“Hei! Jangan main-main denganku! Aku butuh uang yang banyak, semua lowongan kerja yang kau berikan tidak akan menolong hidupku! Aku mungkin bisa bertahan hidup 1 minggu atau 1 bulan ke depan dalam keterpaksaan dengan uang itu, tapi hidupku akan hancur selamanya, bahkan aku tak yakin aku masih bisa bebas dengan semua hutang yang menggunung!”
Seorang perempuan bernama Elara Felicya G. bukan membutuhkan uang untuk bertahan hidup, melainkan untuk menyelamatkan hidupnya yang sudah dititik kebangkrutan, perusahaan yang dia pegang, mengalami kehancuran karena kesalahan yang tak sengaja dia lakukan, dia terjebak dalam banyak jebakan.
“Aku butuh uang yang banyak, menjanjikan dan bisa menolong kehancuranku Fia!”
Hembusan napas keluar dari mulut Fia, pikirannya sudah terasa panas, kepalanya terasa akan pecah mendengarkan masalah sahabatnya. “Aku sudah memberimu banyak uang sebagai bentuk pertolongan untukmu dan aku juga sudah menawarkan pekerjaan yang melebihi gaji satu bulan sebagai karyawan, tapi kamu tetap pada pendirian yang menyesatkanmu itu!”
Kening Elara mengernyit, dia tidak ingat dengan tawaran yang Fia maksud.
“Aku sudah mengatakan kalau kamu mempunyai tubuh yang indah, aku juga sudah merekomendasikan tempat untukmu bekerja, tapi kamu tetap menolak dengan alasan kamu sayang pada tubuhmu dan tidak ingin ada orang yang menyentuh tubuhmu, apalagi masuk terlalu jauh!” Nada bicara Fia terdengar begitu ketus, dia setengah muak menghadapi masalah sahabatnya yang begitu besar, sedangkan ego sahabatnya begitu tinggi melebihi hutang yang dia miliki.
Elara berdecak, dia tidak lupa dengan tawaran itu. “Masalahnya hidupku sudah banyak masalah, karirku apalagi sudah hancur, terus aku harus menghancurkan hidupku dengan cara ini?” Elara menjeda kalimatnya, dia menggeleng pelan. “Tidak! Aku tidak ingin jadi perempuan malang yang kebingungan memikirkan siapa Ayah dari anak yang aku kandung nantinya!”
“Ish! Dasar bodoh!”
Tatapan tajam langsung Elara lemparkan saat mendengar kalimat penuh penghinaan dari sahabatnya itu, sementara Fia dengan seketika tersenyum lebar saat menyadari apa yang sudah dia ucapkan.
“Kurang ajar!”
“Tenang, tenang, santai.” Fia terkekeh pelan. “Ya lagian kamu seperti anak remaja kemarin sore, disuruh bekerja seperti itu memikirkan hamil! Zaman sekarang sudah banyak teknologi untuk menghindari kehamilan, lagian tidak semua orang senang membuang di dalam! Tidak semua dari mereka ingin menanam benih, kebanyakan dari mereka hanya ingin bersenang-senang dan tugasmu hanya menyenangkan mereka, bukan untuk menjadi tempat penampungan bening mereka!”
Beberapa saat Elara diam, dia tersadar akan hal itu dan dia akui apa yang Fia katakan benar, tapi hati kecilnya masih menolak jika dia harus tidur bersama dengan pria asing, meski bayaran yang dijanjikan pasti cukup fantastis, lebih besar dari gaji beberapa pekerjaan yang Fia tawarkan.
“Bagaimana? Apakah kamu ingin mencobanya? Aku bisa merekomendasikanmu langsung pada Madam di tempat mewah dengan bayaran mahal, bukan di tempat pinggiran dengan bayaran seadanya, karena aku juga tidak rela jika sahabatku bermain dengan harga yang murah.”
Penuh pertimbangan Elara memikirkan semua itu. “Apakah kamu tidak punya tawaran lain, selain pekerjaan yang satu ini? Pekerjaan lain yang ... sedikit tidak beresiko?”
