Beranda / Romansa / Gairah Membara Paman Tunanganku / BAB 5- Masuk Dalam Jebakan

Share

BAB 5- Masuk Dalam Jebakan

Penulis: Cassian Story
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-14 00:15:17

Ruang kerja yang di desain maskulin dan dengan warna yang tajam. Steave duduk di kursinya dengan santai, lengan kanannya menopang dagu, sementara jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja.

Paul, asistennya yang paling ia percaya, berdiri tegak di hadapan tuannya. Wajahnya terlihat serius, namun sedikit gugup. Ia membuka map cokelat yang dibawanya, lalu menghembuskan napas sebelum bicara.

“Tuan, semua sesuai dengan prediksi anda,”

Steave menyeringai licik, ia memasang umpannya dengan tepat.

“Kondisinya?”

“Belum ada pergerakan dari Serena, Tuan. Ia juga tidak mendatangi Tuan Ethan untuk meminta bantuan.”

Steave menegakkan tubuhnya, jemarinya berhenti mengetuk meja. Ia bersandar santai di kursi kulit hitam yang mewah itu, lalu menatap Paul dengan tatapan penuh maksud.

“Persiapkan sisanya,” ucapnya pada sang asisten. “Tamu kita tak lama lagi akan datang.”

Paul mengangguk, meski dalam hati ia merutuki kegilaan boss nya ini.

Ia menyesap sedikit anggurnya, lalu meletakkan gelas itu di meja dengan bunyi kecil yang nyaring. Tepat ketika ia berpikir hari-hari menyenangkan dalam hidupnya akan terjad, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari seseorang

(Steave, ini aku Vivian. Bisakah kita bertemu?)

“Aku hampir saja lupa dengan wanita yang menyandang status istri dari ku,” geram Steave tidak suka.

****

Hujan turun deras malam itu, Serena berdiri di sebuah halte, tubuhnya menggigil, dan rambutnya sudah basah meski ia mencoba berteduh. Pakaian kerja yang melekat di tubuhnya ikut basah kuyup, menempel erat, membuatnya tak nyaman.

Ia menunduk pada ponsel di tangannya. Nominal di layar rekening membuat dadanya sesak. Jumlahnya terlalu kecil. Tabungannya selama ini, yang ia kumpulkan dengan susah payah, ternyata tidak ada artinya dibanding biaya pengobatan besar yang diminta pihak rumah sakit.

Serena menggigit bibir. Bagaimana ia mencari biaya tambahan? Di layar, nama Ethan muncul. Ia memandanginya dengan lama, jarinya bergetar di atas layar ponsel. Ada harapan kecil di hatinya. Mungkin, Ethan masih menyisakan sedikit kebaikan.

“Mungkin dia bisa pinjamkan aku uang,” gumamnya lirih.

Namun, jemarinya terhenti. Ingatan tentang semua luka yang ditinggalkan Ethan kembali menghantamnya. Wajahnya mengeras seketika lalu ia menghapus niat itu. Tidak, ia tidak akan lagi merendahkan diri pada laki-laki yang berkali-kali membuatnya hancur.

Saat itu juga, sebuah notifikasi masuk. Pesan dari rumah sakit.

“Kondisi ibu Anda semakin menurun. Harap segera dipindahkan ke rumah sakit besar malam ini juga. Jika terlambat, kondisinya bisa memburuk.”

Serena membeku. Ponselnya hampir terlepas dari tangannya. Ia jatuh terduduk di bangku halte, dengan tangan menutupi wajah. Tangisnya pecah tanpa bisa ditahan. Ia tidak tahu harus ke mana, pada siapa ia harus meminta tolong.

Lalu, Serena teringat akan satu hal.

Kartu nama yang diberikan Steave dan ucapannya pria itu padanya terakhir kali.

“Jika kau butuh bantuan, datanglah padaku.”

Nama itu menyambar pikirannya seperti kilat. Ia menegakkan tubuh, dan merasa mendapat secercah harapan. Meski hatinya bimbang, keadaan tidak memberinya waktu untuk berpikir panjang. Ibunya lebih penting dari harga dirinya.

Dengan tangan gemetar, ia mengetik pesan.

“Tuan Steave… di mana Anda? Saya… saya butuh bantuan.”

Tidak sampai satu menit, balasan datang.

“Aku masih di kantor. Datanglah ke sini malam ini.”

