GAIRAH CINTA TERLARANG
PART 9
Mas Satria mengetuk pintu kamar Roby. Dia mengulas senyum nakal ke arahku. Memasang wajah mesum untuk mengodaku.
Suara Roby terdengar dari dalam. Dia membuka pintu dengan raut wajah bingung. Melirik ke arahku dan Mas Satria bergantian.
"Begini Rob, baju saya yang kemarin, kamu yang bawa ke tempat laundry, 'kan?" tanya Mas Satria.
Roby terdiam, raut wajahnya terlihat seperti berpikir keras.
"Yang mana, Pak?" tanya Roby bingung.
"Baju semalam kita pulang dari luar kotak dalam tas. Itu semua urusan kamu, 'kan?" Suara Mas Satria santai, tapi terdengar menekan. Tatapannya membuat Roby menunduk.
"Oooh ... i--iya, Pak," jawab Roby tanpa menoleh.
"Dengar tu, Ma. Papa tidak tau apa-apa." Mas Satria membela diri.
"Roby, bisa kamu jelaskan kepada saya, kenapa kertas
Yuk dipantau terus!
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 10Aku terdiam, jemari sibuk memainkan gawai di tanganku. Pikiran menjelajah mencari jawaban yang tak akan kutemui hanya berdiam diri di sini."Ma ... mamaaa!" Terdengar suara mas Satria dari luar. Sejenak terdiam, bukankah dia mengatakan akan telat pulang hari ini. Arrggh! Kok jadi aneh gini? Aku berbicara seorang diri sambil menarik kasar rambutku."Iya, Pa." Aku beranjak dari tempat tidur untuk menemuinya.Melangkah gontai menuju pintu depan. Setiap langkah terasa berat untuk menemuinya."Papa udah pulang, bukan katanya meeting sampai malam?" tanyaku seraya mengambil tas kerjanya."Nggak jadi, Ma, Cepat selesai masalah di kantor, ya ... Papa pulang terus. Papa mau ngajak kalian jalan-jalan," ujarnya tersenyum manis."Tapi, anak-anak lagi bobok, Pa," ujarku pelan dan tidak bersemangat."Nggak
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 11Langkah terasa berat menaiki tangga rumah mewah yang belum kuketahui milik siapa.Sejenak mematung di depan pintu ukiran jepara di hadapanku. Detak jantung yang tak normal membuat tubuh sedikit bergetar.Kukumpulkan kekuatan dan keberanian untuk menekan bel di samping pintu utama."Sebentar!" Terdengar teriakan wanita dari dalam. Langkah kaki semakin terdengar mendekat. Sepertinya, dia berlari ke arahku."Siapa, Ya?" Terlihat seorang wanita berpakaian pelayan seiring pintu terbuka."Saya adiknya Pak Satria," ujarku pelan.Dia memperhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kaki."Oaalaaah! Adiknya tuan rupanya, mari masuk!" Ajaknya mempersilahkan.Apa maksud wanita ini, Mas Satriaku tuan di rumah ini?"Maaf, Mbak, Pak Satrianya tidak ada di rumah, istrinya lagi keluar Mbak ...""Istri, Mbak?" tanyaku resah. Jantungku berhenti ber
GAIRAH CINTA TERLARANG PART 12 Saat aku tersadar, aku mendapati diriku berada di sebuah kamar yang sangat asing. Netra menjelajah ke seluruh ruangan, tidak ada benda yang mampu membuatku mengenali tempatku berada sekarang. Kepala terasa pusing, pandangan masih kabur. Beringsut pelan dari atas kasur empuk tempatku berbaring, turun dan melangkah keluar untuk mencari jawaban atas rasa penasaran yang memenuhi dada. Perlahan membuka pintu agar tidak menimbulkan suara, melangkah pelan sambil melihat ke penjuru ruangan mencari sesuatu yang bisa menghilangkan rasa penasaran. "Tania, rupanya kamu sudah bangun." Suara lelaki di belakangku membuat langkahku terhenti. Suara yang tidak asing bagi telingaku. "Tania!" Panggilnya lagi. "Kamu ...." suaraku seakan tercekat di tenggorokan. "Iya, ini aku, Tan." Lelaki di hadapanku menyunggingkan senyum yang dulunya pernah aku rindui. "Ke--kenapa aku bisa di sini, Van? tanyaku
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 13Revan bergegas lari ke belakang. Tubuhnya hilang di balik tembok pembatas ruangan.Beberapa saat kemudian dia kembali. Wajahnya terlihat panik. Sama halnya seperti dulu."Tan, ayo minum!" Revan menyodorkan segelas air putih untukku. Entah kapan dia mengambilnya, pikiran tidak fokus. Rasa nyeri dan ngilu nyata mengrogoti hatiku."Cerita sama aku, Tan," pinta Revan berulang."Maaf, aku sedang tidak ingin bicara," ucapku dengan tatapan yang tidak jelas."Ya sudah, tidak apa, kakimu masih sakit, Tan?" tanya Revan mengalah."Sedikit," lirihku.Revan beranjak dari hadapanku, tanpa mengucap sepatah kata pun."Van!" Panggilku pelan."Iya, Tania," jawabnya sambil membalikkan badan ke arahku."Aku boleh minta tolong, Van?" tanyaku malu tanpa menatapnya."Minta tolong apa?" Revan mendekat ke arahku."Tolong antarkan aku pulang, aku tidak sangg
