Home / Romansa / Gadis Dua Belas Digit / Gadis Dua Belas Digit.

Share

Gadis Dua Belas Digit.

Author: Suharni
last update Last Updated: 2023-12-07 20:38:39

".... Namun, ingat satu hal dariku, bahwa jika kau menarik ulur keputusanmu, maka aku bisa berlaku kejam dari Richard. Apa kau tidak masalah?" Entah apa yang sedang direncanakan oleh lelaki gagah tersebut. Mark seolah menguji mental Maria.

"Bukankah Anda bosnya di sini? Aku bahkan tidak diberi pilihan ketiga. Lantas mengapa Anda masih bertanya?" Rupanya Maria cukup bijak. Memberi jawaban cerdas yang sukses membuat kagum Mark.

"Good, ternyata kau cukup cerdas di usia belia." Mark tersenyum sinis memuji karakter Maria.

"Tunggu apa lagi? Apa kau sedang menunggu Richard di sini?" tukas Mark.

"Ha?"

Maria tercengang tak paham. Mendadak Mark berucap teka-teki.

"Ah, iya." Namun, sedetik kemudian Maria paham maksud dari pria tersebut.

Sementara itu, di ruang berbeda. Terlihat seorang pria berusia empat puluh tahun tengah menghitung dolar dengan mata berbinar.

Jumlah uang itu tidaklah sedikit. Mencakup sembilan digit.

"Wah, kalau harga per wanita seperti ini, maka aku bisa menguasai kota ini. Aku akan menjadi orang kaya yang tak tertandingi. Hahaha." Adalah Richard, pria kurang ajar yang tak tahu malu.

Sudah sejak lama dia menjajaki pekerjaan kotor itu. Mengunjungi daerah terpencil untuk menipu orang awam.

Setelah berhasil, ia pun membawa mereka ke dalam kubangan dosa. Menjajakan tubuhnya kepada pria hidung belang. Seperti Maria contohnya.

Saat itu Maria sedang putus asa mencari kerja di tengah kota. Dalam ketidak berdayaan, Richard tiba-tiba menawarkan pekerjaan.

Maria yang tak ingin membelakangi kedua orang tuanya, lantas mengajak Richard bertemu mereka.

Selena dan Rio yang merupakan orang tua gadis cantik tersebut, sangat gembira saat diiming-imingi pekerjaan oleh Germo itu. Tanpa mereka sadari, bahwa hidup anak semata wayangnya itu telah masuk dalam perangkap.

Mengingat peristiwa itu membuat hati Maria kian menjerit. Dua hari menjadi tawanan Richard membuat hidupnya dalam kesengsaraan.

"Apa kau yakin, Mark? Ini bukan jumlah sedikit untuk seorang gadis kampung sepertinya. Entah dia benar-benar masih perawan atau justru telah ditiduri oleh banyak pria sebelumnya." Richard tak menyangka bila Mark rela menembus Maria dengan jumlah fantastis.

Tak tanggung-tanggung, angka dua belas digit menjadi saksi bisu transaksi hari itu.

"Jika kau berkata demikian, artinya kau meragukan dirimu sendiri. Bukankah kau yang memungutnya di desa saat itu? Atau kau sengaja menipunya?" Ekspresi Mark cukup santai menanggapi pernyataan Richard. Namun, sukses membungkam mulut lelaki biadab tersebut. 

Sedangkan Richard sendiri menjadi canggung. Kebohongannya mulai ketahuan.

"Lagi pula, bukankah kau sendiri yang mengatakan, bahwa dia masih perawan? Atau kau sudah mencobanya lebih dulu sebelum aku? Lantas kau ingin aku memakai bekasmu?"

Kali ini Mark tak memberi Richard kesempatan untuk menyanggah. Seperti ada kemarahan di dalam sana, mengganggu perasaan.

"Astaga Mark, kau salah paham. Tentu saja aku tidak berani memberimu wanita bekas. Dia benar-benar masih suci. Kau bisa tahu begitu tidur dengannya." Sungguh Richard menjijikan. Tak sungkan memperjual belikan wanita. Sedangkan dia sendiri lahir dari rahim seorang wanita pula. Bukan dari pohon bambu kuning.

