Share

5. Keputusan

Author: NARA
last update Last Updated: 2025-05-12 23:14:10

Satu kali, dua kali hingga tiga kali. Lili mencoba untuk menghubungi nomor ponsel yang beberapa waktu lalu diberikan oleh Lio.

Namun, setiap kali ia menekan tombol panggil, jawaban yang sama terus terdengar, Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi. Suaranya monoton, dingin, dan lama-kelamaan membuat telinga Lili terasa panas.

Ia menarik napas dalam, kemudian menunduk memeriksa kembali nomor yang tersimpan di layar ponselnya. Mungkin saja ia salah mencatat? Tapi setelah beberapa kali mengecek digit demi digit, ia yakin bahwa nomor itu benar. Tapi kenapa tidak bisa dihubungi? Apakah Lio sengaja memberikan nomor palsu?

Lili menggigit bibirnya, mencoba menahan kecewa yang mulai membuncah. Untuk apa Lio melakukan itu padanya? Bukankah dia yang menawarkan bantuan lebih dulu? Tapi kini seperti menghindar.

Setelah beberapa menit termenung dalam keraguan dan kekecewaan yang bercampur aduk, Lili akhirnya memutuskan. Ia tidak bisa menunggu dan berharap lagi. Ia harus menemui Lio secara langsung. Jika memang niat pria itu hanya main-main, maka ia akan meminta penjelasan dengan kepala tegak. Tapi kalau Lio serius, maka Lili siap menerima tawarannya.

Demi Zian, suaminya yang sedang terjerat hutang dan butuh pertolongan.

Dengan gemetar, Lili memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Dan masa bodoh dengan harga diri sebagai perempuan dan juga seorang istri yang selama ini Lili junjung, yang terpenting dirinya segera mendapat uang.

Ia langsung menatap pada supir taksi yang sedang fokus mengendarai mobil.

"Pak, ke perusahaan X," pintanya pada sopir taksi, dan mengubah tujuan awalnya yang semula hendak pulang ke rumah.

Selama perjalanan, Lili hanya diam menatap ke luar jendela. Dadanya sesak, pikirannya kacau. Ia tahu apa yang akan ia lakukan bertentangan dengan hati nuraninya. Tapi harga dirinya kini terasa tak berarti dibanding rasa cinta dan tanggung jawab terhadap suami yang sedang terlilit hutang yang sangat banyak. Ia ingin menolong, bagaimanapun caranya.

Tak butuh waktu lama, taksi berhenti di depan sebuah gedung tinggi nan megah, perusahaan milik Lio. Bangunan yang pernah ia datangi beberapa waktu lalu, saat pertama kali mengenal sahabat suaminya itu. Lili menghela napas panjang, lalu turun dari taksi dan melangkah masuk ke dalam gedung.

Langkahnya pelan dan ragu saat menaiki lift menuju lantai tempat ruang kerja Lio berada. "Ini salah satu jalan yang harus kamu ambil, demi Zian, Li," bisiknya pada diri sendiri. Tapi suara hatinya tetap berat. Ia belum sepenuhnya ikhlas. Betapa tidak, ia akan menyerahkan diri pada pria lain, bukan karena cinta, bukan pula karena nafsu. Tapi karena keadaan memaksanya.

"Ini demi Zian, Li… demi suamimu…' gumamnya berulang kali, seperti mantra yang ia paksa untuk diyakini.

Begitu sampai di lantai tujuan, Lili melangkah menuju ruangan Lio. Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu. Jantungnya berdetak cepat. Ia tak tahu apa yang akan dikatakan, tapi ia tahu ia harus masuk dan menyelesaikan semua ini.

"Masuk," terdengar suara dari dalam.

Lili membuka pintu perlahan, namun matanya langsung membelalak. Ruangan itu bukan kosong, tapi juga bukan diisi oleh Lio. Yang duduk di balik meja kerja adalah seorang pria asing yang sama sekali tidak ia kenal. Pria itu terlihat seumur dengan Lio, mengenakan kemeja putih dan dasi abu-abu. Sorot matanya tajam, ekspresinya datar.

Lili refleks memandang sekeliling ruangan, berharap menemukan sosok Lio di sana. Tapi tidak ada.

"Siapa kamu?" tanya pria itu sambil menautkan kening melihat Lili.

