. Ndi, titip Imel ya," ucap Lusi.

"Siap Mbak. Mba Lusi, Sayang ... Aku berangkat dulu ya. Doain aja, calon bisnisk ini lancar," ucap Andi begitu semangat.

"Gak makan dulu, Mas?" tanya Wina pada Andi.

"Nanti aja. Aku janji, kita dinner malam ini," ucap Andi yang sudah berdiri dan mendekati Wina.

Dengan mesranya, Andi mengecup pipi Wina di depan Lusi dan Imel. Ia mau menunjukkan betapa harmonisnya keluarga kecil mereka.

"Oke Mas. Hati -hati, ya. Imel juga hati -hati," ucap Wina dengan senyum melebar.

Imel dan Andi pun sudah berjalan ke depan menuju halamn rumah. Moil sport bewarna putih metalik milik Andi sudah keluar dari garasi. Selama ini, mobil itu hanya ada di dalam dan tertutup sarung mobil. Hanya sesekali saja dipanaskan oleh Lusi atas permintaan adik semata wayangnya.

Andi membuka pintu mobil di sisi Imel akan duduk sebagai penumpang mobil tepat di samping bangku supir.

Setelah memastikan Imel masuk dan duduk dengan manis. Andi menutup pintu dan berlari kecil memutari setengah badan mobil lalu masuk ke dalam mobil dan tersenyum manis pada Imel yang duduk di sebelahnya.

Imel merasa gugup dan aneh sekali sejak kejadian pagi tadi.

"Kok gak sneyum? Gak bahagia? Hmmm ...?" tanya Andi yang sedang memasang sabuk pengaman dan mengunci pintu mobil serat menyalakana mesin obi untuk bersiap berangkat.

Andi menatap Imel dan memasangkan sabuk pengaman di tubuh Imel.

Imel hanya menatap gerak gerik Andi saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Aku itu sayang sama kamu, bahkan ak cinta sama kamu. Jadi jangan cemberut seperti ini. Aku gak suka lihat kamu yang begini," jelas Andi samil mengambil kesempatan mencium pipi Imel dengan penuh kasih sayang.

Senyum Andi melebar dan kembali merapikan duduknya lalu bersiap untuk menjalankan mobilnya.

Selama di Perjalanan, Andi banyak tanay untu mencairkan suasana. Berbeda dengan Imel yang masih gugup, canggung dan ada rasa malu.

Kejadian amlam tadi begitu cepat dan terasa singkat. Tetapi efeknya begitu terasa hingga pagi ini.

"Memang sakit?" tanya Andi pada Imel.

"Apanya?" tanya Imel polos.

"Anunya," ucap Andi menunjuk ke arah bagian bawah Imel.

Imel menunduk dan kembali diam.

"Hmm ... Dikit," ucap Imel singkat.

Andi mengangguk kecil dan menjalankan mobilnya. Setelah mobil keluar dari halaman rumah Imel, tangan Andi menggenggam tangan Imel dengan erat.

Mobil itu juga dilajukan dengan kecepatan santai sekali.

"Om ... Kita salah lho," ucap Imel pada akhirnya.

"Salah? Dari sisi mana? Kamu bisa menilai apa yang kita lakukan itu salah. Aku cinta sama kamu," jelas Andi membela diri.

"Tapi ... Om itu Om Imel sendiri. Om juga sudah menikah, punya Tante Wina dan sangat mesra sekali," ucap Imel dengan suara lantang yang sedikit tercekat. Sesak sekali mengucapkan nama istri Om Andi itu.

"Terus? Ada hubungannya dengan kita? Mulai sekarang kita pacaran!" ucap Andi lantang.

"Om? Kok Om maksa gitu sih?" ucap Imel cepat dengan nada kesal.

"Aku gak maksa. Aku cuma menunggu saat ini tiba," jelas Andi lagi.

"Maksud Om apa sih?" tanya Imel sama sekali tidak paham.

"Om mau kamu, Imel. Om hanay cinta sama kamu," ucap ANdi serius.

