Rossy merasa Dyra mulai berani melawannya, selama ini Dyra hanya diam dan menerima perlakuan darinya. Tetapi sekarang Dyra lebih berani dan tidak takut.
Tentu Rossy tidak akan membiarkan Dyra seperti itu. "Kamu, sepertinya menjadi kurang ajar." Tangannya menunjuk ke wajah Dyra.Sarianti juga mengambil bagiannya, dia begitu merasa kesal dengan Dyra mulai menghasut Ibunya agar Dyra dihukum."Cambuk saja Bu, biar dia tahu akibatnya membanta Ibu. " Kata Sarianti memanasi ibunya.Ibu tiri Dyra berdiri dan menuju ke arah Dyra, saat tangannya ingin memukul wajah Dyra tangannya terhenti ditahan oleh Dyra."Karena ayah juga tidak dirumah, maka aku tidak perlu patuh terhadapmu, selama ini aku menjaga perasaan ayah, tapi tidak hari ini" Sembari memegang tangan ibu tirinya.Terkejut melihat ekspresi Dyra yang penuh dengan amarah. Rossy tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena itu dia memikirkan satu cara yaitu"Kenapa ayah tidak mendengarkan penjelasan Dyra, kenapa hanya wanita itu dan para tetangga yang ayah dengar. Sekali saja ayah bertanya pada Dyra apa yang terjadi." Ucap Dyra mulai berkaca-kaca."Ayah tidak perlu penjelasanmu, apapun yang dilakukan ibumu, kamu pasti akan menjelek-jelekkan ibumu." Ayah Dyra yang sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Dyra."Sekali lagi ayah suruh kamu meminta maaf pada ibumu. Kalau tidak ayah akan memukulmu sampai kamu setuju meminta maaf." Ucap ayah Dyra."Pukul saja, lebih baik aku dipukul daripada meminta maaf pada wanita jahat itu." Dyra yang tidak sama sekali takut dipukul oleh ayahnya.Dyra diam dan hanya menatap ibu tirinya itu dengan wajah biasa saja, ayahnya mulai memukul kakinya.Plakk,,. Satu pukulan di kaki Dyra. "Tetap tidak mau minta maaf." Ucap ayah Ardella.Ayah Dyra semakin kesal melihat Dyra yang keras kepala. Mengangkat kembali rotannya tak henti
Keesokan harinya.Pagi sekali seluruh keluarga berkumpul di pelabuhan, mereka memberangkatkan Sarianti untuk melanjutkan sekolahnya. Disana terlihat kesedihan dimata ibu tiri Dyra karena melihat putri kesayangannya pergi, dia memeluk Sarianti dan mengatakan untuk menjaga diri, sedangkan ayah Dyra sibuk merapikan barang bawaan Sarianti."Ibu, aku pasti akan merindukan kalian semua." Peluk Sarianti ibunya."Ibu juga pasti akan merindukanmu sayang." Ucap ibunya membalas pelukan Sarianti."Sarianti hanya pergi untuk menuntut ilmu, dia juga akan masih kembali, jadi jangan menangis." Ucap ayah Dyra."Ayah. Sarianti juga pasti akan rindu ayah." Ucap Sarianti."Ayah juga. Sebaiknya kamu segera masuk. Kapalnya sebentar lagi akan berangkat. Jaga dirimu baik-baik selama berada di kota.""Baik ayah." Kata Sarianti mencium tangan ayah Dyra.Akhirnya Sarianti masuk ke dalam kapal. Kapal
Hari pertama Dyra hidup mandiri, mulai dari hari ini Dyra akan mencari uang sendiri untuk bertahan hidup, selama ini dia bekerja di perkebunannya sendiri, karena itu Dyra masih bingung cara mencari uang di luar sana.Dyra yang tengah bingung pergi ketempat Robin, saat sampai disana Robin juga sedang bersiap untuk menggembala, dia yang melihat Dyra langsung menyapa."Dyra. Tumben kamu sepagi ini udah berkeliaran." Tanya Robin.Dyra kemudian menceritakan dengan singkat permasalahan antara dia dan ayahnya. Mendengar cerita Dyra. Robin hanyut dalam ceritanya dan merasa kasihan melihat temanya."Dyra yang sabar, jangan sedih. Aku akan selalu mendukungmu." Ucap Robin."Sungguh, kau akan membantuku," ucap Dyra tersenyumDengan semangat Robin mengatakan bahwa dia akan membantunya. "Betul. Aku akan membantu dan selalu berada disamping Dyra Karena itu jangan bersedih, Dyra tidak sendirian, aku a
