Share

Chapter>03.

last update Huling Na-update: 2025-09-26 19:53:12

Jonathan merasa heran dengan keberadaan Gea di kamar ini. Bukannya dia meminta Gea untuk memesankan wanita malam?

Tapi kenapa justru Gea sendiri yang ada di sana?

“Kenapa malah ada kamu disini?” tanya Jonathan dingin, melangkah maju mendekati Gea, tatapan pria itu sinis.

Tubuh Gea semakin gemetar.

“Jangan diam saja! Cepat jawab!” bentak Jonathan, tangannya terulur mencengkram dagu Gea—agar wanita itu menatapnya.

Gea menggigit bibirnya kuat. Ia sadar akan apa yang dia lakukan saat ini. Mengingat kondisi sang anak, serta biaya pengobatan—ia harus tegas mengatakan sebenarnya.

“Saya butuh uang, Pak. Jadi saya yang akan memuaskan Bapak. Saya sudah berpengalaman, dan saya yakin … saya bisa membuat Bapak puas,” jawab Gea gugup.

Jonathan terdiam sejenak, tatapannya masih tertuju pada Gea.

“Kamu yakin bisa memuaskan saya? Permainan ranjang saya sangat kuat, kamu yakin bisa kuat bermain dengan pria maniak ranjang seperti saya?” ucap Jonathan tepat di dekat telinga Gea, suaranya pelan namun begitu sensual.

Gea menelan ludahnya susah payah, tubuhnya semakin menegang.

“Ternyata wanita di mana-mana itu sama saja, ya? Tidak punya harga diri, bahkan sangat rendah dari apapun itu! Hanya demi uang, berani menjual diri!” ucap Jonathan, sambil mendecak kasar.

“Saya ada alasan tertentu yang membuat saya seperti ini, Pak. Ta-tapi … saya pastikan Bapak akan puas bermain ranjang dengan saya, saya bisa menjamin itu!” Gea menjawab sedikit gugup, nyaris suara nya hilang, tetapi Gea berusaha menjawab setiap lontaran dari Jonathan.

“Kalau nyatanya memang kamu wanita murahan, bagaimana? Demi uang kamu bisa melakukan dengan segala hal yang halal, bukankah seharusnya begitu?” katanya sinis dan penuh tekanan, tawanya penuh sarkasme.

Gea sudah tak peduli Jonathan mau bicara apa tentang dirinya. Apa yang dia lakukan saat ini, sudah dia sadari kalau dirinya memang murahan.

Tapi demi uang, akan dia lakukan agar bisa membuat hidupnya keluar dari zona miskin.

“Saya tidak peduli Bapak mau menilai saya seperti apa, tapi disini saya menawarkan tubuh saya pada Bapak. Apakah bapak tidak tergiur dengan tubuh seksi ini?” ucap Gea penuh percaya diri.

Jonathan menyunggingkan senyum miring, tatapannya beralih menatap penampilan Gea, dari atas kepala sampai kaki.

Jonathan akui Gea sangat lah seksi, tubuhnya cukup menggoda untuk dilihat.

“Bapak tidak perlu ragu dengan permainan saya, saya yakin bapak akan puas jika bermain dengan saya. Jadi Bapak harus mencoba terlebih dahulu, baru bapak bisa menilai permainan saya.”

“Kenapa saya harus mencoba tubuh kamu? Bukannya tubuh kamu sama seperti wanita murahan? Yang hanya di cicipi oleh para lelaki hidung belang, bukankah begitu sekretaris baru?”

Ucapannya begitu tajam, menggores perlahan ke dalam relung hati Gea yang paling dalam.

“Setiap melakukan apapun, jika kita ragu, kita harus mencobanya terlebih dahulu, kalau tidak dicoba kita tidak akan bisa menilainya.” 

Gea mengulurkan tangannya, menyentuh dada bidang Jonathan yang masih memakai pakain lengkap dengan sengaja ingin menggodanya.

“Kurang ajar sekali kamu, menyentuh dada saya dengan sembarangan!” kata Jonathan tajam, lalu menepis tangan Gea dengan kasar.

Wajah Gea tak ada rasa gugup lagi, kini wajah wanita itu malah terlihat seksi dan menggoda.

“Bahkan saya bisa lebih nakal dari ini.”

Sedikit demi sedikit Jonathan mulai agak tertantang oleh keberanian Gea dan sikap percaya dirinya.

Apakah benar permainan Gea lebih dari wanita-wanita yang biasa tidur dengan Jonathan?

“Yang kamu harus tahu tentang saya, saya ini pria yang memiliki fetish tinggi. Sexs saya sangat kuat bisa melebihi pria pada umumnya, bahkan saya juga akan menyiksa wanita yang bermain dengan saya!”

“Kamu yakin akan kuat bermain dengan saya? Tubuh kamu saja kecil seperti ini, kurus kering. Yang ada kamu akan remuk dibawah permainan saya, sekretaris baru!” bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

Gea tak mau menyerah, dan terus menggoda Jonathan. Ia tak peduli, karena … jangankan disiksa di atas ranjang, ia juga kerap disiksa Aris hampir setiap hari kalau melawan dan tak menurut.

