Gadis Incaran Bule CEO Tampan

Gadis Incaran Bule CEO Tampan

Oleh:  Sweet Ramen  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
15Bab
326Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ansell Arthur Benedict, bule tampan yang sayangnya masih single di usianya yang sudah menginjak empat puluh. Putera bungsu owner BNC Group yang berpusat si US. Ditugaskan ayahnya untuk memegang kendali atas beberapa anak perusahaan yang ada di Indonesia. Tanisha Gabriela Kusuma. Seorang gadis 28 tahun yang kebetulan bekerja sebagai staf telemarketing di BNC Furniture. Love at the first sight Ansell kepada Tanisha, membuat pria itu rela melakukan sebuah misi konyol demi mendapatkan cinta sang pujaan hati. Apalagi, yang dia tau Tanisha adalah gadis baik hati yang sangat jauh dari sifat matre. Lantas, apa jadinya kalau Tanisha akhirnya menyadari, bahwa gelandangan yang dia pungut dari trotoar apartemennya satu bulan yang lalu, ternyata bukanlah orang biasa? Bule kesasar yang dia juluki pria kere itu, ternyata direktur baru di perusahaan tempat Tanisha bekerja! Wahh, celaka dua belas!

Lihat lebih banyak
Gadis Incaran Bule CEO Tampan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
15 Bab
Bba 1. Living with a stranger.
“Arrrrghhhh!! Handuk aku manaaa?!” Untuk yang ke sekian kalinya hari ini, suara melengking itu kembali terdengar memecah keheningan di dalam sebuah unit apartemen. Itu adalah suara seorang gadis yang lagi-lagi merasa kesal lantaran handuk satu-satunya yang dia punya hilang begitu saja dari jemuran khusus handuk yang ada di sudut dapur. Namanya Tanisha. Tanisha Gabriella Kusuma.Ini pasti kerjaan bule brengsek itu! Tanisha sudah bisa menebak. Tak perlu diragukan lagi. Memangnya siapa lagi orang yang ada di sini? Hanya ada mereka berdua.Gadis itu berjalan menuju kamar tersangka. Seorang bule yang selama satu bulan terakhir tinggal bersamanya. Ah, kalau diceritakan bagaimana awalnya, itu hanya akan membuat penyesalan yang tak kunjung usai dalam diri seorang Tanisha. Intinya semua berawal dari belas kasihan. Namun tak disangka orang yang dia tolong justru memanfaatkan sampai satu bulan lamanya. Ck!Tanisha menggedor pintu dengan malas. Sedikit emosi namun berusaha mengontrol tenaganya. K
Baca selengkapnya
Bab 2. Possessive stranger.
Tanisha akhirnya sampai di kantor, setelah satu jam berdesakan di dalam bus Trans Jakarta. Ini adalah rutinitasnya setiap hari dan dia sudah terbiasa. Sebagai pejuang rupiah yang berasal dari daerah, tentunya dia tidak punya banyak privilege. Tinggal di apartemen adalah satu-satunya hedonisme yang dia lakukan karena terpaksa. Pasalnya saat pertama kali sampai di ibu kota, dia kesulitan mencari kos-kosan yang cocok dengan kriterianya. Akhirnya memilih tinggal sementara di apartemen dengan harga yang menurutnya cukup terjangkau. Niat ingin pindah sejak dulu sudah ada, namun berhubung dia sudah nyaman di sana, rencananya selalu gagal dan gagal. Dan berujung betah sampai tiga tahun lamanya. Gadis berusia dua puluh delapan itu bekerja sebagai seorang tele marketing di sebuah perusahaan asing yang sedang berkembang di Indonesia. BNC Furniture. Anak perusahaan dari BNC Group yang kantor pusatnya berada di Amerika Serikat. Tiga tahun bekerja di ibu kota, setelah pernah gagal dalam banyak hal
Baca selengkapnya
Bab 3. Pacar?
Kembali ke meja masing-masing, Tanisha dan kawan-kawan langsung melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Menjawab semua telepon sambil menginformasikan promo baru. Saking banyaknya customer yang harus dihubungi, orang-orang itu sampai merelakan kehilangan jam makan siangnya. Lembur bukanlah sebuah pilihan karena Nisha sudah memesan tiket bioskop. Bunyi nyaring terdengar dari gawai yang tersimpan dalam laci meja Tanisha. Mengira itu adalah customer yang biasa menghubunginya via WhasApp, Nisha mengeluarkan benda itu dari dalam sana. Namun ketika dilihatnya nama yang tertera di layar, dia langsung mencelos. ‘Stranger’. Ya, begitulah dia menamai Ansell di kontak ponselnya. Stranger alias orang asing. Sekalipun mereka sudah bersama selama satu bulan, itu sama sekali tidak berarti apa-apa. Bagi Tanisha, Ansell tetaplah seorang asing yang kebetulan menumpang hidup kepadanya. Yang menguras isi rekeningnya hingga nyaris collaps seperti sekarang. Selain persoalan uang, ada lagi yang memb
Baca selengkapnya
Bba 4. Kena SP.
