Share

Bulan Madu

Keesokkan harinya, aku dan Arya bersiap-siap untuk naik kereta menuju Yogyakarta untuk bulan madu. Aku memilih kursi dekat jendela sedangkan Arya duduk di sebelahku. Sudah lama aku tidak pernah naik kereta, terakhir kali aku naik kereta saat berusia 14 tahun, ketika melakukan perjalanan study tour ketika SMP. Perjalanannya cukup jauh, aku mencoba untuk tidur tapi tidak bisa, kulihat Arya tengah tertidur, kaca mata yang bertengger di matanya membuatnya semakin manis. Aku menatap wajah suamiku itu dengan lekat, tampan. Sebenarnya aku sudah jatuh cinta kepada Arya ketika dia melakukan ijab qobul dengan ayahku. Tapi aku mencoba memendamnya karena takut cintaku tidak berbalas seperti yang sudah-sudah. 

Kami tinggal di sebuah villa dengan dua kamar yang biasa disewakan, aku dan Arya tidur di kamar terpisah. Sebenarnya hatiku sedih, ternyata Arya tidak main-main, dia menikahiku hanya sebuah status di atas kertas itu benar dan tak dibuat-buat. Sedih sebenarnya namun aku tidak bisa melakukan protes. Dalam lubuk hatiku yang paling dalam, sebenarnya aku sangat mendambakan seseorang yang senantiasa membela dan mencintaiku dengan tulus, tapi mungkin ini sudah jadi jalan takdirku, jadi bagaimanapun aku mencoba berusaha untuk menerimanya dan berharap suatu hari nanti hati Arya menjadi lebih terbuka kepadaku. 

"Menurutmu, apa yang harus kulakukan sebagai seorang istri?" Tanyaku ketika sarapan, kulihat kening Arya sedikit mengerut, mungkin bingung dengan pertanyaanku yang ambigu. Aku dengan wajah tanpa dosa, menunggu jawaban suamiku itu. 

"Maksudmu?" Tanyanya.

"Biasanya tugas istri itu melayani suami, makannya, dan segala urusan yang lain, lantas dengan statusku sekarang, apa yang harus kulakukan? Tidak mungkin aku hanya berdiam diri sajakan?"

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, kamu tidak perlu melakukan tugas-tugas istri pada umumnya, cukup layani dirimu sendiri saja, dan masalah uang, kamu tidak perlu khawatir, aku akan memberikanmu nafkah yang cukup tiap bulannya, kamu bisa membeli apapun yang kamu mau."

Mendengar jawaban Arya, aku hanya terdiam, tidak senang dan tidak juga sedih, entah apa perasaanku kini, apakah aku harus bersyukur karena mendapatkan uang dengan mudah tanpa melakukan apapun? Tapi entah kenapa perasaanku seperti ada yang kosong, sekarang aku adalah seorang istri Arya, namun aku tidak diizinkan untuk melakukan kewajibanku sebagai istri oleh suamiku sendiri. Lalu aku ini apa? Aku hanya menghela nafas panjang, kulihat Arya beranjak dari meja makan tanpa sepatah katapun, meninggalkanku seorang diri dalam kebimbangan dan kehampaan yang nyata.

**

Malam beranjak, aku masih duduk sambil melamun dan mengkhawatirkan nasibku ini. Arya entah pergi ke mana, dari tadi siang, dia pergi entah ke mana, aku bertanya pun tak diindahkannya. Aku mencoba untuk berbaik sangka padanya meskipun banyak sekali pikiran buruk tentang suamiku yang menghantuiku di kala aku sendirian. Tiba-tiba ponselku berbunyi, dari Alya, sahabatku sewaktu SMP, dia menanyakan kabarku, ah, aku jadi kangen pada sahabatku yang memutuskan menjadi detektif itu. Kabar yang kudengar, dia sudah berhenti menjadi detektif, gara-gara mengalami keguguran. Dalam pesan chat yang dia kirim, dia meminta maaf karena tidak hadir dalam pernikahanku karena dokter menyuruhnya untuk istirahat total karena kehamilan keduanya yang riskan. Ah, entah kenapa aku malah iri dengan nasib sahabatku sendiri, Alya dulunya sangat tomboy, tapi sekarang lihatlah, dia akan menjadi seorang ibu. Dia menikahi laki-laki yang tulus mencintainya, sedangkan aku? pernikahanku hanyalah untuk status semata, pernikahan yang dilakukan atas dasar keterpaksaan, karena tekanan dari keluarga yang mengnginkan kami untuk menikah, aku dengan usiaku yang sudah kepala tiga sedangkan dia dengan status duda anak satunya yang membutuhkan figur ibu untuk anak semata wayangnya. Haruskah nasibku seperti ini? 

Suara mobil terdengar dari halaman rumah, aku yang sedang menonton drama Korea di laptop segera bangkit menuju jendela untuk melihat. Aku segera kembali lagi duduk dan melanjutkan aktivitasku menonton drama Korea. Arya membuka pintu dan melihatku sedang memnadangi laptop.

"Belum tidur?" tanyanya sambil menyimpan kunci mobil di laci.

"Belum, kamu sudah makan? Aku sudah menghangatkan nasi dan lauk di meja makan." Kataku sembari pura-pura menatap laptop, padahal ketika aku mengatakan hal itu jantungku berdebar-debar. Aku takut dia tidak menanggapinya dan berlalu masuk kamar seperti yang sudah-sudah.

"Ah, aku sudah makan malam dengan teman-teman kantorku, seharusnya kamu tidak perlu capek-capek menghangatkan nasi untukku." Jawabnya ketus.

"Tidak apa-apa, lagipula tidak sulit kok, kalau kamu tidak mau makan pun tidak apa-apa, biar aku masukkan kembali makanannya ke dalam lemari." Aku beranjak dari sofa dan hendak pergi menuju meja makan.

"Aku tidak ingin kamu salah paham, kita sudah sepakat untuk mengurus diri kita masing-masing tanpa harus mencampuri urusan pribadi. Jangan membuatku merasa jahat padamu, karena yaa pernikahan kita hanya sebuah status saja. Aku tidak ingin menyakitimu." Perkataan Arya membuatku terdiam untuk sementara, dan aku malah berbalik dan tersenyum padanya.

"Tentu, aku sama sekali tidak merasa tersakiti dengan sikapmu, dan aku tahu posisiku. Sikap-sikapku ini mungkin karena naluri perempuan saja, tidak lebih. Dan aku bersikap seperti ini bukan karena aku adalah istri di atas kertasmu, melainkan karena kemanusiaan, tidak lebih. Berkali-kali aku mengirim chat WA padamu, menanyakan apakah kamu sudah makan atau belum, pulang jam berapa dan sebagainya itu semua bukan karena aku perhatian, melainkan karena aku peduli karena kita sama-sama manusia, dan aku adalah orang terdekat jadi hal itu wajar, meskipun kamu tidak membalas pesan chatku saat itu, aku tidak apa-apa. Hanya itu, kalau kamu tidak mau makan tidak apa-apa, syukurlah kalau kamu sudah makan. Kalau begitu aku tidur dulu, selamat malam." Ucapku pada Arya sambil pergi ke kamar, aku menutup pintu kamar dan menguncinya, di dalam kamar aku terdiam, tidak menangis apalagi tertawa, aku hanya menutup wajahku yang terasa panas. 

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status