Hujan dan petir terdengar nyaring saling sahut, sebuah rumah yang mewah dipenuhi dengan aura mencekam, di dalam rumah itu, seorang lelaki paruh baya sekitar 50 tahunan duduk di sofa.Semua orang tengah berkumpul, sekitar empat orang di sana duduk saling berhadapan."Itu semua salahmu, jika bukan karenamu Anggara tidak akan mati," suara berat berbicara lebih dulu."Sudahlah kak, Ayah akan marah," seorang gadis dengan suara lembut menyahut.Sedangkan wanita paruh baya hanya meneteskan air mata tanpa bicara sepatah kata.Ashmore. Alih-alih mengatakan bahwa mereka adalah keturunan bangsawan yang berasal dari jerman. Sebulan lalu alih waris Ashmore yang bernama Anggara Ashmore wafat saat menjalankan bisnis.Didunia bisnis, kematian bisa saja menghampiri setiap saat."Mulai hari ini, kau akan menempati posisi Anggara, persiapkan dirimu sebagai ketua dari Ashmore," suara berat dan disertai bat
Setelah selesai makan mereka beristirahat sebentar, tiba-tiba salah satu karyawan wanita restoran memintanya foto bersama."Permisi, bisakah saya minta foto bersama." Ucapnya mendekat pada Aoran dan menyodorkan hpnya.Aoran dengan tatapannya tidak suka, dirinya hanya diam dan memperhatikan wanita itu berdiri tersipu malu. Gaya wanita seperti itu sudah sering dilihat Aoran, mereka hanya tertarik dengan ketampanan.Evan yang tahu bahwa Aoran kurang nyaman langsung mengambil kamera dan mengajak wanita itu foto bersamanya."Foto bersama saya saja." Evan meraih kamera dan berselfie bersama. "Sebaiknya jangan mengajaknya berfoto, dia itu sedikit pemarah." Berbisik setelah foto bersama.Mendengar perkataan Evan membuat karyawan itu langsung pergi dengan wajah kecewa.Evan melihat Aoran duduk dengan santai. "Ao sebaiknya besok lu pake masker aja pas jalan-jalan, kasihan gue lihat cewek-cewek yang minta foto
Pagi hari.Ayu yang baru saja datang dari kota berencana untuk menemui Dyra dan Robin.Dia berjalan keluar, saat tengah berjalan Ayu melihat sosok pria tampan ada di penginapannya. Pria itu tengah duduk di kursi deret dengan secangkir kopi hangat.Ayu yang penasaran langsung pergi menuju penginapan, dia bertanya pada karyawan di sana tentang tamu yang tengah duduk itu.Tentu karyawan itu jelas mengingat siapa dia. Pria tampan yang bernama Aoran itu tidak sulit diingat.Setelah mendengar penjelasan karyawan. Ayu mulai mendekat dan berdiri agak jauh memandangi wajah Aoran."Aduh, ada ya manusia setampan itu. Bahkan di kota aku gak pernah ketemu," gumam Ayu."Permisi, boleh saya lewat." Evan dengan secangkir kopi di tangannya."Oh. Maaf," ucap Ayu menyingkir.Ketika Ayu berbalik, Evan merasa tertarik dengan wajah manis Ayu. Dari tadi Evan tidak melihat ada gadis
Hari ketiga Aoran di pulau, seperti biasa dia sedang jogging, kali ini dia jogging lebih jauh dari penginapan hingga sampai ke pelabuhan. Aoran yang sedang jogging melewati pelabuhan dikejutkan dengan suara orang menangis.Aoran melihat seorang wanita berjongkok, wajahnya ditelengkup, Aoran tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Aoran yang berdiri dibelakangnya mendengar suara tangisan terisak sedih."Hiks. Sakit."Aoran mendengarnya merasa kasihan, namun dia juga tidak ingin berurusan dengan orang asing. Aoran mulai beranjak menjauh, diliriknya sekali lagi, kakinya terhenti."Huh, sial." Ucapnya pelan. Aoran ingin mengabaikannya tapi ntah kenapa Aoran berbalik arah dan mendekat. "Adik kecil, kamu kenapa menangis," ucap Aoran mendekat.Karena melihat tubuhnya kecil Aoran berpikir bahwa mungkin hanya seorang anak kecil. Ternyata suara wanita yang sedang menangis adalah Ardella. Waktu berjalan menuju pelabuhan
Keesokan hari.Aoran yang telah menunggu dua jam dipelabuhan berjalan bolak-balik melihat ke arah jalan. Aoran dengan setelan rapi dengan jaket abu-abu.Gadis yang ditunggunya bahkan belum muncul, dengan gelisah dan resah Aoran kembali mondar-mandir menatap sekeliling tetapi Ardella belum juga terlihat.Situasi Dyra.Dyra yang masih bertengkar dengan ayahnya membuatnya tidak terlalu betah dirumah, karena hari ini Dyra tidak pergi bekerja, dia ingin jalan-jalan kerumah Ayu.Tiba dirumah Ayu. Dilihatnya tidak ada seorangpun dirumah. Akhirnya Dyra memutuskan kepelabuhan lagi.Menuju pelabuhan Dyra berjalan dengan santai, diperjalanan Dyra melihat seorang nelayan mengangkat jaringnya, Dyra tertarik dan memperhatikan nelayan tersebut. Nelayan itu adalah asli penduduk setempat. Dyra memangil nelayan dengan sebutan paman.Nelayan yang melihat Dyra asyik memperhatikannya memutar balik kapal k