“Kamu terlalu banyak menuntut Elara! Padahal keadaan kamu sekarang mengkhawatirkan! Diujung kebangkrutan!” timpal Fia ketus, dia semakin pusing memikirkan bagaimana caranya memberikan bantuan.
“Ah, ayolah! Kamu tahu bukan kalau aku bisa melakukan banyak hal, tapi tidak dengan tidur bersama dengan pria asing?”
Fia berdecak, dia tahu kalau prinsip sahabatnya cukup kuat, dia diam sejenak sambil berpikir. “Baiklah, aku ada satu pekerjaan lain, tapi aku belum bisa mendapatkan info untuk pekerjaan ini. Aku juga tidak ingin mencari informasi lebih jauh tentang bagaimana caranya masuk, karena aku tidak yain kalau kamu mau mengerjakan ini!”
Kening Elara berkerut dengan rasa penasaran. “Pekerjaan apa itu? Coba kamu katakan? Aku mau melakukan apa pun, asalkan jangan tidur dengan pria asing! Misalnya menjadi gadis club malam atau apa pun itu, asalkan bayarannya fantastis!”
Sebelah alis Fia mengernyit mendengar akhir dari kalimat Elara. “Menjadi gadis club malam juga masih beresiko dibungkus! Mereka mabuk, membawamu paksa ke kamar dan berhubungan! Apa bedanya dengan langsung jadi pekerja yang menyenangkan mereka di kamar?”
“Hem! Terus pekerjaan apa yang kamu maksud barusan?”
Tidak langsung memberikan penjelasan, Fia membuka handphone-nya terlebih dahulu, sampai kemudian mencari sesuatu dan menunjukkannya padda Elara. “Aku tidak akan menjelaskan banyak tentang pekerjaan ini sama kamu, sebelum kamu yakin dan mau mengerjakannya, tapi kalau kamu mau ... aku akan berusaha membantu kamu mendapatkan pekerjaan ini.”
Pandangan Elara masih fokus memperhatikan handphone Fia, dia masih mencoba untuk mencerna pekerjaan yang Fia tunjukkan sambil menimang-nimang apakah dia mau atau tidak, hanya saja pikirannya terus berkecamuk memikirkan keadaannya sekarang.
“Bagaimana? Kamu juga tidak ingin kan mengambil pekerjaan ini?”
Mendengar pertanyaan dari Fia membuat Elara tersenyum dengan begitu lebar, dia menyeringai, karena tebakan dari Fia memang tak salah, dia masih merasa berat untuk melakukan itu semua.
“Arh! Aku sudah pusing Ra mencari begitu banyak pekerjaan untuk kamu, dari mulai pekerjaan yang mudah, baik, sampai pada pekerjaan yang menghasilkan banyak uang, tapi kamu tetap menolak, lalu aku harus membantu kamu dengan cara bagaimana?”
“Ya ... apa gitu, pekerjaan yang gak ada risiko.”
“Pekerjaan ini tidak berisiko Elara! Karena mereka ada dalam aturan dan setiap pekerja di sana bebas mau mengambil single atau double job dan kalau double job, kamu pasti tahu apa yang harus dilakukan kan?”
Elara mengangguk, dia sudah bisa menebak pekerjaan lainnya apa. “Ya tapi ... pekerjaan itu ... mengusik batas rasa malu dan harga diriku Fia!”
“Apakah pantas bagi seseorang yang sedang punya banyak masalah, hutang, dan diambang kehancuran memikiran rasa malu dan juga harga diri?” tanya Fia memojokkan Elara, dia bukan memaksa Elara untuk mengambil pekerjaannya, melainkan Fia sudah lelah memikirkan apa yang harus dia perbuat.
“Arh! Kenapa aku harus seperti ini sih? Gak ada gitu jalan keluar lain yang tidak berisiko dan tetap membuatku mempunyai harga diri?”
“Tidak, sama sekali tidak ada, sesuatu butuh pengorbanan dan untuk masalahmu, sepertinya harga diri memang harus kamu korbankan, kecuali ...” Fia menatap Elara dengan sangat serius, membuat perempuan di hadapannya menaikkan alisnya tanda tanya.
