Share

Bab 7. Finally gone?

Tanisha memutuskan untuk makan dulu. Dia lapar. Entah sebanyak apa tenaga yang dia keluarkan tadi malam sampai keroncongan parah se pagi ini. Dan lagi, si Tuan Besar itu ... dia benar-benar pengecut. Apakah dia sudah terbiasa meniduri perempuan lalu meninggalkannya saat matahari terbit? Cuih! Pecundang!

Makanan ini sungguh enak. Atau pengaruh Nisha sedang kelaparan saja? Entahlah. Padahal ini hanya krim sup jagung biasa, ditambah ayam siram jamur. Bukan menu aneh-aneh yang sama sekali tidak pernah dia makan. Fix tadi malam dia terlalu kelelahan. Apa saja yang sudah dia lakukan bersama laki-laki berotot liat itu?

Hah?

Sepertinya Tanisha mulai mengingat tentang malam erotis kemarin, walau hanya sedikit. Ya itu, soal otot-otot six pack yang sering menjadi sasaran telapak tangan Tanisha. Gadis itu sampai memejamkan kedua matanya hanya untuk mengingat lebih detail lagi.

“Ansel? Kenapa kemarin aku menyebutkan namanya?” Kunyahan Tanisha berhenti ketika samar-samar lenguhannya kemarin kembali menggema di dalam kepala. Bukankah laki-laki itu menyuruh dia untuk menyebutkan namanya?

‘Kau tau namaku, Tanisha. Scream my name!’ Perintah itu kembali terngiang-ngiang di dalam kepalanya. Lalu kenapa Nisha meneriakkan nama Ansell? Gila! Jangan bilang yang ada di dalam imajinasi Tanisha tadi malam adalah bule kesasar itu? Nggak ada jalannya!

Selesai makan, Nisha menumpuk piring bekasnya menjadi satu. Saat itu lah dia sadar kalau sejak tadi mangkuk supnya menimpa sesuatu. Yaitu kartu ucapan kecil seukuran amplop berukuran sedang. Apakah maid yang tadi tidak sadar ada kertas di bawah sana? Atau justru mereka lah yang menyelipkannya atas perintah seseorang?

‘Tanisha, My love. Thank you for unforgettable night. You’re amazing! Can’t wait to see you again, tonight. Have a nice day, I love you.’ (P.S : Tas kamu ada di dalam walk in closet.)

Napas Tanisha tertahan di tenggorokan. Ini dari ‘dia’ kah? Tuan Besar yang pengecut itu? Sejak kapan orang asing dengan mudahnya bilang ‘I love yu’ seperti ini? Mereka bahkan tidak saling mengenal. Hanya menghabiskan malam bersama karena Tanisha mabuk. Lalu apa katanya? Sampai bertemu lagi nanti malam? Apa yang sedang dia pikirkan? Dia pikir Tanisha akan mau dijebak untuk kedua kalinya? Cihhh! Never!

Wanita itu meletakkan kembali kartu yang ada di tangannya. Lalu beranjak dalam keadaan naked menghampiri walk in closet yang ada di sayap kiri ruangan. Tadi dia sama sekali tidak kepikiran untuk membuka lemari canggih ini karena menurutnya itu sedikit tidak sopan. Sekarang, karena dia sudah mendapat ijin secara langsung, baru lah dia berani. Dan Tanisha harus mengakui kalau dia takjub melihat isi lemari itu. Di sana menggantung indah puluhan baju-baju cantik yang berasal dari brand ternama. Dress, kemeja, blazer, rok, jins, celana kain, lengkap! Tidak hanya baju, juga ada tas dan sepatu dengan berbagai macam model. Mulai dari wedges, stiletto, boot, slip on, sneaker, dan masih banyak lagi.

Tanisha tentu saja bertanya itu milik siapa? Apakah si Tuan Besar sudah punya istri dan ini adalah barang-barang miliknya? Lantas kenapa dia masih berani membawa perempuan asing ke dalam kamar ini? Ck! Entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasa seperti dikhianati. Atau apa sih sebutan lain untuk perasaan kecewa seperti ini?