Mark tidak menanggapi, dia hanya tersenyum sinis.

"Baiklah, dia milikmu sekarang. Kau berhak atas dirinya. Kecuali gadis itu sanggup membayar kembali dua belas digit ini. Namun, seperti yang kau ketahui, meski dia mengabdikan seluruh hidupnya, gadis itu tak akan sanggup." Terdengar Richard menyepelekan harga diri Maria.

"Jika kau masih mencintai bisnis ini, sebaiknya jangan menghina wanitaku!" Tidak disangka, Mark justru membela Maria begitu Richard menyudutkannya.

Terlihat pria itu sangat marah. Entah ada kesan apa antara dirinya dan Maria. Mungkin saja Mark tidak sadar pada apa yang telah ia lakukan. Hal itu seakan terjadi di alam bawah sadarnya.

"Ah, maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Tentu saja Richard tak akan berani terhadap Mark.

Mark adalah penguasa kota tempatnya bernaung. Dan Mark pula lah yang memberinya peluang usaha. Meski demikian, pria berusia tiga puluh enam tahun tersebut tak pernah sekalipun menyentuh para gundik. Mark masih perjaka. Namun, di mata dunia ia merupakan pria garang yang hobi bermain wanita malam.

Kedatangannya ke tempat itu bukan untuk meniduri salah satu gundik. Melainkan ada hal lain yang hendak diincarnya. Entah apa itu.

Mark berdiri, meraih cerutu di atas meja Richard. "Aku pamit. Namun, ingat satu hal. Jangan pernah usik hidup gadis itu, atau kau akan menanggung akibatnya." Ancaman itu tak main-main. Mark terlihat sangat serius.

"Baik, aku paham," sahut Richard.

Setelah berdiskusi, Mark pun keluar dan mendapati Maria tengah berdiri di balik pintu sedang tertunduk. Seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Apa kau masih ingin berada di tempat ini?" ucap Mark begitu melewati Maria dua langkah.

Tanpa memberi jawaban, gadis itu menurut. Mengikuti jejak langkah Mark sembari menghela napas.

Jiwa Maria bergejolak. Ada rasa haru serta marah. Kedua rasa itu datang secara bersamaan.

Terharu karena Mark bersedia menebusnya dengan jumlah tak main-main, serta membela dirinya di depan Richard.

Namun, di sisi lain Maria marah terhadap Mark. Entah alasan apa yang membuatnya begitu murka terhadap lelaki gagah tersebut.

Bug!

Maria menabrak punggung Mark yang sengaja menghentikan langkah. Seolah tahu, bahwa wanita itu sedang memikirkan sesuatu.

"Apa kau lebih suka berjalan di belakangku?" tanya Mark dengan tatapan tak terbaca.

"Bukankah aku adalah pelayan Anda? Sudah seharusnya aku berada di belakang. Bukan di depan, apa lagi di samping Anda," sarkas Maria secara beruntun.

"Kau masih kecil, tapi lidahmu cukup tajam. Apa kau menaruh belati di dalamnya?" balas Mark, sengaja menggoda Maria.

Namun, Maria tak menanggapi. Dia memalingkan wajah dari Mark.

"Setidaknya jangan menjauh, atau anak buah Richard akan menculikmu." Mark melingkarkan tangan ke panggul Maria. Membawa gadis cantik itu kedalam pelukan. 

Alhasil Maria pun terkesiap tak percaya. Bagaimana bisa Mark memperlakukan dirinya sedemikian rupa. Tidakkah Mark tak terlalu menakutkan dari apa yang diucapnya beberapa saat lalu?

Kini tatapan keduanya saling beradu untuk beberapa saat. "Apa kau mulai tergoda padaku? Sebaiknya kuatkan iman sebelum hatimu patah!" Namun, sedetik kemudian Mark kembali menggoda gadis berparas manis tersebut.

"Dasar gila!" umpat Maria bernada pelan. Meski begitu, Maria sangat takut. Kini hidupnya dijamin oleh seorang pria dewasa. Ibarat menjadi simpanan Om tampan.