Serena tidak menunggu lebih lama. Ia berlari keluar dari halte, membiarkan tubuhnya diguyur hujan. Jalanan cukup licin, tapi ia tak peduli. Ia menahan dingin yang menyiksa, berlari kecil sambil menengok kanan kiri mencari taksi.

Pakaian tipisnya menempel erat pada tubuh mungilnya, membuat siluet tubuhnya terlihat.

Setelah berhasil menghentikan taksi, ia segera meluncur ke gedung tempat Steave bekerja. Sepanjang perjalanan, ia menggigil hebat, memeluk dirinya sendiri.

Sesampainya di gedung megah itu, Serena berlari setengah tersandung ke dalam lobi. Pakaian basahnya membuat para petugas keamanan dan resepsionis sempat menatapnya aneh, tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin segera bertemu dengan pria yang mungkin satu-satunya bisa menolongnya.

Lift membawanya naik ke lantai atas. Setiap detik terasa seperti penantian yang menyesakkan. Ketika pintu terbuka, sosok Paul sudah berdiri di sana, seolah memang menunggu.

“Nona Serena?” suaranya sopan.

Serena mengangguk cepat. “Ya. Saya… saya harus bertemu Tuan Steave.”

Paul menatap tubuh Serena yang menggigil, lalu mengangguk. “Ikut saya.”

Ia membawanya melewati beberapa ruangan hingga sampai di depan pintu besar berlapis kayu. Dengan hormat, Paul membukakan pintu, lalu mempersilakan Serena masuk.

Steave duduk tegap di kursinya, wajahnya teduh namun penuh wibawa. Begitu tatapannya jatuh pada Serena, matanya sedikit membesar.

Pakaian gadis itu tipis dan basah, menempel pada kulitnya, membuat lekuk tubuhnya terlihat. Rambut panjangnya meneteskan air hujan, serta wajahnya yang pucat, tapi justru semakin membuatnya terlihat rapuh.

Mata Steave menuruni tubuh itu tanpa bisa ditahan. Belahan dada Serena bisa ia lihat di balik kain basah.

Ia merasakan tubuhnya bereaksi spontan, dan sesuatu mengeras di bawah sana. Namun, ia segera mengalihkan pandangan, menyembunyikan semuanya di balik sikap dingin.

Serena tidak menyadari tatapan itu. Baginya, Steave hanyalah paman Ethan yang mungkin masih punya hati baik. Ia melangkah maju, tangannya gemetar ketika membuka suara.

“Tuan Steave… saya tahu ini tidak sopan. Tapi, ibu saya. Dia butuh dipindahkan ke rumah sakit besar malam ini. Saya tidak punya cukup uang. Tolong, bisakah Anda meminjamkan saya? Saya akan bekerja sekeras apa pun untuk menggantinya.”

Steave menatapnya dalam, lalu bangkit perlahan. Ia berjalan menghampiri Serena. “Kau datang pada orang yang tepat,” ucapnya rendah.

Serena mengangkat wajah, bingung dengan kata-kata itu, tapi ia tak peduli. “Jadi… Anda mau membantu saya?”

“Tentu saja. Aku akan mengurus semuanya,” senyum simpul muncul di wajah tegas pria berusia hampir 40 itu. “Tapi ingat, setiap bantuan selalu ada harganya.”

Serena menunduk. Ia tidak dalam posisi untuk menawar. “Apa pun syaratnya, saya akan melakukannya. Asal ibu saya selamat.”

Steave menatapnya puas.

“Baiklah,” katanya sambil menoleh pada Paul. “Atur semuanya malam ini juga. Pastikan ibu Nona Serena mendapat perawatan terbaik. Biaya dan akses semua atas namaku.”

Paul segera mengangguk, lalu keluar dari ruangan untuk melaksanakan perintah.

Serena menutup wajahnya dengan kedua tangan, terisak lega. “Terima kasih, Tuan Steave. Terima kasih banyak,”

Steave merespon dengan anggukan singkat.

Serena benar-benar bisa bernapas lega sekarang. Ia tak menyangka, ia akan meminta bantuan kepada paman tunangannya yang selama ini bahkan tak pernah berinteraksi dengannya.

Setelah menenangkan dirinya ia kembali menoleh pada Steave yang sejak tadi masih berdiri di depannya, bersandar pada meja kerjanya sembari melipat kedua lengannya di depan dada, dan menatapnya dengan tatapan yang sulit Serena artikan.