What? Kecewa? Mustahil! Mereka toh tidak saling mengenal. Lebih baik Tanisha segera mengambil tasnya dan keluar dari tempat ini. Tas yang diletakkan pada satu kotak yang sejajar dengan luxury bag yang lain. Cepat-cepat dia ambil sebelum barang murahannya menebarkan aura negatif kepada tas-tas mahal itu.

Hal pertama yang dia lakukan setelah berhasil menemukan tasnya adalah mencari ponsel! Semoga saja belum terlambat untuk mengabari Ansell. Dia juga ingin memberi tahu kalau Tanisha akan memesankan makanan via layanan on line untuk laki-laki itu karena tadi malam tidak pulang.

“Ansell?!” Saat panggilannya dijawab oleh bule kesasar di seberang sana, entah bagaimana hati Tanisha bisa melonjak seperti akan lepas dari tempatnya. Apakah dia merindukan pria menyebalkan itu? Atau dia hanya sedang khawatir karena meninggalkannya sendirian di rumah?

“Hm.” Suara pria itu terdengar serak-serak basah, seperti baru bangun tidur. Ah, ini masih jam setengah enam pagi. Tanisha sepertinya kepagian.

“Maaf aku baru memberi kabar. Aku lembur dan menginap di kantor.”

“M.”

“Sepertinya kamu masih tidur. Aku Cuma mau bilang, karena aku nggak pulang dan nggak bisa ninggalin uang, hari ini aku akan pesan makanan via on line untukmu.”

“M."

“Pesananmu seperti biasa ‘kan?”

‘M’ saja? Jujur, Tanisha sedikit kesal. Dia sudah bicara panjang kali lebar. Setidaknya ngomong apa kek! Ck!

“Ya udah kalau gitu. Aku matiin.”

“Tanisha ...” Suara serak itu kembali memanggil. Dan Tanisha kembali merasakan lonjakan kecil di dalam hatinya. Ah, ini gila. Tadi dia baru saja merasa dikhianati si Tuan Besar. Sekarang kenapa malah merasa ‘rindu’ kepada Ansell? Sejak kapan dia punya bibit-bibit play girl seperti ini? Sadar, Tanisha!

“Ya?”

“Are you ok? Tumben lembur.”

Ditanya seperti itu, Tanisha tentu saja mengingat lagi kejadian SP kemarin siang. Kenapa ketika Ansell yang bertanya rasanya sedikit berbeda? Jadi baper lagi ‘kan? Padahal pria itu bukan siapa-siapa untuknya, tapi kenapa Nisha merasa Ansell memanglah orang yang tepat untuk membagi kesedihannya sekarang? Apa karena mereka sudah tinggal bareng selama satu bulan?

“Aku baik-baik saja. Hanya lagi banyak kerjaan di kantor.” Namun gadis itu memilih untuk berbohong. Ansell tidak perlu tau kesulitan yang dia hadapi di BNC Furniture.

“Jaga kesehatan. Jangan lembur-lembur. Jangan suka keluyuran.”

Hening.

“Jangan lupa selalu kunci apartemenmu dengan baik. Sekarang semakin banyak orang usil di sekeliling kita. Jangan lupa bersihkan kulkas dan rice cooker-mu satu minggu sekali. Itu juga baik untuk kesehatan. Jangan kelamaan pakai heels, kakimu sering lecet. Janga—“

“Ansell ...” Tanisha memotong ucapan laki-laki itu. Tiba-tiba saja tangannya bergetar, hidungnya juga mendadak perih dan kedua mata beningnya mulai berkilat. Perasaannya bilang kalau ini ...

“Aku titipkan kunci apartemen di resepsionis. Maaf tidak bisa menunggumu pulang.”

“An—“

Klik.

“Ansell!” Tanisha memekik pelan. Masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

Laki-laki itu ... pergi?? Dia ... dia akhirnya pergi?

“ANSELLLLL!”

Tapi kenapa Tanisha justru merasa sakit sekarang? Hatinya seperti dikoyak-koyak karena belum siap. Ya ... kenyataannya dia tidak siap Ansell pergi meninggalkan dia.

Kenapa? Kenapa dia harus pergi? Apakah karena kata-kata Tanisha tadi malam? Oh God!

Berusaha menghubungi Ansell lagi demi menarik ucapannya, namun Tanisha harus kecewa karena nomor itu sudah tidak aktif.

“ANSELLLLLL!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status