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 15Mematut diri di depan cermin. Melepas hijab dan melempar begitu saja. Wajahku masih cantik, kulitku masih kencang, tubuhku masih langsing seperti dulu. Tidak ada yang berubah meski aku sudah memiliki tiga buah hati."Kamu cantik, tapi ... kamu bodoh Tania, hahahahhaha!" Bayangan diriku seakan tertawa melihat kekalahanku"You are stupid woman, Tania, hahahahhaha!" Bayang itu saja menertawakanku."Apa yang salah padaku, Satria?!" teriakku sambil membanting foto kenangan kami berdua."Ini ... katamu aku harus memakai make up yang mahal, agar aku senantiasa menarik di matamu, tapi apa ... kamu masih saja menduakanku, aku tidak butuh semua ini!" teriakku histeris seraya melempar semua perlalatan make up yang di beli oleh Mas Satria.Langkahku beralih pada lemari kesayanganku. Aku diam mematung melihat jejeran baju nan seksi tergan
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 16Aku terbangun saat pintu kamar di ketuk, sayup terdengar suara Mbok Yem yang memanggil namaku. Membuka mata dan melihat sekelilingku, kamarku tak ubah kapal pecah. Semua berserakan di lantai.Isi lemari berhamburan di lantai. Sprei dan selimut tidak lagi berada di tempatnya.Mata mengerjap pelan. Sinar matahari menerobos melalu gorden yang sedikit tersingkap."Bu ... Bu Tania!" teriak Mbok Yem.Aku beringsut pelan. Mengeser bokongku berat. Rasa ngantuk masih mendera. Seluruh sendi terasa ngilu."Ada apa, Mbok?" tanyaku saat membuka pintu."Ibu tidak apa-apa, 'kan? Semalam saya dengar Ibu teriak-teriak." Raut wajah Mbok Yem terlihat khawatir.Aku kembali memasuki kamar. Tidak menjawab pertanyaan wanita setia. Bertahun mengabdi sepenuh hati. Mbok Yem melotot saat melihat kamarku berantakan."Bu! Kenapa seperti ini, Bu?" tanya mbok yem lembut. Tangannya mem
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 14Jenak kebisuan memenuhi mobil. Kami berdua larut dalam pikiran masing-masing. Sibuk menjalin jemari untuk hilangkan rasa gugup yang mendera."Kamu banyak berubah,Tania yang dulu sama sekarang tu beda banget. Tadi saja aku hampir tidak mengenalimu," ujar Revan memecah keheningan."Sama saja, tidak ada bedanya," sahutku."Beda, dulu kamu tidak berhijab, sekarang kamu berhijab. Cantik." Revan membuatku sejenak melupakan sakitku."Hehhehe ... bisa saja kamu, Van." Aku tersenyum ringan."Sudah lama kita nggak jumpa, aku pikir kita tidak akan pernah berjumpa lagi." Revan melirik ke arahku."Iya, salah kamu sendiri, pergi tanpa pamit," jawabku ketus."Tapi, hari ini, kita bertemu lagi, mungkin ini sebuah takdir ....""Takdir apaan, Van?" Aku mengernyitkan dahiku sebagai tanda otakku sedang berpikir keras."Takdir apa, ya? Aku juga tidak tahu, hahahhahah ...." Revan tertawa lepa
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 17Aku membantu mbok Yem membersihkan kamar. Kemudian, beranjak mandi beberapa menit untuk kembali menyegarkan badan pikiran. Rinai air turun dari kran seiring air mata yang berlomba mencapai pipi.Tenang Tania, semua akan baik-baik saja. Aku meyakinkan diriku sendiri. Mendoktrin diri sendiri untuk tenang.Keluar dari kamar mandi, kamar sudah rapi seperti semula. Meski, beberapa botol parfum dan make up_ku pecah tiada bentuk. Aku tak peduli, aku bisa membeli tokonya sekalian.Mataku beralih pada foto pernikahan. Saksi cintaku dengan Mas Satria. Diambil kala sumpah setia didengungkan penuh cinta. Namun pada akhirnya dia menjadi pengkhianat cinta."Mbok, fotonya bawa keluar saja," pintaku padanya. Mata senjanya memandangku heran."Baik, Bu," jawabnya seraya mengambil foto yang tertinggal dengan bingkai ukiran kayu. Kacanya berserak di lantai.Drrrrt ... drrrrttt!Su