Apartmen Tanisha yang sederhana itu menjadi saksi kegelisahan Ansell ketika dia harus menunggu sampai empat jam lamanya. Seperti sengaja tidak memegang ponselnya, semua pesan dan panggilan yang Ansell kirim kepada gadis itu sama sekali tidak ada respon. Ansell geram, marah dan hampir saja melampiaskan emosi itu pada barang-barang yang sama sekali tidak bersalah. Apalagi jam estetik yang menggantung di tembok ruang tamu, yang selalu bergerak tak kenal lelah. Dia bagai mengolok-olok Ansell yang sejak tadi berharap Tanisha muncul di angka-angka tertentu yang ada di tubuh benda kecil itu.Ya, walau akhirnya doanya terjawab saat tangan pendek benda sialan itu menunjuk ke angka sebelas dan tangan panjangnya di angka satu. Tepatnya jam sebelas malam lewat lima menit, suara berisik dari kuncian pintu pun terdengar. Ansell yang sejak tadi berbaring di atas sofa spontan berdiri. Darahnya langsung mendidih dan naik ke ubun-ubun.Gadis yang biasanya sudah sampai di apartemen setiap jam tujuh mala
Baca selengkapnya
Bab 5. Teler berat.
Efek belum pernah mendapat hukuman seperti ini, Tanisha merasa sangat down. Apalagi ini langsung mendapat SP 3. Anggapannya dia sudah melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal. Padahal itu hanya perkara mengirim report. Setelah kembali ke kubikelnya, gadis itu tidak berhenti menangis dalam diam. Teman-temannya silih berganti datang untuk menghibur dan memberinya penguatan. Hanya dengan pelukan. Tidak dengan kata-kata. Karena, kalau posisinya lagi down seperti ini, terkadang tidak ada kata yang cukup baik untuk diucapkan. Karena bisa jadi itu hanya akan menambah nelangsa di hati orang yang sedang bersedih.Pekerjaan Tanisha jadi sedikit terbengkalai? Jelas. Karena tidak mungkin dia menelepon mitra toko ataupun customer dalam keadaan seperti ini. Itu bukanlah sesuatu hal yang akan dia lakukan. Dia tidak ingin dicap sebagai karyawan yang tidak profesional. Ujung-ujungnya dia memilih untuk lembur. Segala report harian yang seharusnya meluncur ke email Kennedy tepat jam lima sore, hari
Baca selengkapnya
Bab 6. Si 'Tuan Besar'?
Tanisha terbangun karena suhu air conditioner yang terasa menembus permukaan kulitnya. Kenapa dingin sekali? Perasaan suhu AC di kamarnya tidak pernah sedingin ini. Kelopak mata wanita itu terbuka secara perlahan. Rasanya berat sekali. Apakah dia tidur seharian? Tapi tidak mungkin. Dia masih ingat kalau tadi malam dia lembur di kantor perkara kena SP 3 dari Kennedy. “Ssssshhhh.” Gadis itu memegangi kepalanya. Kenapa dia bisa sampai se pusing ini? Seperti ada bom aktif yang akan meledak di dalam sana. Wait wait wait! Kenapa seperti ada yang aneh? MANA PAKAIANNYA?! Jarum penunjuk kesadaran Tanisha seakan melompat dari angka terendah ke angka tertinggi. Semua sakit kepala itu mendadak hilang karena menyadari kalau dirinya sedang telanjang. TELANJANG!! SHITTT! Gadis itu refleks terduduk di atas kasur dengan selimut yang membalut tubuh hingga sebatas dada. Dia juga baru menyadari kalau ini bukan kamarnya.Di mana ini?Jantung Tanisha tiba-tiba saja memukul dua kali lebih cepat. Dia t
Baca selengkapnya
Bab 7. Finally gone?
