Share

MENYIMPAN RAHASIA

Author: Beelovers
last update Last Updated: 2025-08-30 11:17:21

Seusai makan mie instant, Imel kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda karena lapar. Isi kepalanya kini hanaya ada Om Andi. Lelaki yang sudah berumur namun begitu matang itu begitu hebat menguasai pikirannya.

Tubuhnya kekar, berotot. Sangat tampan dan begitu enak dipandang. Apalagi bibir Om Andi. Kenapa begitu candu? Ah ... Aku harus melupakan lelaki itu. Dia adalah Om -ku sendiri, dan sudah memiliki istri.

Kedua mata Imel tertutup perlahan. Ia harus melupakan kejadian gila tadi. Kenapa bisa terjadi?

Baru saja menutup kedua matanya, pintu kamarnya terbuka dan ditutup lagi lalu dikunci rapat.

Belum sempat membuka kedua matanya, mulutnya sudah dibungkam dengan bibir hangat yang rasanya sama seperti tadi. Kali ini bibir itu lebih berhasrat dan begitu liar memainkan lidahnya.

Bukan hanya ciuman dibibir saja, Andi juga menciumi seluruh leher dan turun ke bawah hingga bagian belahan dad4 Imel yang terbuka.

Tai tank top itu diturunkan ke bagian lengan. Andi seperti orang kehausan dan kalap. Nafsunya benar benar besar.

"Om ..." panggil Imel menatap lekat ke arah Andi yang sedang menciumi bagian dad4nya.

"Ya ..." jawabnya lembut. Tangannya menggapai pipi Imel dan mereka saling bertatap.

Keudanya diam hanay saling menatap. Tidak ada yang angkat bicara. Padahal baru saja, Imel memanggilnya dan ingin bertanya sesuatu tetapi melihat wajah Om Andi malah semuanya menjadi buyar.

"Om mau apa?" tanya Imel polos.

"Mau kamu ..." jawab Andi santai.

"Om sudah punya istri. Istr Om ada dibawah, sedang tidur," ucap Imel terbata.

"Terus? Apa salahnya Om yang sudah punya istri tetapi menyukai dan mencintai kamu," jelas Andi tanpa ada rasa bersalah.

"Imel itu keponakan Om ..." jelas Imel lagi.

"Ya, memang. Tetapi, kita tidak pernah memiliki hubungan darah, Imel syaang. Dan sejak dulu aku sudah menginginkan kamu," jelas Andi mengecup pipi Imel.

Imel mengerutkan keningnya karena tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Om Andi. Kenapa semua laki -lai pitar membual. Ivan, kekasihnya juga begitu, dan sekarang Om Andi.

"Tidakpunya hubungan darah? Maksud Om apa?" tanya Imel serius.

"Ya, suatu hari nanti kamu tahu," jelas Andi pada Imel.

Tanpa banyak bicara lagi, Andi trus menenggelamkan kepalanya di belahan dad4 Imel. Kejadian itu begitu cepat dan sampai tak sadar mereka sudah sama -sama tak memakai sehelai benang di tubuh mereka.

Keduanya terlalu asyik menimmati satu smaa lain. Terutama bagi Imel yang selam aini begitu penaaran dnegan arsa bercinta dan beginilah rasanya. Ini belum masuk ke dalam inti yang paling berharga tetapi rasanya seperti dibawa terbang menuju kayangan.

"Ahh ... Om ..." desah Imel saat merasakan lidah Om Andi begitu liar menjelajahi semua bagian tubuhnya terutama di bagian inti.

Andi mengangkatkepalanya. Sepertinya sudah selesai bermain -main untuk meningkatkan hasrat mereka. Pemanasan ini cukup membuat mereka berkeringat.

"Aku ingin ...." bisik Andi pada Imel yang terdiam merasakan bagian bawahnya berdenyut. Ia ingin merasakan lebih dalam lagi memasuki intinya.

"Boleh?" imbuh Andi melanjutkan pertanyaan kenginannya.

Imel mengangguk kecil. Semua sudah kepalang basah. Denyut di bagian intinya semakin menuntut ingin dipenuhi.