"Tante Wina? Mau dikemanain Om?" ucap Imel lagi. Aneh sekali lelaki dihadapannya ini. Kenapa rakus sekali soal wanita.

"Imel ... Aku dan Wina hanya menikah secara kontrak," jelas Andi pada Imel dengan jujur.

"Apa? nikah kontrak? Aneh!" ucap Imel semakin tidak mengerti jalan pikiran orang dewasa.

Usianya masih dua puluh tahun. Dalam pikirannya hanya ada kebahagaan dan keindahan saja. Bukan ha -hal aneh yang sama sekali tidak bisa dinalar.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   HADIAH SPESIAL UNTUK IMELDA

    Andi dan Imelda sudah mengantarkan Rosa pulang. Dan kini, Andi membawa Imelda pergi menuju apartemen baru Imelda pemberian Andi. Imelda berpikir mereka akan pulang, ternyata Andi membawa Imelda ke jalur yang berbeda ke arah pulang."Om? Ini mau kemana?" tanya Imelda polos."Ke Apartemen kamu yang baru," jawab Andi singkat dan tetap fokus melajukan mobilnya menuju bangunan megah yang sudah terlihat dari kejauhan.Bangunan apartemen itu sangat itu bahkan disebut gedung pencakar langit. Apartemen mewah dengan harga yang sangat mahal. Tentunya fasilitas di dalamnya sangatlah lengkap.Imelda menggigit bibir bawahnya. Jantungnya berdebar dengan keras.Andi melirik ke arah Imelda sekilas dan mengenggam tangan Imelda. Saat tangan Imelda di genggam, Imelda menoleh ke arah Andi yang juga sedang menatap ke arah dirinya."Mulai sekarang, aku yang akan memenuhi kebutuhan hidup kamu," jelas Andi meyakinkan Imelda."Om ... Kita ini saudara kan?" ucap Imelda terbata."Bukan ... Kita bukan saudara, I

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   Sebuah Misteri

    Kakek Yoga menghela napas panjang. Matanya menatap lurus ke arah Wina dengan raut serius."Papa hanya ingin memastikan kamu tahu apa yang kamu pilih, Wina. Andi itu bukan lelaki yang mudah ditebak. Dari dulu, dia selalu menyimpan sesuatu di balik sikap tenangnya. Bahkan pada kami, keluarganya sendiri."Wina menelan ludah, menahan gugup. "Saya tahu, Pa. Tapi selama saya bersamanya, dia selalu memperlakukan saya dengan baik. Dia lembut, perhatian, dan … tidak pernah membentak."Kalimat terakhirnya keluar lirih, nyaris tak terdengar.Nenek Estu yang sedari tadi diam, kini angkat bicara dengan nada lembut namun menusuk, "Kadang, anak yang paling tenang justru yang paling banyak menyimpan luka, Nak Wina. Semoga kamu siap kalau suatu hari, luka itu ikut kamu rasakan."Wina menunduk. Ada sesuatu di dad4nya yang terasa berat. Ia mencoba tersenyum, meski getar kecil di ujung bibirnya sulit disembunyikan.***Sementara itu, Andi sudah sampai di Kafe Vanza bersama Imel dan Rosa.Kafe itu tampak

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   INGIN TAHU

    Andi memutar balik mobilnya di depan jalan. Ia tidak pergi ke rumah teman atau siapa pun juga. Tadi, ia hanya beralasan saja agar Wina dan Lusi, kakaknya tidak banyak tanya.Andi membelokkan mobilnya ke asalah satu apartemen mewah di pusat kota. Ia mendatangi pemilik apartemen dan mulai bertanya tentang unit yang ada di apartemen ini.Ia melihat brosur dan mulai memilih unit kamar mana yang ingin ia beli."Mau lihat -lihat dulu? Biar tahu tempatnya seperti apa?" ucap sang pemilik yang hanya di balas anggukan kecil oleh Andi.Ia tidak perlu melakukan itu. Cukup membaca dan memahami seperti apa fasilitas unit kamar apartemen itu, rasanya sudah cukup."Saya ambil satu unit kamar apartemen di lantai yang viewnya paling bagus," jelas Andi dengan senyum lebar."Siap Pak. Bapak mau dirapikan untuk kapan?" tanya pemilik itu pada Andi."Hari ini bisa? Saya akan bayar lunas dan saya minta nama pemiliknya di ubah menjadi nama gadis ini," titah Andi sambil menyodorkan kertas kepada sang pemilik a

