Share

76. Cerai!

Author: Neza Visna
last update Huling Na-update: 2025-04-26 07:47:57

Lampu kamar temaram, menciptakan bayangan yang bergerak lambat di dinding. Kiara melingkarkan lengan di leher Brama, jari-jarinya bermain dengan rambut pendek di tengkuknya. Napasnya hangat di telinga Brama, beraroma anggur mahal dan parfum yang menggoda.

Tangan Kiara merayap ke bawah, membuka kancing pertama kemeja Brama. Jantungnya berdebar kencang—kemenangan sudah di depan mata.

Tapi tubuh Brama kaku. Begitu jemari Kiara menyentuh kulit dadanya, gambaran Rinjani melintas di pikirannya.

Ini bukan Rinjani! Aromanya salah! Bentuk tubuhnya salah! Bahasa tubuhnya salah!

Brama menangkap pergelangan Kiara dengan kasar, mendorongnya menjauh. Napasnya tersengal, seperti orang yang baru tersadar dari mimpi buruk.

Kiara tersentak terkejut. “Kenapa?!”

Brama tidak menjawab. Dia bangkit dari tempat tidur, merapikan kemejanya dengan gerakan kasar.

"Ini sudah larut," katanya, mengambil jaket dari kursi. "Sebaiknya kita pulang."

Kiara tidak berusaha menahannya. Dia duduk di tepi tempat tidur, m
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Gelora Cinta Pria Arogan   102. Jagat yang Protektif

    Evie menggelengkan kepala dengan tegas. "Aku nggak akan melakukan itu, Rin. Aku nggak bisa terima kamu mengalah seperti ini."Rinjani tersenyum kecil. "Pernikahan kami hanya siri, Evie. Mungkin lebih baik juga kalau nggak banyak orang yang tahu. Jadi aku bisa berpura-pura tidak pernah menikah?" candanya. “Rin ....”“Vie, situasinya sudah begini. Ini adalah yang terbaik. Nggak ada hal sempurna yang mungkin terjadi. Kalau kamu terus ragu begini, kamu malah akan terkesan munafik.” Evie terdiam, matanya berkaca-kaca. Rinjani dengan lembut mengalihkan pembicaraan. "Lupakan soal itu. Hari ini aku mau creambath, mau ikut?"Wajah Evie langsung berbinar. Dia tidak menyangka Rinjani akan mengajaknya. "Mau! Aku mau.Sepanjang hari itu, Rinjani dengan sabar menemani Evie. Setelah creambath, mereka berbelanja pakaian hamil di department store, di mana Rinjani dengan teliti membantu memilih model yang nyaman sekaligus stylish. "Ini bagus, bahannya stretchy tapi nggak panas," ujarnya sambil

  • Gelora Cinta Pria Arogan   101. Mantan Berteman

    Brama terdiam, Rinjani bukan tidak menjelaskan padanya semua alasan itu. Namun, dia tidak bisa mengerti. Dia tidak melihat semua masalah yang dikatakan Rinjani itu.“Di awal, kamu takut Om akan macam-macam ke Rinjani dan keluarganya makanya kamu menyembunyikan semuanya, jadi sekarang kamu merasa kalian nggak ada halangan lagi, tapi untuk Rinjani, rintangan kalian masih begitu besar.” “Aku bisa menyelesaikan semua masalah itu.”Untuk Brama yang ada hanya mau dan tidak mau. Bukan tidak bisa. Dia tidak pernah memikirkan untuk menikahi Rinjani sebelum ini, karena tidak pernah terlintas di kepalanya kalau Rinjani akan meninggalkannya.Ternyata dia salah. Sekarang dia tahu kalau dia ingin bersama gadis itu, jadi apapun halangan yang ada dia siap menghadapinya.Kevin menghela napas panjang, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk membuat Brama mengerti. "Brama, kamu harus pahami alasan Rinjani menolakmu. Hanya dengan begitu kamu bisa menemukan cara yang benar untuk meyakinkannya."

  • Gelora Cinta Pria Arogan   100. Alasan Nonsense!

