Mungkin Tuhan memang memiliki rencana yang lebih baik, aku hanya tidak mengetahuinya. Namun, aku bingung, mengapa rencana yang lebih baik itu harus melewati takdir yang begitu buruk?
Semua yang kudengar kemarin benar-benar membuatku yakin, Mas Bayu sudah tidak sayang lagi padaku. Kalau dia sayang, tidak seharusnya dia melakukan hal yang seharusnya hanya aku yang boleh melakukannya dengan dia.
Aku semakin bingung dengan perasaanku sekarang. Kecewa? Sedih? Senang? Bahagia? Marah? Tidak mengerti, terkadang aku merasakan sedih, terkadang kecewa, terkadang marah, terkadang tidak merasakan apa-apa.
Kemarin, aku merasakan senang luar biasa ketika ingin mengatakan kalau aku hamil pada Mas Bayu. Semua perlengkapan sudah aku siapkan, mulai dari memasak makanan kesukaannya, merias kamar kami dengan berbagai macam bunga yang indah, dan bahkan aku sudah menyiapkan pakaian khusus karena aku ingin bermain juga dengannya.
Aku masih sibuk membersihkan bunga- bunga di atas
Sepertinya aku sudah mulai gila. Ketika banyak orang tidak suka diselingkuhi, aku justru membiarkan Mas Bayu bermain di belakangku. Mungkin bukan kata membiarkan untuk menjelaskannya, tetapi masa bodoh.Aku harus menambah daftar alasan mengapa aku harus pisah dengan Mas Bayu. Kuambil ponsel lalu kubuka catatan yang sengaja dikunci. Mas Bayu melakukan sex dengan perempuan lain.Astaga, aku jijik sekali membacanya. Apa yang dulu kupikirkan sampai berani menerima cinta dari seorang pria tak bermoral seperti dia?Sudahlah, tidak ada gunanya memikirkan orang yang sama sekali tidak memikirkanku“Bengong aja!”Aku terkesiap mendengar teguran Rio. “Emang dari tadi gue bengong, ya?”Rio mendengkus lalu memasang senyuman asamnya. “Oh, nggak, nggak bengong.” Aku mulai tertawa mendengarnya. “Cuma diem nggak ngomong, nggak gerak aja dari tadi. Namanya apa, tuh?”Aku langsung tergelak mendengar jawabannya. “Mungkin mati suri.”Dia menoleh d
Sesuai dengan ucapan Mas Bayu yang mengatakan kalau dia akan pulang ke rumah setelah jam sembila, aku dan Rio langsung pulang saat itu juga. Selama di perjalanan, Rio terus saja mengumpat lantaran aku terus meminta dia untuk mengebut. Jarak dari rumah ke Bandung, kan, cukup jauh, kalau dia tidak cepat mengendarai mobil, bisa-bisa Mas Bayu datang terlebih dahulu di rumah,Akhirnya, kami sampai di rumah tepat jam sembilan kurang lima belas menit. Rio tidak aku suruh untuk mampir, karena dia benar-benar tidak mengetahui kalau aku berbohong.Aku langsung turun dari mobil dan mengambil kantung belanjaan di gagang pintu. Itu pasti dari makanan dari Mas Bayu. Berarti dia belum pulang, karena kantungnya masih di depan.“Ambil!” kataku pada Rio sambil memberikan bingkisan itu padanya. “Makan aja, itu pasti masih enak. Baru dikirim sekitar jam lima tadi, kok.”Rio mengamati kantung itu. “Ini dari siapa, Kak?”Aku mendecak.
Kalian tahu apa yang terjadi setelah aku mengatakan seluruh unek-unek di dalam hati semalam? Dia terus meminta maaf secara berkala. Sebelum tidur, dia memelukku dan meminta maaf. Ketika aku terbangun di malam hari, dia juga meminta maaf. Ketika aku memutuskan untuk ke toilet di malam hari, dia juga meminta maaf. Bahkan ketika aku bangun tidur, dia juga memohon maaf padaku.Semalam, dia tidur atau tidak, ya? Kelihatannya dia tidak tertidur, habisnya setiap aku terbangun, dia terus meminta maaf padaku. Sejujurnya, aku pun tidak tidur dengan pulas, seolah ada beban yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum tidur.Sekarang dia sedang di depanku, dengan kantung mata yang semakin hitam. Mungkin itu suatu bukti nyata kalau Mas Bayu tidak tertidur semalam. Masa bodoh, aku tidak peduli. Aku mau mempedulikan orang-orang yang peduli padaku saja.Tugasku saat ini hanya membuatkannya sarapan dan menemaninya makan. Selama dia memakannya, aku terus memainkan pon