Senyum Andi merekah dan mengecup lembut bibir Imel.

"Aku akan bertanggung jawab, jika sesuat terjadi padamu nanti," bisik Andi pada Imel begit meyakinkan.

Pagi itu keduanya mulai tenggelam dan kehilafan yang membuat nikmat dan terus menuntut untuk selalu diulang.

Awalnya, Imel kesakitan. Ia berteriak keras hingga mulutnya harus dibungkam dengan telapak tangan Andi. Imel meringis beberapa kali menahan rasa sakit saat intinya tertusuk benda tumpulyang katanya membuat nagih nantinya.

"Sabar Mel ... Kamu tahan dulu," jelas Andi pada Imel.

Imel mengangguk kecil sambil menggigit bbir bawahnya. Dibawah sana, Andi sedang berushaa membobol gawang kegadisan keponakannya.

"Uhh ... Om ...." desah Imel saat seluruh benda tumpul itu terasa masuk semua dan begitu perih sekali.

Andi kembali melumat bibir Imel untuk membuyarkan pikiran rasa sakit itu. Tubuhnya mulai bergerak pelan dan terbiasa.

Bukan rasa sakit lagi, tetapi rasa enak serta candu. Andi begitu lihai menggerakkan pinggulnya. Berbeda dengan Imel yang memang belum berpengalaman. Ia hanya membalas sesuai nuraninya saja. Ada beberapa ilmu hasil menonton bersama teman -temannya disaat senggang yang membuat Imel penasaran smapai detik ini.

Akhirnya, rasa penasaran itu terlampiaskan juga. Bukan dnegan Ivan, kekasihnya tetapi dengan ANdi, Om -nya sendiri.

"Om ...." desah Imel lirih.

"Iya Mel ... Kalau kamu merasakan sesuatu bilang saja," jelas Andi begitu lembut.

"Rasanya kayak mau pipis, Om ..." ucap Imel cepat.

"Pipis aja, Mel ..." jelas Andi berbisik.

Tubuh Imel masih menari indah di bawah kungkungan tubuh Andi.

***

Lusi dan Wina sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuk satu keluarga. Pagi ini, Kakek Yoga dan Nenek Estu akan datang dan rencananya baal ikut sarapan pagi bersama di rumah Lusi.

"Andi mana, Win?" tanya Lusi saat Wina ikut membantu di dapur.

"Eum ... Katanya mau tidur di atas, di kamarnya. Kangen sama kamarnya waktu muda," ucap Wina santai tanpa ada beban sedikit pun.

"Hmm ... Memang Andi begitu. Jadi, kapan renana resepsi pernikahan kalian? Harus dipublikasian disini juga. Jangan sampai orang tidak tahu berita bahagia ini," jelas Lusi.

"Aku gimana Mas Andi aja. Karena, aku gak bisa lama -lama berada disini. Aku harus kembali, dan menyelesaikan pekerjaanku," jelas Wina lagi.

"Andi? Ikut juga?" tanya Lusi.

"Enggak Mbak. Mas Andi mau bangun bisnis disini sama teman -temannya. Biar saat aku melepas pekerjaanku disana, kita sudah memiliki pegangan usaha yang baru. Gak munafik kan? Orang hidup itu butuh uang," ucap Wina singkat dengan senyum tipis.

"Iya memang. Setiap orang butuh uang untuk bertahan hidup. Tetapi, kita jalani secara normal saja dan tidak terlalu menggebu," jelas Lusi.

Wina hanya terkekeh, "Iya juga sih, Mbak."

"Seru banget ngobrolnya?" ucap Andi yang tiba -tiba datang dan duduk di kursi makan lalu menatap dua perempuan yang sedang sibuk memaska di depannya.

"Mas? Mau kopi?" tawar Wina pada Andi.

"Boleh," jawab Andi singkat.

"Seger amat, Ndi?" ucap Lusi jujur.

"Segerlah. Aku bisa kembali ke negara kelahiranku dan kembali ke rumah ini," jelas Andi santai.

Wina meletakkan secangkir kopi hitam kesukaan Andi, suaminya, tepat di depannya.