Lili gugup, tapi mencoba tetap tenang. "Maaf, Lio di mana?" tanyanya.

Pria itu tidak langsung menjawab. Ia justru mengernyitkan dahi, seolah menilai siapa sebenarnya perempuan asing yang tiba-tiba masuk ke ruangan tersebut.

"Kamu siapa?" ulangnya, kali ini nadanya lebih tegas.

"Aku…" Lili menggantung kalimatnya, bingung harus menjawab apa. Apa ia harus berkata bahwa dirinya istri dari sahabat Lio? Atau mengakui maksud kedatangannya? Lili benar-benar bingung, dan kini memilih untuk diam.

"Hei, kamu siapa?" desak pria itu lagi.

Lili akhirnya menghela napas dan menjawab, "Temannya Lio."

Pria itu masih tampak ragu. Sorot matanya tak berubah, tetap menatap Lili.

"Untuk apa kamu mencarinya?" tanyanya lagi.

"Ada urusan penting," jawab Lili dengan suara sedikit gemetar.

Beberapa detik hening, lalu pria itu bersandar di kursinya dan berkata. "Pak Lio sedang berada di luar negeri.

Lili terdiam. Matanya membesar. "Luar negeri?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Juhaina R
lahhh yg ditemui gak ada ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Sahabat Suamiku   259. Babak Belur

    Leo benar-benar merasa tenang, berada di tempat yang jauh dari keramaian kota. Heningnya udara pagi, hembusan angin yang begitu lembut, dan aroma tanah yang masih basah sehabis hujan semalam membuat dadanya terasa lebih lapang. Betapa tidak, setelah selama ini hidup di tengah hiruk pikuk kota, penuh tekanan, penuh kenangan buruk tentang James, kini Leo merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan, yaitu kedamaian dan ketenangan.Setelah begitu lama berada di luar rumah kayu itu, Leo duduk di sebuah bangku dekat danau, menatap hamparan bunga-bunga yang berwarna-warni, kupu-kupu berterbangan bebas, dan pegunungan hijau yang menjulang seperti lukisan alam yang terlalu indah untuk diabaikan. Semuanya terasa seperti dunia lain yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Leo bahkan merasa seolah tempat ini adalah pelarian yang diberikan semesta hanya untuknya.Namun, matahari kini sudah berada tinggi di atas kepala, pertanda waktu terus berjalan. Leo bangkit, kemudian melangkah masuk

  • Gairah Sahabat Suamiku   258. Resiko

    Rubby yang pernah melihat Damian dan tahu jika dia adalah sahabat dari James, kini menghampirinya, apalagi melihat gelagat Damian yang menurut Rubby perlu dicurigai."Om, dia sahabat James," Rubby memberitahu Lio. Suaranya memecah ketegangan yang sedang terjadi, setelah Damian mengatakan pada Lio tentang putrinya.Lio yang awalnya hanya menatap tajam tanpa ekspresi kini langsung menautkan keningnya menatap pada Damian. Nama James saja sudah cukup membuat Lio marah, apalagi mendengar pria yang berdiri di hadapannya adalah sahabat dari pria yang sudah menghancurkan hati putrinya.Damian sempat membuka mulut, bersiap mengatakan sesuatu, namun Lio langsung mengangkat tangan dan mengibaskannya seolah menepis keberadaan lelaki itu."Pergi dari sini!" bentaknya keras.Damian tidak berkutik. Ia tetap berdiri tegap, tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi. "Om, aku ingin memberitahu di mana Leo." Kata Damian, karena memang tujuannya pergi menemui kedua orang tua Leo memang untuk dimana gadis

  • Gairah Sahabat Suamiku   257. Memperkenalkan Diri

    Semua orang dipenuhi kecemasan. Suasana yang sebelumnya sudah tegang semakin menjadi tegang dan suram. Waktu terus berputar, namun tidak ada satu pun kabar dari Leo yang bisa meredakan kekhawatiran mereka. Nomor ponselnya tidak bisa dihubungi, membuat semuanya semakin cemas, tidak terkecuali dengan James.James berdiri tidak tenang, tangannya mengepal kuat hingga buku jarinya memutih. Pikirannya dipenuhi ketakutan. Bukan hanya karena ia telah mengkhianati Leo, tapi lebih karena ia tahu begitu rapuhnya Leo setelah kejadian itu. Dalam hati kecilnya, James takut Leo melakukan sesuatu yang nekat. Rasa bersalah kini terasa menyesakkan dadanya hingga James hampir sulit bernapas.Tidak jauh dari James, Lio berjalan mondar-mandir sambil sesekali mencoba menghubungi ponsel Leo lagi. Namun, jawaban yang ia dapat tetap sama. Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi.Tatapan Lio kemudian beralih pada James, tajam, marah, dan penuh ancaman."Jika terjadi sesuatu pada Leo, kamu akan tahu

