Share

2. Lika

"Bim ... Bima, bangun, Bim." Sayup-sayup kudengar suara nenek memanggilku. Nenek menepuk-nepuk pipiku.

Apakah aku beneran pingsan tadi? Aku sudah terbaring di atas tikar yang dibentangkan di lantai sekarang.

"Ana, ambilkan minyak kayu putih di kamar Ibu." Perintah Bi Mala kepada gadis bergigi emas yang membuatku pingsan tadi.

Apa? Ana? Bi Mala memanggil gadis itu Ana? Berarti dia bukan Lika? Seketika aku tertawa dan terbahak sendiri. Betapa konyolnya aku. Berprasangka dengan pikiranku sendiri sampai pingsan.

"Astaga, kamu malah ketawa sendiri. Ya Tuhan. Apa Bima kerasukan ya, Di?" Nenek menoleh kepada Paman Ardi.

Mereka semua tampak cemas. Apalagi Nenek.

"Kalau masuk ke kampung orang, pikiran kamu harus bersih Bim. Jangan ada pikiran yang aneh-aneh," ucap nenek masih khawatir.

"Bima hanya kecapekan, Nek. Sakit kepala," ujarku mencoba menyembunyikan kebodohanku tadi. Akupun bangkit duduk.

"Nak Bima tidur dan istirahat saja dulu. Pasti capek nyetir tadi. Perjalanan kesini cukup jauh jug
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status