"Ya Tuhan, semoga saja pria ini tidak menyakitiku." Maria hanya bisa berdoa di dalam hati. Berharap tak akan terjadi sesuatu yang buruk padanya.

Sementara itu, sadar atau tidak, karakter Mark mulai berubah saat bersama Maria. Sikap pria itu mulai mencair. Sedangkan dulu pria itu nyaris tak menunjukkan sisi hangatnya.

Namun, lihatlah sekarang. Dia bahkan berani menggoda gadis remaja yang baru saja ditebusnya hingga dua belas digit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Dua Belas Digit   Akhir Dari Segalanya (Tamat)

    Hari yang ku nantikan akhirnya datang juga. "Selamat siang, Tuan Mark. Apa benar kau yang memanggilku?" Akhirnya wanita licik itu masuk dalam perangkapku. Dia datang seorang diri. "Silahkan duduk, Nona Monika. Aku memang ingin bertemu denganmu." Ya, wanita itu adalah Monika. Wanita yang selama tiga bulan terakhir ku curigai kehadirannya. Setiap kali melangkah, wanita itu pasti ada dimana-mana. Bukankah ini sesuatu yang mencurigakan? Bahkan pertemuan kami pun seolah direncanakan dengan matang. "Ada apa, Tuan Mark? Apa kau merindukanku?" Kali ini Monika tak segan menunjukkan jati dirinya. Dia membelai pundak serta dahiku. Seakan hendak menggoda. Faktanya adalah aku tidak tertarik sama sekali. "Tentu saja aku merindukanmu. Kalau tidak, untuk apa aku capek-capek memintamu datang?" Aku sungguh muak terhadap diriku sendiri. Menyentuh paha wanita selain Maria, membuatku jijik dan ingin muntah. "Benarkah? Kalau begitu tunggu apa lagi? Silahkan jamah aku." Aku sudah duga, Monika past

  • Gadis Dua Belas Digit   Dan Ternyata

    Tiga bulan sudah istriku menjalani tahap pemulihan. Dan hari ini akhirnya kami diizinkan kembali ke rumah.Senang rasanya bisa melangkah bersama seperti ini. Menghirup udara serta aroma khas rumah yang telah lama dirindukan.Sewaktu berada di rumah sakit, Maria kerap menanyakan rumah ini. Maklum saja, dua tahun koma tentu membuatnya melupakan banyak hal. Selalu yang diingat hanyalah peristiwa enam tahun silam.Tapi tidak masalah, yang terpenting adalah dia telah kembali padaku. Sisanya biar takdir yang urus.Aku tidak ingin hal lain mengusik ketenangan kami. Sudah cukup aku melihat air mata di pipi Maria. Sekarang waktunya dia bahagia."Sayang, berapa lama aku koma? Mengapa semuanya tampak sama? Bukankah kau bilang, bahwa aku koma selama dua tahun? Tapi kau dan aku masih terlihat sama."Entah apa maksud dari pertanyaan ini. Maria duduk di depan cermin rias miliknya. Sedangkan aku meletakkan tas milik istriku itu."Apa menurutmu ada yang berbeda dari rumah ini? Atau cermin itu yang ber

  • Gadis Dua Belas Digit   Wanita Itu Datang Lagi

    Aku masih menunggu hasil pemeriksaan Maria. Tiba-tiba sosok wanita asing datang menghampiriku."Tuan Mark? Ah, benar itu Anda. Tadinya aku ragu untuk menyapa, takut salah orang. Tapi rupanya benar-benar Anda," ucap wanita yang nyaris membuatku lupa siapa dia."Ah ya, Nona...""Monika."Bahkan aku melupakan namanya saking tidak pentingnya dia. Entah wanita ini datang dari sudut mana, tiba-tiba berdiri di depanku dengan senyuman yang menurutku mencari perhatian."Ah, benar. Monika," gumamku acuh.Tuhan, Kau bisa tahu betapa aku tidak menyukai interaksi ini. Aku sungguh canggung dan merasa aneh."Mark, dia..."Leo menghampiri kami dengan tatapan penuh tanyanya."Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang tak sengaja bertemu. Aku nyaris menabraknya sewaktu menjemput Leo tadi siang. Entah mengapa kami selalu bertemu dimana-mana," jelasku bernada sedikit kesal.Entah mengapa, semenjak Maria siuman. Aku lebih sensitif terhadap wanita lain... Maksduku adalah aku tidak suka ada perempuan lain di