“Tuan, saya benar-benar berterimakasih atas bantuan anda. Saya berjanji akan mengganti semua biaya yang anda pinjamkan hari ini,” ujar Serena.

“Siapa bilang aku menginginnya kembali dalam bentuk biaya,” ucap Steave, tegas, dan tajam.

Serena tak sadar mengerutkan kening. Kebingungan menjalar seketika.

“Kau tau Serena…” Steave berjalan mendekati Serena. Postur tubuhnya yang menjulang tinggi, serta aura yang ia bawa membuat udara di sekitar Serena seolah tersedot entah ke mana. “butuh berapa puluh tahun untuk kau bisa melunasi nya dengan uang? sedangkan keluargamu, sama sekali tak peduli dengan urusan finansial mu.”

Serena menunduk, meringis mendengar fakta itu diucapkan secara gamblang, dan menghindari tatap yang seolah mengulitinya dengan sengaja. Mencicit, Serena bertanya, “Lalu, apa yang anda inginkan?”

Steave menyeringai, sembari menatap dalam perempuan mungil di depannya yang menunduk dalam. Pria itu mengankat tangannya, meraih dagu Serena dan membawa mata itu untuk menatapnya langsung. “Tubuhmu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   BAB 55- Keguguran

    Steave menangkap mata Serena yang mulai berkabut. Ia membawa wanita itu ke balik pohon besar di belakang mereka, lalu berciuman panas. Steave sebenarnya merasa aneh dengan Serena yang tampak selalu bergairah sekarang. Biasanya, wanita itu akan malu-malu dan membutuhkan waktu untuk membangun suasana. Tapi kali ini, Serena seolah tidak sabar dan sangat menginginkannya.Steave tidak mempermasalahkan hal itu. Ia malah senang karena Serena tidak terpaksa lagi untuk berhubungan dengannya. Setelah berpisah beberapa hari, ia merindukan sentuhan dan ciuman Serena. Bahkan gairahnya hampir tidak bisa ditahan karena mereka selalu melakukannya setiap hari. Ciuman keduanya semakin dalam dan menuntut. Tangan Steave mulai menjelajahi tubuh Serena, membelai setiap inci kulitnya dengan yang masih ditutupi pakaian. Serena mendesah, merasakan sensasi yang menjalar ke seluruh tubuhnya."Steave," desahnya, memohon lebih.Steave mengerti permintaannya. Ia mengangkat Serena dan merebahkannya di atas rumput

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   BAB 54- AKU mau Kau

    Ethan, berjalan dengan penampilan kusut dan mata memerah. Menggenggam erat tangannya hingga memperlihatkan urat nadinya yang panjang. Lalu membuka pintu apartemen dengan kasar, sontak saja tindakan Ethan mengejutkan Marissa yang tengah bersantai di ruang tamu.Wanita itu memang tinggal di sana sekarang karena permintaan Ethan, agar ia tidak mengacaukan pernikahannya dengan Serena. Nyatanya, video mereka berhubungan intim malah tersebar.Ethan mengira kalau wanita itu pelakunya."Apa yang sudah kau lakukan?!" bentak Ethan, suaranya menggelegar di seluruh ruangan.Marissa tersentak kaget, menatap Ethan dengan tatapan bingung. "Apa maksudmu?""Jangan pura-pura bodoh! Kau yang menyebarkan video itu, kan?!" tuduh Ethan, menunjuk Marissa dengan jari telunjuknya.Marissa membelalakkan matanya, tidak percaya dengan tuduhan Ethan. "Apa? Aku menyebarkan video apa? Kau gila ya? Kenapa aku harus melakukan itu?""Video kita saat berhubungan. Kau melakukannya karena kau cemburu! Kau tidak rela aku

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   BAB 53- Hentakan Kasar

    Serena tidak percaya dengan apa yang dikatakan ayahnya. Mengapa ibunya yang berselingkuh? Selama ini, yang ia tahu, ayahnya lah yang berselingkuh dengan Claudia. Dan ibunya mengalami kecelakaan saat mengetahui hubungan gelap mereka hingga koma di rumah sakit sampai sekarang "Tidak mungkin," ucap Serena lirih, menggelengkan kepalanya. "Ibu tidak mungkin melakukan itu."Richard menghela napas panjang, menatap putrinya dengan tatapan sedih. "Ayah tahu ini sulit dipercaya, Sayang. Tapi itu kenyataannya. Ayah punya bukti-buktinya. Foto, rekaman percakapan, semuanya.""Tapi kenapa? Kenapa Ibu melakukan itu?" tanya Serena, air matanya mulai menetes."Ayah tidak tahu pasti apa alasannya. Mungkin dia tidak bahagia dengan Ayah. Dan mencintai pria lain itu lebih dari Ayah. Ayah tidak tahu pastinya," jawab Richard. "Yang Ayah tahu, Ayah sangat terpukul dan kecewa saat mengetahui kebenarannya.""Lalu, apa yang terjadi setelah itu?" tanya Serena, penasaran."Ayah mencoba berbicara dengan Ibumu, me