“Kecuali apa? Jangan membiasakan menggantung sesuatu! Cukup nasibku yang tergantung!” Nada bicara Elara naik dengan rasa penasarannya.
“Kecuali kamu mau menikah dengan seorang bujang tua yang kaya raya, karena setelah itu kamu akan jadi Nyonya kaya raya dan semua masalahmu akan tertutupi!”
Saran yang Fia katakan membuat Elara mematung, dia diam sejenak dengan pikiran yang melayang, dia sempat mendengar sebuah rencana keluarganya, tapi Elara tidak yakin dengan hal itu.
“Itu adalah pilihan terakhir yang tidak akan membuat kamu merasa malu, tidak membuat kamu harus tidur dengan pria asing tanpa status, kamu masih punya harga diri, karena kamu melakukan semua hal yang ditawarkan di atas ranjang yang sah! Resmi di atas pernikahan!”
“Memangnya kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan saat ada yang memanggil kamu ke Ruang private?”Dengan penuh kejujuran, Elara menggelengkan kepalanya. “Maaf Tuan, saya tidak tahu, karena saya baru di sini.” Elara menjawab dengan penuh kesopanan, dia sadar kalau dia harus bersikap profesional untuk menghindari masalah nantinya. “Apakah Tuan ingin saya menari di sini untuk Tuan saksikan secara pribadi?”Dominick mengangguk, lalu alunan musik dimulai dan dia begitu memperhatikan setiap gerakan dari Elara, terlihat sedikit malu, hanya saja tidak begitu kaku dengan tubuh indah yang membuatnya cukup merasa terhibur, apalagi saat melihat gerakan Elara yang semakin menyatu dengan musik.Waktu berlalu, hingga kemudian Dominick bangkit dengan tangan yang secara perlahan menyentuh Elara dan itu membuat Elara merasa tidak nyaman, tapi dia masih berusaha menyatu dengan musik dan terus menari dengan indah. “Kita lanjutkan tarian ini di atas tempat tidur.”Sontak bola mata Elara membulat, dia
“Apakah kamu sudah siap malam ini?” tanya Fia sambil memperhatikan Elara yang berulang kali menghela napas dengan sangat panjang.Terlihat jelas dari tatapannya, kalau Elara tidak bersemangat, lesu penuh dengan keterpaksaan. “Siap tidak siap? Aku bisa apa? Karena aku juga tidak mau kalau harus dipenjara!”“Ya ... sudahlah, jalani saja, setidaknya pekerjaan ini bayarannya menjanjikan, apalagi kalau di penampilan kamu selanjutnya, bahkan bisa saja sekarang juga, jika kamu bisa menarik perhatian penonton dan kamu akan mendapatkan tips yang cukup besar dari mereka.”Hembusan napas Elara keluar dengan kasar, dia mengangguk dengan jelas dan dari ujung Ruangan, seorang wanita dengan lipstick merah menyala dan kipas di tangannya mendekat. “Elara! Siap-siap sekarang, segera ke belakang panggung, pertunjukan akan dimulai 5 menit lagi dan saya tidak ingin ada yang telat dan mengacaukan semuanya!”“Baik Madam,” jawab Elara secara terpaksa.“Jangan lupa, lepas jaket yang kamu gunakan, karena tida
“Tidak ada cara lain, kita harus menerima perjodohan dari keluarga Scott, kita harus menikahkan Elara dengan Putra Sulung keluarga Scott, karena hanya itu yang bisa menyelamatkan perusahaan kita!” Nada bicara Wandah begitu tinggi, setengah gemetar. Pikirannya kacau memikirkan kondisi perusahaan keluarga yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan besar yang tersisa, sehingga saat perusahaan diambang kehancuran, semuanya panik.Bola mata Elara membulat penuh amarah, tangannya mengepal kuat. “Aku tidak sudi menikah dengan pria cacat! Aku masih pantas mendapatkan pria yang sepadan denganku!”Melinda yang sedari tadi diam mendengarkan Mertuanya berucap, langsung menatap Elara tajam, dia tidak suka terhadap penolakan yang Elara berikan. “Kapan? Kapan waktu itu tiba? Mana yang akan tiba lebih awal, pernikahanmu dengan pria yang bisa menolong hidupmu atau kehancuran dirimu? Kita sudah bangkrut Elara!”Elara tahu bagaimana kondisi perusahaannya, bahkan sejak lama dia sudah tahu kalau perusah