  • Gadis Dua Belas Digit   Jangan Menikah Lagi

    Mark Pov.Setelah sekian lama menyaksikan istriku terbaring koma tak berdaya di rumah sakit yang ku bangun sendiri, kini akhirnya ia kembali pulih.Mungkin Tuhan telah bosan mendengar doa serta keluhanku. Atau mungkin Maria sakit hati setelah aku mengancamnya menikah lagi.Sungguh, aku tersenyum gemas ketika mengingat hari itu. Andai bukan di rumah sakit. Andai kondisinya telah membaik seperti dulu. Maka aku akan menciumnya secara bertubi-tubi. Lalu mengajaknya bercinta sepanjang hari.Maria, istriku itu sangat suka menggoda ketika usianya beranjak lebih dewasa. Bukan tanpa usaha, dia semakin bijaksana dan berwibawa.Sampai detik ini, aku masih belum percaya, bahwa Tuhan akhirnya mengabulkan segala hajat yang ku panjatkan.Pun Joe, Putra kami satu-satunya. Anak itu tak pernah berhenti mendoakan Ibunya yang sekarat. Walau sempat kecewa serta nyaris putus asa karena Maria tak kunjung sadar juga. Akan tetapi, Joe berhasil melalui itu semua.Harus aku akui, Anak itu sungguh luar biasa ber

  • Gadis Dua Belas Digit   Habis Gelap, Terbitlah Terang

    Hari itu Mark dan Joe tengah merayakan ulang tahun Maria yang ketiga puluh satu. Walau wanita itu masih setia dengan tidur panjangnya.Selang infus dan oksigen menjadi saksi bisu mereka merayakan hari kelahiran Ibu satu Anak tersebut. Seolah hendak mengatakan kepada dunia, bahwa meski dalam situasi dan kondisi apapun, mereka tetap setia menanti kehadiran Maria di tengah-tengahnya.Walau entah kapan waktu itu akan segera datang. Yang pasti baik Mark maupun Joe, keduanya kompak tidak ingin putus asa."Happy birthday to you... Happy birthday too you... Happy birthday to you... Happy birthday... Happy birthday to you..."Mark dan Joe menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Maria."Maaf, aku terlambat... Belum dimulaikan acara tiup lilinnya? Maaf, tadi aku mampir di butik teman untuk membeli gaun ini sebagai hadiah. Nanti kalau Mommy dari cucuku yang tampan ini sembuh, bisa langsung dikenakan."Sementara Mely datang terlambat, karena masih harus mencari hadiah ulang tahun untuk menantu

  • Gadis Dua Belas Digit   Munculnya Wanita Lain

    Entah dengan jurus doa apa lagi harus Mark dan Joe panjatkan kepada Tuhan agar Maria segera sadar dari komanya.Telah berbagai macam cara dilakukan. Akan tetapi, hasilnya masih tetap sama. Sampai akhirnya memasuki tahun kedua."Mark, apa kau tidak berencana untuk menikah lagi? Maaf sebelumnya, bukan aku tidak menghormati istrimu. Akan tetapi, bila melihat situasi dan kondisinya saat ini. Sangat sulit untuk selamat. Sebaiknya kau mengambil keputusan cepat. Apa kau tidak memikirkan Putramu? Dia juga menginginkan sosok Ibu," ucap Wilyam."Terimakasih atas nasehatmu, Bro. Aku tahu kau peduli padaku, tapi maaf. Aku tidak bisa. Berbicara mengenai Putraku, tentu saja aku memikirkan masa depannya. Namun, bukankah sangat egois bila aku meminta restunya untuk menikah lagi demi memberi Ibu baru? Sementara Ibu kandungnya masih terbaring tak berdaya di rumah sakit... Maaf, aku tidak bisa," jawab Mark, menolak tegas usulan Wilyam."Baiklah, aku tidak keberatan. Aku hanya ingin menyampaikan gagasank

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status