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   BAB 52- Ibumu Yang Berselingkuh

    Acara pernikahan berantakan dan langsung batal. Sontak saja, video Ethan dan Marissa langsung viral menghebohkan dunia Maya.Semua orang berkumpul di kediaman Richard Collins. Serena sudah sadar dari pingsannya sejak beberapa menit lalu dan ingin ikut untuk pembicaraan ini.Ethan dan Mamanya Evelyn juga berada di sana. Sementara Claudia, ibu tirinya Serena, duduk tak jauh dari mereka. Suasana berubah tegang dan canggung.Richard duduk di samping Serena, merangkul putrinya dengan protektif. Evelyn duduk di seberang mereka, menatap Serena dengan tatapan menyesal. Begitupun Ethan yang mengambil posisi di samping mamanya. "Serena, Sayang. Tante minta maaf atas kelakuan Ethan," ucap Evelyn, memecah keheningan. "Tante tidak tahu kalau dia bisa melakukan hal seperti ini. Kami semua sangat malu."Serena tidak menjawab, ia hanya menunduk, menatap tangannya yang saling bertaut."Serena, aku bisa jelaskan," kata Ethan, melangkah mendekat. "Video itu, itu terjadi karena tidak sengaja. Aku khilaf

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   BAB 51- Selesai Sudah

    Serena berdiri di depan kaca besar, memandangi dirinya yang sudah dibalut gaun pengantin. Hari ini adalah pemberkatan pernikahannya dengan Ethan. Pemberkatan itu diadakan di St. Paul's Cathedral, London. Bangunan megah dengan arsitektur klasik itu memberikan kesan sakral dan mewah. Gaun pengantin putih yang ia gunakan terasa hampa. Serena merasa seperti mengenakan topeng, menyembunyikan kebingungan dan keraguannya. Ia pernah bermimpi, pernikahan yang akan ia lakukan ada kedua orang tuanya dan pria yang akan hidup bersamanya adalah seseorang yang ia cintai.Tapi, pernikahannya yang sekarang tidak lebih dari sekedar balas dendam. Setelah itu, ia akan mengakhiri hubungan dengan ayahnya. Pergi jauh dari kehidupan Steave. Ini cara terbaik untuk melanjutkan hidup.Serena, lakukan lah yang terbaik. Batinnya."Nona Serena, sudah siap?" suara seorang pelayan membuyarkan lamunannya.Serena menoleh dan melihat pelayan itu berdiri di ambang pintu, tersenyum padanya. "Sudah," jawab Serena juju

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   BAB 50- Aku Menginginkannya Steave

    Beberapa hari setelah dirawat di rumah sakit, Serena kembali beraktivitas seperti semula. Bekerja lagi sebagai asisten Steave, sebenarnya pria itu ingin Serena beristirahat saja dan tidak perlu memikirkan pekerjaan lagi. Namun, Serena tidak mau, ia sudah banyak bergantung pada Steave, dan tidak ingin menambah lagi yang akan memperkuat ikatan mereka.Dua hari lagi adalah pernikahannya dengan Ethan, tapi hubungan mereka justru semakin jauh. Ethan terlihat selalu bimbang setiap kali bertemu Serena, seolah ada beban yang ia sembunyikan.Namun, Ethan selalu mengiriminya pesan atau sekedar menanyakan kabar Serena melalui panggilan ponsel. Setidaknya, pria itu semakin perhatian padanya daripada dulu.Di tengah kesibukan dengan lamunannya, Serena dikejutkan oleh rekan kerjanya, Maya. Wanita itu menyodorkan sebuah tablet yang menampilkan berita terbaru.Steave dan Viviane resmi bercerai."Benarkah?" tanya Serena, matanya membulat tak percaya.Maya mengangguk, "Iya, beritanya baru saja keluar.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status