Mungkin perdebatan tadi hanya akan menjadi sebuah permainan belaka bagi Mas Bayu. Dia hanya menjalani peran sebagai seorang suami yang melindungi istrinya agar selamat, atau bisa jadi dia hanya menjalani peran sebagai seorang pria yang menyembunyikan kebusukannya.Aku tidak tahu yang mana yang benar. Aku hanya mengetahui kalau Mas Bayu marah jika aku terus memaksa bekerja dan keluar dari rumah. Mungkin itu terdengar konyol bagiku, tetapi apa mungkin itu tidak konyol bagi dia? Apa yang membuatnya teguh untuk melarangku?Mas Bayu tadi langsung pergi tanpa mengucapkan kesepakatan apa pun. Aku memutuskan bahwa Mas Bayu tidak setuju dengan penawaran yang aku berikan. Kalau begitu, aku memang harus bekerja tanpa izin dari dia.Pokoknya aku senang sekali hari ini. Bisa bekerja sesuai keinginan tanpa ada hambatan. Tidak ada yang mengganggu juga. Lagi pula, siapa yang peduli denganku? Suami saja jarang pulang, siapa lagi yang akan mempedulikan perempuan ini? Mirisnya aku
Setelah percakapan yang kudengar berakhir, aku langsung menyalakan mesin mobilnya. Semua yang kupikirkan hanyalah Mas Bayu yang berengsek. Tidak pernah terbesit di dalam pikiranku kalau Mas Bayu akan seberengsek ini.Mobil mulai kujalankan. Sesuai dengan percakapan mereka, aku menuju ke mal Kokas. Sejujurnya aku takut kalau mereka melipir ke suatu tempat yang lain. Oleh karena itu, aku harus memikirkan tempat untuk menunggu mereka.Beberapa blok dari kantor, ada sebuah mini market yang bisa dijadikan tempat singgah sementara. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti di sana sambil memperhatikan jalanan, jaga-jaga kalau mereka akan lewat.Ketika sedang menunggu, Rio menghubungiku.Aku mengangkat teleponnya. “Halo, Yo?”“Lu di mana, Kak? Lagi hamil malah main terus, deh! Bukannya diem di rumah!” semprotnya.Aku memang tidak mengabarkan ke Rio kalau akan menyelidiki Mas Bayu. Dia juga memang tidak mengetahui kalau
“Danu, I don’t understand why you have to say this. But, believe me, I’m okay. I can do it myself. I need your help, but not today.”Saat itu Danu yang diam di depanku bingung. Dia mengejapkan matanya beberapa kali sambil menggeleng.“Setelah kamu mengetahui itu semua, apa yang mau kamu lakukan, Cit?” tanya Danu sedikit berbisik.Aku yang sudah kehabisan waktu langsung menggandeng tangannya ke arah mobil Mas Bayu. “Kamu kenapa bisa mengetahui semua ini, Nu?”“Maaf, Cit ... aku melihat kamu di lantai 24 waktu itu. Terus ada yang aneh, jadi aku terus intip sampai kamu menangis di sana,” ungkap Danu.Sesampainya di dekat mobil, aku langsung mengeluarkan alat itu. Bagaimana ini?“Danu, kamu bisa pasang GPS?”Matanya terbelalak. Aku langsung membuka pintu mobil. Tidak susah, sebab kunci cadangannya kubawa.“Kalau kamu bener mau membantu, silakan b
Malam ini akan menjadi malam yang paling berarti bagi kehidupanku nanti. ketika Mas Bayu dan perempuan itu akan berbicara romantis, aku akan mendatangi mereka berdua. Setelah itu, aku akan ikut makan bersama mereka. Lalu, mereka akan heran karena aku tiba-tiba datang.Mulai dari sekarang, aku sudah penasaran bagaimana ekspresi Mas Bayu ketika aku menghampirinya. Bagaimana kalau dia terkejut sampai serangan jantung? Tidak, jangan sampai hal itu terjadi! Nanti siapa yang akan mengurusku jika dia sakit seperti itu?Sadar, Citra! Dia masih berstatus suamimu! Kalau dia kenapa-kenapa, aku juga yang akan repot.Setelah melihat kedua pasangan yang sangat serasi itu pulang, aku juga pulang dalam keadaan senang. Setidaknya rencanaku berjalan dengan lancar.Sekarang sudah hampir jam delapan malam. Sambil menunggu posisi Mas Bayu bergerak, aku menikmati teh hangat yang disediakan kedai minuman di pinggir jalan. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga aku tid
Malam ini sungguh tidak sesuai dengan ekspektasiku. Semuanya kacau, termasuk kegiatan di rumah. Siapa yang menyangka kalau Mas Bayu akan pulang ke rumah? Jelas-jelas aku mendengarnya sendiri, mereka akan ke sebuah kafe. Apa jangan-jangan mereka sudah pergi ke kafe? Namun, kapan itu terjadi? Aku memantaunya terus dari apartemennya.Ketika dia sampai rumah, bukankah aku sudah pernah mengatakan kalau akan bersikap cuek padanya? Mengapa aku jadi begitu manja? Apa itu tidak berlebihan? Maksudnya, aku bahkan tidak menginginkan hal itu terjadi, semuanya seolah terjadi karena naluriku saja.Mas Bayu sedang makan di hadapanku. Tadi, dia meminta ayam rica-rica untuk hidangan makan malam, katanya hari ini lelah dan membutuhkan nutrisi makanan yang banyak dan enak. Akhirnya, aku harus memasaknya dengan terpaksa. Padahal, apa yang membuatnya lelah? Dia hanya keluar membeli tas untuk perempuan selingkuhannya.“Kamu ngeliatin aku terus, Dek.” Mas Bayu tengah menata