Home / Romansa / Gairah Membara sang CEO Muda / #9 Hayalan bersama Bos Besar

Share

#9 Hayalan bersama Bos Besar

Author: NaLaTu
last update Huling Na-update: 2025-04-27 11:58:06

"Ups..."

Naya kaget, minuman itu tumpah di atas lantai. Pecahan kaca gelas itu berserakan, ditambah genangan air minuman itu.

"Duh, lantai marmernya jadi kotor. Marmer itu harus dibersihkan gak sih? Soalnya marmer itu ma-hal," ucap Sarah dengan nada merendahkan.

Naya kebingungan. Ia berdiri, hendak kembali ke ruangannya, mengambil sesuatu. "Permisi, Nona!"

"Eits!" tegur Sarah.

Naya berhenti. Berbalik.

"Kamu mau kemana?"

"Saya, mau ambil kain lap, Non!"

"Ow, very bad! Marmer ini harus langsung dibersihin. Gak boleh berlama-lama. Harganya bisa jadi murah."

"Maaf, Non!"

"Hahaha..." Sarah tertawa kecil. "Saya nggak butuh minta maaf, Cantik. Yang saya mau adalah marmer ini bersih. Sekarang!"

"Tap-tapi sa-"

"Pakai ini dong!" tunjuk Sarah ke keningnya, menyindir. "Katanya ada kemampuan."

Naya masih kebingungan.

"Ck, pakai baju kamu, bego!"

Naya tersentak. "Tap-tapi, Non..."

"Se-ka-rang!"

Naya tak punya pilihan.

Sarah tersenyum puas.

Tangan Naya sibuk mengelap tumpahan minuman di lantai, menggunakan bagian bawah blus putihnya. Ia tahu betapa memalukannya itu, tetapi apa lagi yang bisa ia lakukan? Kalau ia membiarkan noda itu, Sarah pasti akan lebih murka.

Pintu ruang itu tiba-tiba terbuka.

Seorang pria jangkung dengan setelan rapi masuk, matanya langsung membelalak kaget saat melihat seorang perempuan mengelap lantai... dengan hanya mengenakan pakaian dalam tipis di balik blus yang terbuka.

"What's? Apa yang terjadi di sini?" suara berat dan dingin itu bergema di seluruh ruangan. Sorot matanya tajam menatap Sarah.

Sarah menoleh santai. "Oh, itu cuma OB baru, Pak. Tak usah dipikirkan."

Adrian menghela napas berat. Ia mendekat, menahan amarahnya. "Kamu pikir mempermalukan orang itu hal yang sepele?"

Sarah tersenyum sinis, tidak terlihat gentar sedikitpun.

"Kamu berhenti," kata Adrian, nada suaranya tegas namun lembut saat mengarah pada Naya.

Naya berhenti. Ia segera membalikkan tubuhnya, berdiri.

"Aduh!"

"Eh!" Naya tersipu, wajahnya merah karena malu. Ia buru-buru menarik bajunya yang basah dan berusaha mengenakannya kembali, walau aroma minuman melekat di kain itu. Setelah beres, ia membungkuk kecil.

"M-maafkan saya, Pak..." gumamnya, sebelum bergegas keluar dari ruangan, menghindari tatapan tajam dan sindiran Sarah.

Begitu pintu tertutup, Adrian menatap tajam ke arah Sarah. "Ingat ini baik-baik, Sar. Di Hartawan Corp, kita membangun profesionalisme, bukan mempermalukan orang lain. Apa itu tadi? Kau yang menyuruh, kan?"

"Saya cuma memberi pelajaran kecil," jawab Sarah malas. "Lagian dia cuma orang kecil, pelayan, miskin, ha-"

"SARAH!"

Sarah terdiam.

"Pelajaran kecilmu bisa menghancurkan mental seseorang. Kalau media tau kamu lakuin itu tadi, hancur citra perusahaan ini. Jangan ulangi lagi," tukas Adrian dingin.

Dalam hatinya, Adrian ingin sekali menendang wanita itu keluar dari perusahaan. Tapi ia tahu, Sarah adalah kekasih Derren — sahabatnya.

"Di mana Derren?" tanya Adrian menahan geram.

"Dia lagi ada pertemuan di luar," jawab Sarah cepat sambil melirik jam tangannya.

Adrian mendesah kesal. Ia melangkah keluar tanpa menoleh lagi, namun sempat berkata sebelum pintu tertutup, "Hati-hati dengan arogansimu, Sarah."

***

Malam itu, langit mengguyur kota dengan hujan deras. Naya berdiri kaku di lobby Hartawan Corp, menggigil karena udara dingin menusuk kulit. Bajunya yang setengah basah makin membuat tubuhnya menggigil hebat.

Tak ada payung. Tak ada jas. Ia hanya bisa menunggu hujan reda, tapi jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan hujan masih belum menunjukkan tanda-tanda berhenti.

Suara langkah mendekat.

"Nona... kamu masih di sini?" suara berat itu lagi.

Naya menoleh. Adrian berdiri di hadapannya, alisnya berkerut melihat kondisi Naya.