  • Gairah Sahabat Suamiku   256. Cemas

    Leo menatap pada Damian yang kini mengangkat telepon dan masuk ke dalam rumah kayu tersebut.Setelahnya Leo merebahkan tubuh kembali di rerumputan, lalu menatap bintang-bintang di langit yang berkilau indah. Udara malam yang sejuk dan segar dengan pemandangan yang mamanjakan mata sejauh Leo memandang. Membuatnya benar-benar merasa tenang. Ingin rasanya Leo terus berada di tempat tersebut yang jauh dari kebisingan kendaraan.Perlahan, kedua mata Leo terpejam, kantuk tiba-tiba datang menyerangnya, dan akhirnya ia tertidur pulas di bawah sinar bulan yang begitu terang.Damian yang baru kembali menghampiri Leo, mengukir senyum melihat gadis tersebut telah tertidur lelap.Tentu saja, Damian tidak membiarkan Leo tidur di ruang terbuka. Apalagi tiba-tiba awan gelap menutupi bulan, sepertinya hujan akan turun. Membuat Damian kini mengangkat tubuh Leo, dan membawanya masuk ke dalam rumah kayu tersebut.Baru juga Damian ingin merebahkan tubuh Leo diatas kasur, tiba-tiba gadis tersebut membuka

  • Gairah Sahabat Suamiku   255. Takjub

    Leo pasrah di bawa Damian entah ke mana. Intinya malam ini ia ingin melupakan masalahnya. Masalah terbesar yang ia alami selama hidupnya.Di sepanjang perjalanan, Leo sama sekali tidak menimpali apapun yang Damian katakan, meskipun Damian coba untuk mencairkan suasana. Leo tetap diam duduk di kursinya, sambil menatap jalanan yang di lewati mobil Damian.Sampai akhirnya, setelah mengendarai mobil cukup lama. Mobil yang Damian kendarai berhenti di sebuah halaman rumah kayu yang begitu khas."Kita sudah sampai, Leo." Kata Damian.Loe kini menatap pada Damian, karena pria itu membawanya entah ke mana. Yang Leo tahu, Damian menghentikan mobilnya di tempat yang begitu asing, hanya ada satu rumah kayu di tempat tersebut, yang di kelilingi pohon-pohon besar."Dimana ini?" tanya Leo ingin tahu.Damian tersenyum lalu menjawab. "Ini tempat yang akan membuat hati kamu tenang, Leo. Ayo kita turun," Ajak Damian."Tidak!" tolak Leo. "Aku ingin pergi ke tempat yang bisa menenangkan hatiku," kata Leo.

  • Gairah Sahabat Suamiku   254. Ikut Denganku

    Dengan kesal, Leo mengumpulkan semua foto James yang terpasang di setiap sudut kamarnya, tidak terkecuali foto pertunanganya dengan satu satunya pria yang Leo cintai.Air mata kembali mengaliri kedua pipi Leo yang mulus, kenangan indah bersama James selama ini, benar-benar ternoda setelah Leo menyaksikan sendiri pengkhianatan kekasihnya itu."Aku benci kamu, James. Benci!" Leo melempar foto James yang ada di tangannya. Hingga bingkai foto tersebut hancur berantakan.Setelahnya, Leo mengacak rambut dengan kasar. "Mbak!" teriak Leo sekeras mungkin memanggil asisten rumah tangganya. "Cepat kesini!" Teriaknya lagi sambil menghapus air matanya.Tidak berselang lama, salah satu asisten rumah tangga Leo masuk ke dalam kamar."Iya Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya asisten rumah tangga tersebut, sambil menautkan kening, melihat bingkai foto berserakan di dalam kamar majikannya tersebut."Buang semua foto ini!" perintah Leo menunjuk tumpukan bingkai foto yang berserakan."Kenapa di buang N

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status