    Brama membuka matanya saat mendengar suara Rinjani. “Kamu di sini?” tanyanya terkejut. Dia berusaha bangkit duduk dan bersandar di belakang tempat tidurnya.“Pelan-pelan!” Rinjani refleks membantu Brama saat melihat pria itu kesulitan dengan selang infus di tangannya.Rinjani tidak tahu apa yang terjadi dengan hidupnya, sampai dia jadi sangat sering ke rumah sakit beberapa waktu ini. “Apa sebenarnya yang ada di pikiran kamu?” gumamnyaRinjani menatap Brama dengan pandangan tak percaya. Perutnya mual memikirkan bagaimana pria itu nekat menyiksa diri sendiri hanya untuk membuktikan sesuatu yang menurutnya sama sekali tidak masuk akal."Kamu pikir ini lucu? Kamu bukan anak remaja lagi Brama!" suara Rinjani bergetar antara marah dan frustrasi. "Makan makanan pedas sampai masuk rumah sakit?!”Brama yang masih terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit justru tersenyum tipis. "Aku mau mencoba sesuatu yang kamu suka. Aku juga bisa berkorban untuk kamu."Rinjani menggelengkan kepala. "

  • Gelora Cinta Pria Arogan   99. Gastritis Cinta

    Brama sungguh tidak tahu lagi untuk mengatakan apa agar gadis itu memberikannya kesempatan. Rasanya kesempatan itu begitu dekat di depan mata, saat dia tahu apa yang terjadi pada Jagat. Namun, Rinjani bilang mereka sudah tidak mungkin? Selagi Brama tenggelam dalam pikirannya, Rinjani sudah berbalik dan hendak menjauh dari sana.Brama kembali menahan Rinjani. Dia tidak bisa terima pembicaraan mereka berhenti berakhir di sana begitu saja.“Aku harus apa, supaya kamu mau mencoba lagi?”Rinjani menghela napas panjang. Pria di depannya ini benar-benar keras kepala dan dia tidak tahu lagi harus mengatakan apa agar Brama mengerti.Rinjani menarik napas dalam. "Kamu harus bertanya pada dirimu sendiri, Bram. Apakah kamu benar-benar mencintai aku, atau hanya nyaman dengan semua perhatian yang selalu kuberikan padamu?" Suaranya bergetar pelan.“Kamu pikir, aku akan berbuat sejauh ini kalau aku nggak yakin?” "Kalau aku tidak lagi memusatkan seluruh hidupku untukmu, setelah kita bersama, ap

  • Gelora Cinta Pria Arogan   98. Menaklukkan Arogansi Brama

    Brama terlihat kikuk mendengar pertanyaan itu. “Bukan itu maksudku! Apa kamu yakin dia juga mau dimadu?” Pria itu menyesali sikapnya yang tidak bisa menahan emosi dan malah menyulut amarah Rinjani. Dia tahu, dia tidak bisa untuk memaksa Rinjani saat ini, itu hanya akan membuat gadis itu semakin menghindarinya. Tujuannya, bukan itu. Brama berharap gadis itu akan meninggalkan pria itu dan memilihnya.“Itu akan menjadi urusan kami. Kami akan menyelesaikannya dengan baik-baik.” Brama tertawa jengkel. “Kalau memang kamu bersedia di madu, kenapa aku tidak punya pilihan itu?” tanyanya marah.Egonya sebagai laki-laki terluka mendengar itu. Dia sudah berusaha meminta kesempatan bahkan nyaris memohon, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan. Namun, wanita itu memilih untuk dimadu dibanding memberinya kesempatan. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, kenapa Rinjani menolak memberinya kesempatan itu? Bukankah gadis itu sudah sangat lama mencintainya? Sekarang

  • Gelora Cinta Pria Arogan   97. Brama menyuruh Cerai

    Rinjani memutar bola matanya malas, dia skeptis mendengar hal semacam itu. Seorang Brama?Entah dia sadari atau tidak, Rinjani dengan sengaja mengabaikan fakta, kalau Brama memang sudah bersikap aneh semenjak hubungan mereka berakhir.Rinjani menggeleng-gelengkan kepala. "Aku nggak mau memikirkannya sekarang. Ayo sarapan, perutku keroncongan."“Oke.” Setelah membersihkan diri dan berias sederhana, keduanya langsung menuju ke restoran yang ada di tempat itu.Di area sarapan, suasana tenang tiba-tiba berubah ketika Rinjani melihat sosok familiar duduk di meja tak jauh dari mereka. Brama, dengan setelan kasual yang tetap terlihat mahal, dan Kevin, yang selalu setia menemani pria itu.Kevin langsung menyapa. "Rinjani! Selamat pagi!"Rinjani memaksakan senyum. "Pagi, Kevin. Kalian ngapain di sini?" tanyanya heran.Kevin menatap Brama yang tetap diam, lalu tergagap. "Oh itu, kami ada urusan bisnis di sini.”Rinjani mengerutkan kening. "Di sini?"Dia tidak melihat ada proyek yang cukup