"Maaf... saya... saya menunggu hujan reda, Pak," jawab Naya pelan, matanya menunduk.

Tanpa banyak bicara, Adrian membuka jas hitamnya dan menyampirkannya di bahu Naya. Gadis itu terkejut, matanya membelalak.

"Pak, tidak perlu...!" seru Naya gugup.

"Kalau kamu sakit, siapa yang repot?" jawab Adrian, nadanya sedikit menggoda. "Anggap saja balasan karena bawahan saya itu kurang ajar tadi."

Naya menggenggam erat jas itu, merasa hangat menjalar dari kainnya. Ini pertama kalinya ada yang memperlakukannya dengan begitu... manusiawi.

"Kamu mau saya antar pulang?" tanya Adrian, dengan nada santai tapi tegas.

Naya menggeleng keras. "T-tidak perlu, Pak. Saya... bisa sendiri."

Tapi Adrian hanya tersenyum tipis. "Aku tak tega membiarkanmu sendirian dalam cuaca begini."

Tanpa menunggu jawaban, ia berjalan ke mobil sport hitamnya dan membuka pintu penumpang.

Naya ragu sejenak. Tapi saat kilat menyambar langit dan angin menusuk kulitnya, ia akhirnya menyerah. Dengan pelan, ia berjalan menuju mobil Adrian dan masuk.

Mobil melaju dengan tenang di jalanan basah, sementara Naya duduk diam, memeluk jas itu erat-erat. Ada perasaan aneh yang menghangat di dadanya.

"Oh iya, nama kamu siapa?" tanya Adrian sambil fokus menyetir mobilnya.

"Nama saya-"

"Ah, nggak usah terlalu formal di sini. Udah di luar lingkungan kerja ini. Kayak biasa aja, anggap aku temanmu."

"Baik, Pak-"

"Panggil aku Rian aja."

"Tapi, Pak..."

"Hei, santai, aja."

Naya menghela napasnya. "Namaku Naya."

"Naya? Wah, nama yang cantik."

"Iya, terimakasih, Pak-"

"Rian."

"I-iya, Rian."

"Nah, bagus. Oh iya, kamu karyawan baru ya? Pantesan aku baru lihat wajah kamu."

"Iya. Aku baru."

"Semoga kamu betah ya!"

Naya tersenyum.

"Naya?"

"Naya? Bangun Naya?" seseorang memanggil. Naya masih belum sadar.

"Naya?" Tubuh Naya bergoyang. Seseorang menggoyangkannya. Siapa dia?

Bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #23 Naya kembali!

    Di dalam ballroom utama Mansion HartawanAcara gala tengah berlangsung megah. Di sekeliling ruangan, berjejer meja-meja bulat dengan taplak putih dan lilin tinggi menyala, diiringi alunan musik klasik dari orkestra live. Di tengah panggung, Kakek Tohari berdiri dengan gagah, memberikan sambutan kepada keluarga besar dan tamu kehormatan.> “Malam ini bukan hanya ajang silaturahmi, tapi bentuk kepedulian kita,” ujar Kakek Tohari dengan suara mantap. “Seluruh donasi yang terkumpul akan disalurkan ke panti asuhan, rumah sakit, hingga lembaga sosial di bawah yayasan keluarga Hartawan. Karena... kekayaan yang sesungguhnya adalah bisa memberi manfaat.”Semua orang bertepuk tangan sopan.Tapi Adrian hanya duduk kaku di kursinya. Di sisi kirinya, Luna semakin agresif: tangannya mencoba meraba jari Adrian, sesekali menyenderkan tubuh. Namun Adrian berusaha tetap formal, menjaga postur tubuh dan memasang wajah dingin.> “Adrian,” bisik Luna sambil tersenyum, “malam ini indah banget ya... Kita co

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #22 Gala Hartawan

    Adrian masih berdiri di tengah lobby kosong, menatap ke arah lorong panjang dengan ekspresi yang semakin tegang.Tangannya terkepal di sisi tubuh, napasnya berat.Di saat pikirannya sibuk mencari kemungkinan-kemungkinan buruk soal Naya, suara hak tinggi berdetak-detak mendekat."Tuk...tuk...tuk..."Adrian menoleh dengan refleks.Muncullah Luna, mengenakan dress bodycon hitam ketat yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Belahan roknya tinggi, memperlihatkan paha putih mulus. Bibirnya merah menyala. Rambutnya ditata bergelombang sempurna.Dengan senyum genit, Luna mendekati Adrian."Hai, Adrian," sapanya manja, suaranya dibuat-buat lembut.Adrian mendengus pelan, tidak menyembunyikan ketidaksukaannya."Apa maumu, Luna?" gumamnya dingin.Luna pura-pura tersinggung, membentuk mulutnya cemberut kecil."Aku cuma... mau bilang," katanya sambil memutar rambut di jarinya, "Kalau kamu masih butuh pasangan buat gala nanti... aku siap kok nemenin kamu."Dia menyentuh lengan jas Adrian pelan, sengaja me

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #21 Naya menghilang!