Tanisha memutuskan untuk makan dulu. Dia lapar. Entah sebanyak apa tenaga yang dia keluarkan tadi malam sampai keroncongan parah se pagi ini. Dan lagi, si Tuan Besar itu ... dia benar-benar pengecut. Apakah dia sudah terbiasa meniduri perempuan lalu meninggalkannya saat matahari terbit? Cuih! Pecundang!Makanan ini sungguh enak. Atau pengaruh Nisha sedang kelaparan saja? Entahlah. Padahal ini hanya krim sup jagung biasa, ditambah ayam siram jamur. Bukan menu aneh-aneh yang sama sekali tidak pernah dia makan. Fix tadi malam dia terlalu kelelahan. Apa saja yang sudah dia lakukan bersama laki-laki berotot liat itu?Hah?Sepertinya Tanisha mulai mengingat tentang malam erotis kemarin, walau hanya sedikit. Ya itu, soal otot-otot six pack yang sering menjadi sasaran telapak tangan Tanisha. Gadis itu sampai memejamkan kedua matanya hanya untuk mengingat lebih detail lagi.“Ansel? Kenapa kemarin aku menyebutkan namanya?” Kunyahan Tanisha berhenti ketika samar-samar lenguhannya kemarin kembali
Baca selengkapnya
Bab 8. Rencana clubbing.
Tanisha memutuskan untuk segera pulang ke apartemen. Ponsel Ansell sudah tidak aktif dan hatinya sama sekali tidak tenang. Ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri kalau laki-laki itu sudah benar-benar pergi. Setengah hatinya berharap itu tidak benar. Berharap Ansell hanya ingin menggertak dia perihal jam pulang kantor. Soalnya pria itu sama sekali tidak punya tempat untuk pulang. Mustahil dia nekat meninggalkan apartemen Tanisha yang menjadi zona nyamannya selama satu bulan terakhir.Namun kunci apartemen cadangan yang selama ini ada pada Ansell, benar-benar Nisha temukan tertinggal di resepsionis. Wanita itu seketika lemas. Tidak mungkin kuncinya ada di sini kalau orangnya masih ada di dalam ‘kan? Atau dia hanya sedang keluar untuk cari angin? Bisa aja ‘kan?“Mba Yul, maaf, mau tanya ... tadi, bule yang kasih kunci ini, ada nitip pesan nggak ke Mba? Entah apa tapi yang harus disampaikan ke saya? Misal tentang dia akan pergi ke mana?”“Nggak ada, Mba Nisha. Kenapa gitu, Mba?” S
Baca selengkapnya
Bab 9. Teler ronde dua.
Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya taksi itu berhenti di depan sebuah tempat, yang kalau dilihat dari luar saja sudah sangat besar dan megah. Itu adalah club yang akan mereka masuki sebentar lagi. “Kamu yakin kita bisa masuk ke sana, Beb?” Nisha mendadak tidak yakin. Secara mereka masih pakai seragam kantor. Takut dipandang sebelah mata.“Yakinnn. Asal udah di atas dua puluh, bisa kok. Yuk?” Hana menarik tangan Tanisha setelah urusan dengan driver taksi selesai. Sepertinya gadis itu sudah tidak sabaran ingin masuk ke tempat bising dan minim cahaya itu.Seperti janjinya tadi, Hana mengenal salah satu security yang selalu berjaga di pintu masuk. Hanya dengan satu kedipan genit, dia dan Tanisha langsung lolos tanpa perlu mengecek kartu identitas.“Beb! Kamu kenal dia dari mana? Bahaya banget ih!” Melihat itu tentu saja Tanisha jadi khawatir. Jangan-jangan Hana dan petugas security itu ada ‘sesuatu’?“Aku ‘kan udah beberapa kali ke sini, Nisha sayang. Tenang aja.”Ah, kenapa juga dia
Baca selengkapnya
Bab 10. Hectic morning.
Rasa nyeri di area selangkangannya membuat Tanisha lagi-lagi tidak bisa berdiri dari atas kasur. Kali ini lebih nyeri dari hari pertama kemarin. Apakah karena tidak memakai pengaman sehingga dia dan pria asing itu kebablasan sampai pagi? Sepertinya iya. Seluruh tubuh Tanisha seakan remuk tak berbentuk. “Mhhhh ...” Dia menggeliat di bawah selimut tebal yang begitu hangat dan nyaman. Tubuhnya masih naked, tanpa sehelai benang pun. Bagaimana ceritanya dia bisa kembali ke kamar ini? Gadis itu mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam. Kalau dia kembali ke kamar president suites yang ada di club kemarin lusa, siapa orang yang sudah membawanya? Seingatnya dia dan Hana tidak datang ke club ini. Apakah ...?Ck! Pantas saja mereka mabuk! Sepertinya minuman mereka sudah disabotase oleh orang yang sangat terobsesi akan dirinya. Siapa lagi kalau bukan si ‘Tuan Besar’? Tanisha sangat ingat, di surat kecil kemarin, orang itu memang bilang ingin bertemu dengannya lagi. Tapi Nisha tidak tau kalau
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status