  • Gelora Cinta Pria Arogan   97. Malu Sendiri

    Brama mengabaikan jawaban ketus itu dan memilih menatap Rinjani seksama. “Dia sudah benar-benar mabuk. Biar kubawa ke kamarnya.”Brama mencoba mendekat, tapi Celia melangkah maju menghalangi. "Biar aku yang membantu dia.”Brama mulai mengerutkan kening, terganggu dengan semua gangguan dari sahabat Rinjnai itu."Aku cuma mau bantu. Dia hampir jatuh dari kursi," Brama membela diri.Rinjani tiba-tiba tertawa keras. "Aku gaperlu bantuan siapa-siapa! Aku kuat!"Tapi tubuhnya bergoyang, dan Brama refleks menahan lengannya. Rinjani memandangnya, matanya berkaca-kaca.“Eh, Brama? Ngapain di sini?” tanyanya dengan suara tinggi. Tangannya menyentuh wajah pria itu seenaknya. “Aku salah lihat nggak sih? Nggak mungkin dia di sini, kan?”Celia menepuk jidatnya lelah. “Heh, salah aku bawa kamu minum.” Rinjani benar-benar terlalu awam dengan minuman beralkohol itu dan daya tahannya sama sekali tidak kuat.“Kita ke kamar sekarang!” Dia takut semakin lama di sini, Rinjani akan semakin men

  • Gelora Cinta Pria Arogan   96. Healing Tipis-Tipis

    Cepat atau lambat, dia harus keluar dari rumah ini. Kosan akan jadi pilihan yang jauh lebih ekonomis untuknya yang baru merintis dan tinggal sendirian tanpa perlu space yang terlalu lebar.Karena sesungguhnya dia tidak terbiasa tinggal di tempat luas sendirian.Keesokan harinya, saat sarapan, ibu Jagat memperhatikan Rinjani yang terlihat lebih pendiam dari biasanya."Kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.Rinjani mengangguk sambil menyunggingkan senyum tipis. "Aku baik, Ma ... Tante. Hanya memikirkan beberapa hal."Dia mengubah panggilannya dengan canggung karena tidak tahu harus mengatakan apa.“Tetap panggil, Mama saja. Kamu nggak perlu mengubah apapun. Papa sudah bilang kan dia menganggap kamu seperti anaknya sendiri. Mama juga gitu.”Mata Rinjani sudah terasa panas tapi dia memilih untuk menahan tangisannya sekuat tenaga. “Dari dulu, mama sudah menginginkan anak perempuan, siapa sangka akhirnya mama dapatkan dengan cara begini. Jalan hidup kadang memang nggak bisa ditebak.

  • Gelora Cinta Pria Arogan   95. Mandiri Lagi

    Mendengar itu, wajah Rinjani berubah pucat, matanya membesar dengan ekspresi ngeri. "Tidak!" bantahnya tegas, menarik tangannya kembali. "Aku nggak pernah berminat sama sekali dengan harta Jagat, Ma! Jangan membuatku takut!" Dadanya naik turun, suaranya gemetar. Kalimat itu jauh lebih mengejutkan untuknya dibanding saat Jagat memutuskan untuk bercerai dengannya.“Rin, jangan menolak. Ini adalah hak kamu.”"Ma aku Cuma mau semuanya selesai dengan cepat." Rinjani berusaha meyakinkan mertuanya itu. “Masalah harta hanya akan jadi beban baru untukku.”Uang yang diberikan Jagat di awal saja sudah cukup untuk membuatnya merasa tidak enak pada pria itu, kalau ditambah lagi dia tidak akan mampu menerimanya.Ibu Jagat terkejut melihat reaksinya. "Rinjani, jangan terlalu baik. Ambil apa yang menjadi hak kamu. Kamu sudah dirugikan, masa nggak mau ambil apa-apa. Gimana juga, itu akan berguna untuk kamu ke depannya.”"Aku tidak kehilangan apa-apa, Bu," Rinjani memotong, suaranya lebih lembut

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status