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   KEKASIH GELAP IVAN

    Andi mengangguk, mengiyakan apa yang diucapkan oleh Imel barusan."Ya, Aku dan Wina menikah secara kontrak," jelas Andi menggantung."Kok bisa?" ucap Imel lagi begitu penasaran.Andi melirik ke arah Imel. Tangannya langsung menggenggam tangan Imel dengan erat. Imel tidak berontak dan bahkan ia malah nyaman dengan genggaman tangan Andi.Andi mencium punggung tangan Imel dengan lembut."Intinya aku mencintaikamu. Soal aku dan Wina, biar aku selesaikan sendiri," jelas Andi meyakinkan Imel.Imel menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya pelan."Om ... Jangan main- main soal ini. Kalau Bunda tahu, bisa habis kita. Lebih baik, kita sudahi saja dan tidak usah dilanjutkan lagi," jelas Imel terbata.Andi menghentikan mobilnya perlahan. Mobil itu berhenti dipinggir jalan. Andi menatap Imel dengan lekat. "Mel ... Aku jauh -jauh dari luar negeri dan pulang hanya untuk ketemu kamu dan memiliki kamu. Kejadian semalam memang sudah aku rencanakan. Ternyata aku tidak salah memilih kamu yang masi

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   MULAI POSESIF

    Semuanya menoleh ke arah Imel termasuk Wina dan Andi. Andi menatap keponakannya dengan senyum tipis yang sama seklai tidak terlihat. Lelaki itu sangat pandai menyembunyikan perasaannya sejak dahulu."Kamu kenapa Mel?" tanya Lusi pada Imel. Wajah Imel nampak terlihat berbeda dan sedikit pucat.Imel menggelengkan kepalanya pelan."Kenapa? Imel baik -baik saja, kok," jelas Imel pada Lusi. Imel berusaha menampilkan senyumnya yang paling manis kepada Lusi.Imel duduk di salah satu kursi tepat di samping Andi. Itu adalah kursi favoritnya. Segelas susu putih buatan Lusi juga sudah ada di meja."Minm susunya alu sarapan. Kamu hari ini kuliah sampai sore kan?" ucap Lusi pada Imel."Hu um ..." jawab Imel sambil meneguk susu hingga habis setengah gelas. Andi melirik ke arah Imel lalu mengambil tisu kering dan mengelap sisa susu yang masih menempel disudut bibir atas Imel dengan lembut.Imel begitu kaget tetapi ia memilih diam. Imel mencari ativitas lain dnegan menambil roti untuk menghilangkan

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   MENYIMPAN RAHASIA

    Seusai makan mie instant, Imel kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda karena lapar. Isi kepalanya kini hanaya ada Om Andi. Lelaki yang sudah berumur namun begitu matang itu begitu hebat menguasai pikirannya.Tubuhnya kekar, berotot. Sangat tampan dan begitu enak dipandang. Apalagi bibir Om Andi. Kenapa begitu candu? Ah ... Aku harus melupakan lelaki itu. Dia adalah Om -ku sendiri, dan sudah memiliki istri.Kedua mata Imel tertutup perlahan. Ia harus melupakan kejadian gila tadi. Kenapa bisa terjadi? Baru saja menutup kedua matanya, pintu kamarnya terbuka dan ditutup lagi lalu dikunci rapat.Belum sempat membuka kedua matanya, mulutnya sudah dibungkam dengan bibir hangat yang rasanya sama seperti tadi. Kali ini bibir itu lebih berhasrat dan begitu liar memainkan lidahnya.Bukan hanya ciuman dibibir saja, Andi juga menciumi seluruh leher dan turun ke bawah hingga bagian belahan dad4 Imel yang terbuka.Tai tank top itu diturunkan ke bagian lengan. Andi seperti

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status