“Hei! Jangan main-main denganku! Aku butuh uang yang banyak, semua lowongan kerja yang kau berikan tidak akan menolong hidupku! Aku mungkin bisa bertahan hidup 1 minggu atau 1 bulan ke depan dalam keterpaksaan dengan uang itu, tapi hidupku akan hancur selamanya, bahkan aku tak yakin aku masih bisa bebas dengan semua hutang yang menggunung!”Seorang perempuan bernama Elara Felicya G. bukan membutuhkan uang untuk bertahan hidup, melainkan untuk menyelamatkan hidupnya yang sudah dititik kebangkrutan, perusahaan yang dia pegang, mengalami kehancuran karena kesalahan yang tak sengaja dia lakukan, dia terjebak dalam banyak jebakan.“Aku butuh uang yang banyak, menjanjikan dan bisa menolong kehancuranku Fia!”Hembusan napas keluar dari mulut Fia, pikirannya sudah terasa panas, kepalanya terasa akan pecah mendengarkan masalah sahabatnya. “Aku sudah memberimu banyak uang sebagai bentuk pertolongan untukmu dan aku juga sudah menawarkan pekerjaan yang melebihi gaji satu bulan sebagai karyawan, t
“Pak Handoko?” Elara diam sejenak sambil memperhatikan layar handphone-nya, dia memikirkan apakah dia harus menerima panggilan itu atau tidak, sampai kemudian Elara mengukirkan senyumannya karena sebuah hal terlintas di pikirannya dan panggilan langsung dia terima.“Hallo Om?”“Hallo, kamu di mana? Bisa kita bertemu sekarang?”Senyuman Elara melebar dengan pikiran yang semakin fokus pada satu rencana. “Aku di Kantor Om, aku usahakan ke sana ya. Ada apa? Apakah Om rindu?”“Iya, kita ketemu sekarang ya? Saya tunggu di Kantor.”“Iya Om, aku selesaikan dulu urusan aku, nanti aku ke sana.”“Hati-hati.”“Iya Om, aman.” Sambungan telepon terputus dan sekarang raut wajah Elara berubah dengan rasa bahagia yang muncul.“Anak baik, selalu ada saja uang yang datang! Aku akan ke sana, setidaknya aku bisa mendapatkan uang untuk bertahan hidup dan juga bisa membayar gaji beberapa karyawan yang punya pengaruh besar dan relasi besar, agar mereka tidak membawa masalah ini ke jalur hukum! Untuk karyawan
“Kalian sudah melihatnya bukan? Dia ada di sebelah sana, sedang terpuruk, minum sendirian dan ... kalian punya waktu banyak untuk bersama dengannya.”“Jangan lupakan kalau kita sudah membayar, sehingga kita harap kalau kamu tidak memberikan batasan atas apa yang akan kita lakukan padanya!”Senyuman terukir dengan jelas di bibir perempuan bernama Selina, dia mengangguk dengan santai. “Tentu saja, aku tahu bagaimana permainan dalam dunia ini, kalian sudah membayar mahal, kalian bebas melakukan apa saja dengan dia, lagi pula ... aku tidak peduli dengan dirinya yang sudah tidak memiliki apa pun.”Keempat pria itu dengan seketika mengangguk, mereka paham dengan apa yang sudah dibicarakan, hingga akhirnya mereka semua berjalan menjauh dari tempat ini untuk menghampiri Elara yang sekarang sudah berbaur menyatu dengan lagu yang sedang menggema.Tubuh indah perempuan bernama Elara Felicya bergerak menari mengikuti alunan musik dengan kesadaran yang sudah setengah hilang karena pengaruh alkohol