Wina menatap Andi dengan lekat. "Nyenyak tidurnya Mas?"

"Hu um ... Nyenyak banget," jawab Andi santai.

Imel turun dari lantai dua sambil menggendong ransel di punggungnya. Ia berjalan agak lebih lambat. Merasakan rasa aneh di bagan intinya. Antara perih, sakit dan seperti ada yang maish menyumpal di dalam sana. Pokoknya sangat tidak nyaman sekali.

"Pagi semua ..." sapa Imel dengan suara khas anak remaja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   HADIAH SPESIAL UNTUK IMELDA

    Andi dan Imelda sudah mengantarkan Rosa pulang. Dan kini, Andi membawa Imelda pergi menuju apartemen baru Imelda pemberian Andi. Imelda berpikir mereka akan pulang, ternyata Andi membawa Imelda ke jalur yang berbeda ke arah pulang."Om? Ini mau kemana?" tanya Imelda polos."Ke Apartemen kamu yang baru," jawab Andi singkat dan tetap fokus melajukan mobilnya menuju bangunan megah yang sudah terlihat dari kejauhan.Bangunan apartemen itu sangat itu bahkan disebut gedung pencakar langit. Apartemen mewah dengan harga yang sangat mahal. Tentunya fasilitas di dalamnya sangatlah lengkap.Imelda menggigit bibir bawahnya. Jantungnya berdebar dengan keras.Andi melirik ke arah Imelda sekilas dan mengenggam tangan Imelda. Saat tangan Imelda di genggam, Imelda menoleh ke arah Andi yang juga sedang menatap ke arah dirinya."Mulai sekarang, aku yang akan memenuhi kebutuhan hidup kamu," jelas Andi meyakinkan Imelda."Om ... Kita ini saudara kan?" ucap Imelda terbata."Bukan ... Kita bukan saudara, I

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   Sebuah Misteri

    Kakek Yoga menghela napas panjang. Matanya menatap lurus ke arah Wina dengan raut serius."Papa hanya ingin memastikan kamu tahu apa yang kamu pilih, Wina. Andi itu bukan lelaki yang mudah ditebak. Dari dulu, dia selalu menyimpan sesuatu di balik sikap tenangnya. Bahkan pada kami, keluarganya sendiri."Wina menelan ludah, menahan gugup. "Saya tahu, Pa. Tapi selama saya bersamanya, dia selalu memperlakukan saya dengan baik. Dia lembut, perhatian, dan … tidak pernah membentak."Kalimat terakhirnya keluar lirih, nyaris tak terdengar.Nenek Estu yang sedari tadi diam, kini angkat bicara dengan nada lembut namun menusuk, "Kadang, anak yang paling tenang justru yang paling banyak menyimpan luka, Nak Wina. Semoga kamu siap kalau suatu hari, luka itu ikut kamu rasakan."Wina menunduk. Ada sesuatu di dad4nya yang terasa berat. Ia mencoba tersenyum, meski getar kecil di ujung bibirnya sulit disembunyikan.***Sementara itu, Andi sudah sampai di Kafe Vanza bersama Imel dan Rosa.Kafe itu tampak

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   INGIN TAHU

    Andi memutar balik mobilnya di depan jalan. Ia tidak pergi ke rumah teman atau siapa pun juga. Tadi, ia hanya beralasan saja agar Wina dan Lusi, kakaknya tidak banyak tanya.Andi membelokkan mobilnya ke asalah satu apartemen mewah di pusat kota. Ia mendatangi pemilik apartemen dan mulai bertanya tentang unit yang ada di apartemen ini.Ia melihat brosur dan mulai memilih unit kamar mana yang ingin ia beli."Mau lihat -lihat dulu? Biar tahu tempatnya seperti apa?" ucap sang pemilik yang hanya di balas anggukan kecil oleh Andi.Ia tidak perlu melakukan itu. Cukup membaca dan memahami seperti apa fasilitas unit kamar apartemen itu, rasanya sudah cukup."Saya ambil satu unit kamar apartemen di lantai yang viewnya paling bagus," jelas Andi dengan senyum lebar."Siap Pak. Bapak mau dirapikan untuk kapan?" tanya pemilik itu pada Andi."Hari ini bisa? Saya akan bayar lunas dan saya minta nama pemiliknya di ubah menjadi nama gadis ini," titah Andi sambil menyodorkan kertas kepada sang pemilik a

