Share

Bab 17

"Jelaskan foto itu sekarang!" titah Mas Dika dengan suara tinggi.

Aku gemetaran. Benar, masku telah termakan omongan Bu Wenda. Perempuan tua yang pandai bersilat lidah. Seandainya dia tahu bahwa dosa fitnah itu lebih besar daripada pembunuhan, mungkin dia tidak akan melakukan. Aku penasaran apa motif sebenarnya dari tindakan Bu Wenda.

"Yumna!" bentak Mas Dika membuatku kaget dan mengelus dada.

"Dik, jangan kasar sama adik kamu. Itu semua fitnah!" Beruntung ibu tiba-tiba hadir. Namun, nahasnya ayah juga berdiri di ambang pintu. Aku menelan saliva tidak tahu harus menjelaskan bagaimana lagi.

"Bu, aku cuma tidak mau Yumna melakukan kesalahan, tetapi tidak mengakui atau dia benar, tetapi hanya diam dan ketakutan seperti itu," jelas Mas Dika mengacak rambutnya dan berlalu pergi. Aku menangis di tempat tidur, sementara ayah dan ibu menghampiri.

Keluarga kami semakin kacau balau. Apakah pantas aku menyalahkan Mas Ilham? Gara-hara dia yang datang melamar,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status