    Besok paginya, suasana kantor Hartawan Group terlihat lebih sibuk dari biasanya. Para staf berlalu lalang dengan kemeja rapi dan ekspresi penuh kesibukan.Adrian, seperti biasa, berjalan masuk ke dalam lobby utama dengan langkah tegap, jas hitam membalut tubuh tegapnya, wajahnya datar dan tanpa emosi.Namun, sesuatu menghentikannya.Seorang wanita cantik berdiri di tengah lobby, mengenakan dress formal biru langit yang menonjolkan kecantikannya. Wajahnya manis, rambutnya bergelombang rapi.Dia melambai dengan malu-malu ke arah Adrian.Adrian mengernyit.Matanya melirik ke sekeliling, mencari-cari sumber masalah ini — dan benar saja, dari balik pilar, Derren muncul, dengan senyum penuh harap.Adrian langsung menghela napas panjang, matanya memicing tajam ke arah sahabatnya itu.Derren berjalan cepat ke arah Adrian sambil berbisik,"Surprise, bro! Ini... calon pasangan buat gala nanti. Namanya Jessica."Adrian menatap Derren dengan tatapan membunuh."Kamu bercanda," gumam Adrian dingin.

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #20 CEO Berkuasa

    Siang itu, kantor Hartawan Group masih sibuk.Naya baru saja keluar dari pantry, membawa tumpukan dokumen yang harus dibagikan ke beberapa ruangan.Langkahnya cepat—sedikit tergesa.Saat berbelok di lorong sempit, tanpa sengaja—Brak!Naya menabrak seseorang.Dokumen bertebaran di lantai."Aduh...!" seru Naya panik, buru-buru membungkuk.Namun sosok pria itu juga membungkuk pada waktu bersamaan, membuat wajah mereka hanya beberapa sentimeter saja.Dan dalam momen itu, karena keseimbangan Naya goyah, tubuhnya terdorong maju.Ciuman kecil.Hanya sepersekian detik. Tapi cukup untuk membuat dunia seakan berhenti berputar.Naya membelalak.Adrian juga membeku.Suasana hening, sangat hening.Sementara di ujung lorong, seseorang menyaksikan semuanya dengan mata melebar marah—Sarah.Senyuman sinis muncul di bibirnya.**"Maaf! Maaf banget, Pak Adrian!" seru Naya gugup sambil buru-buru berdiri dan mundur beberapa langkah.Adrian sendiri tampak berusaha menguasai diri. Ia berdeham pelan, kembal

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #19 Pembelaan

    Pagi itu kantor terasa lebih dingin dari biasanya. Adrian berjalan menyusuri lorong panjang lantai eksekutif, kemeja biru gelap membalut tubuhnya. Ada bekas luka samar di pipi kirinya, dan jalannya sedikit kaku. Namun dia tetap menjaga aura wibawanya. Dari arah berlawanan, Naya datang dengan membawa nampan berisi kopi-kopi untuk ruangan meeting. Langkahnya berhenti mendadak. Mata Naya membelalak pelan saat melihat Adrian yang tampak babak belur. Ada rasa khawatir yang otomatis muncul. "Pak Adrian...?" gumamnya lirih. Mereka saling memandang sekilas. Hening. Canggung. Suasana mendadak seperti freeze. Naya panik, dia reflek mau ke kanan. Adrian—dengan gugupnya—ikut melangkah ke kanan. Naya buru-buru ke kiri. Adrian juga geser ke kiri. Mereka hampir bertubrukan. "Ah... anu... m-mohon maaf, Pak!" kata Naya panik, menunduk dalam-dalam. Adrian mengangkat tangannya, mencoba terlihat santai, walau mukanya sudah merah. "Tidak apa-apa..." Mereka akhirnya berhasil

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #18 Perasaan Pak CEO

    Cling...Setelah berjam-jam yang terasa seperti seumur hidup, pintu lift akhirnya terbuka.Naya hampir menangis lega. Ia berdiri cepat-cepat, diikuti Adrian yang tetap terlihat tenang walaupun kemejanya sudah kusut sedikit.Mereka melangkah keluar, disambut petugas teknisi dan beberapa satpam."Maafkan kami, Pak Adrian, Nona..." para teknisi membungkuk dalam-dalam.Adrian hanya mengangguk malas, satu tangannya refleks menahan punggung Naya agar tidak terinjak-injak kerumunan. Ia bahkan tidak sadar saat melakukan itu.Jam menunjukkan pukul 02.17 dini hari. Kantor sudah sepi."Naya."Suara Adrian dalam. "Aku antar pulang."Naya langsung gelagapan. "T-tapi, Pak, saya biasa naik angkutan kok... nggak apa-apa, sungguh!"Adrian menatapnya dingin. "Tidak ada diskusi."Dengan berat hati, Naya akhirnya masuk ke dalam mobil hitam mewah milik Adrian. Selama perjalanan, mereka hanya diam. Sesekali Naya mencuri pandang, tak percaya ia satu mobil dengan pria paling dingin se-kantor.Mobil melaju me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status