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   KEKASIH GELAP IVAN

    Andi mengangguk, mengiyakan apa yang diucapkan oleh Imel barusan."Ya, Aku dan Wina menikah secara kontrak," jelas Andi menggantung."Kok bisa?" ucap Imel lagi begitu penasaran.Andi melirik ke arah Imel. Tangannya langsung menggenggam tangan Imel dengan erat. Imel tidak berontak dan bahkan ia malah nyaman dengan genggaman tangan Andi.Andi mencium punggung tangan Imel dengan lembut."Intinya aku mencintaikamu. Soal aku dan Wina, biar aku selesaikan sendiri," jelas Andi meyakinkan Imel.Imel menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya pelan."Om ... Jangan main- main soal ini. Kalau Bunda tahu, bisa habis kita. Lebih baik, kita sudahi saja dan tidak usah dilanjutkan lagi," jelas Imel terbata.Andi menghentikan mobilnya perlahan. Mobil itu berhenti dipinggir jalan. Andi menatap Imel dengan lekat. "Mel ... Aku jauh -jauh dari luar negeri dan pulang hanya untuk ketemu kamu dan memiliki kamu. Kejadian semalam memang sudah aku rencanakan. Ternyata aku tidak salah memilih kamu yang masi

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   MULAI POSESIF

    Semuanya menoleh ke arah Imel termasuk Wina dan Andi. Andi menatap keponakannya dengan senyum tipis yang sama seklai tidak terlihat. Lelaki itu sangat pandai menyembunyikan perasaannya sejak dahulu."Kamu kenapa Mel?" tanya Lusi pada Imel. Wajah Imel nampak terlihat berbeda dan sedikit pucat.Imel menggelengkan kepalanya pelan."Kenapa? Imel baik -baik saja, kok," jelas Imel pada Lusi. Imel berusaha menampilkan senyumnya yang paling manis kepada Lusi.Imel duduk di salah satu kursi tepat di samping Andi. Itu adalah kursi favoritnya. Segelas susu putih buatan Lusi juga sudah ada di meja."Minm susunya alu sarapan. Kamu hari ini kuliah sampai sore kan?" ucap Lusi pada Imel."Hu um ..." jawab Imel sambil meneguk susu hingga habis setengah gelas. Andi melirik ke arah Imel lalu mengambil tisu kering dan mengelap sisa susu yang masih menempel disudut bibir atas Imel dengan lembut.Imel begitu kaget tetapi ia memilih diam. Imel mencari ativitas lain dnegan menambil roti untuk menghilangkan

  • GADIS KESAYANGAN OM ANDI   MENYIMPAN RAHASIA

    Seusai makan mie instant, Imel kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda karena lapar. Isi kepalanya kini hanaya ada Om Andi. Lelaki yang sudah berumur namun begitu matang itu begitu hebat menguasai pikirannya.Tubuhnya kekar, berotot. Sangat tampan dan begitu enak dipandang. Apalagi bibir Om Andi. Kenapa begitu candu? Ah ... Aku harus melupakan lelaki itu. Dia adalah Om -ku sendiri, dan sudah memiliki istri.Kedua mata Imel tertutup perlahan. Ia harus melupakan kejadian gila tadi. Kenapa bisa terjadi? Baru saja menutup kedua matanya, pintu kamarnya terbuka dan ditutup lagi lalu dikunci rapat.Belum sempat membuka kedua matanya, mulutnya sudah dibungkam dengan bibir hangat yang rasanya sama seperti tadi. Kali ini bibir itu lebih berhasrat dan begitu liar memainkan lidahnya.Bukan hanya ciuman dibibir saja, Andi juga menciumi seluruh leher dan turun ke bawah hingga bagian belahan dad4 Imel yang terbuka.Tai tank top itu diturunkan ke bagian lengan. Andi seperti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status