“Saya kuat! Bapak tidak bisa menilai saya hanya dengan tubuh kecil ini, terkadang tubuh yang kecil jauh lebih menantang dari yang besar. Tapi bapak bisa lihat dada ini, bukankah ini besar?” 

Ucap Gea tanpa rasa malu sedikit pun, membiarkan harga dirinya jatuh di hadapan sang atasan. Padahal hari ini, hari pertama dia bekerja.

“Jika Bapak tidak percaya, bahwa saya bisa melebihi wanita yang sudah tidur dengan bapak, kita bisa bermain terlebih dahulu. Semua nya sudah disiapkan, bahkan saya sengaja membeli sutra jika bapak membutuhkan itu.” 

Jonathan mengangkat alisnya sinis, “Kamu terus saja bernegosiasi dengan saya, tapi saya belum cukup mau bermain ranjang dengan kamu.”

“Saya melihat kamu sama! Seperti wanita yang pernah tidur dengan saya.” Lanjutnya sinis.

“Beda. Percaya itu! Saya berbeda dengan wanita-wanita lainnya!” Gea tiba-tiba saja mendorong tubuh Jonathan, membuat Jonathan menjadi duduk di ranjang.

Tanpa aba-aba, Gea langsung menjatuhkan tubuhnya di atas pangkuan pria itu.

“Jangan menyamakan saya dengan wanita yang pernah tidur dengan Bapak, jadi bapak belum bisa menilai saya! Kita baru bertemu, jadi bapak tidak bisa menilai permainan ranjang saya sebelum mencobanya.”

Gea mengedipkan sebelah matanya, sengaja menggoda Jonathan.

“Sial wanita ini benar-benar berani, dan … begitu percaya diri!” gumam Jonathan dalam hati.

“Aaaahhh!” Jonathan mendesah kaget saat tangan Gea menekan miliknya, membuat Jonathan langsung teriak mendesah.

“Gimana, Pak? Yakin gak mau tidur sama saya? Itu nya udah keras bangat loh!” Gea tertawa kecil melihat ekspresi Jonathan yang seperti menahan sesuatu.

“Segitu butuhnya kamu sama uang, sampai terus berusaha menggoda saya?” cibir Jonathan.

“Maka dari itu bapak harus mau bantu saya, ayo kita bermain di atas ranjang itu.”

Matanya melirik pada barang yang keras di balik celana Jonathan. “Ini sakit kan pak? Soal nya punya bapak tegang sekali, lihat nih.”

“Ahhhhhh!” demi apapun tangan Gea begitu lantang serta nakal, berani sekali menyentuh milik Jonathan, membuat Jonathan tak kuasa mengerang tertahan.

“Dasar wanita licik, demi uang kamu terus berusaha menggoda saya!” cibir Jonathan terus menatap sinis Gea yang berada di depannya.

“Wanita tidak ada yang licik Pak, dia hanya berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhannya, yang tidak pernah terpenuhi ini..” Gea membela dirinya, dan seakan Gea melupakan rasa takutnya tadi.

“Kamu boleh saja berbicara seakan-akan kamu kuat dan berani di hadapan saya, tapi ketika nanti di ranjang , saya akan membuat milikmu robek Gea! Karena sudah berani menantang saya!”

“Lakukan lah Pak!” 

Demi Nina Gea akan melakukan apapun, supaya putrinya sembuh dan bisa ditangani segera oleh dokter.

“Buka baju kamu sekarang juga!” ucap Jonathan sambil merubah posisi Gea menjadi di bawah kukungannya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>73.

    Sebuah balok besar dari kayu usang, yang semula tergeletak tak berguna di sudut ruangan, kini diangkat dengan kasar oleh salah satu pria bertubuh kekar. Dengan suara geraman yang lebih menyerupai raungan binatang, balok itu diayunkan dan menghantam tubuh Gea yang ringkih, yang sedari tadi sudah terkapar tak berdaya di atas lantai beton yang dingin. Hantaman itu menciptakan bunyi gedebuk yang tumpul dan memuakkan, seolah mematahkan sesuatu yang vital di dalam dirinya.Seketika, rintihan Gea terhenti. Kepalanya terkulai ke samping, rambutnya yang lepek dan acak-acakan menutupi sebagian wajahnya yang kini membiru. Darah segar mulai merembes dari sudut bibirnya, membaur dengan keringat dan air mata yang telah mengering. Matanya yang sebelumnya dipenuhi ketakutan dan perlawanan, kini tertutup rapat. Keheningan yang tiba-tiba menyelimuti gudang itu terasa jauh lebih mencekam daripada jeritan yang barusan ada. Gea telah jatuh ke dalam jurang ketidaksadaran, sebuah jeda yang kejam dari siksaa

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>72.

    Selly, dalam balutan peran sebagai Gea, merasakan detak jantungnya berpacu brutal. Permintaan Jonathan yang tajam dan tak terduga pagi ini menusuk tepat ke inti kegelisahannya. Pria itu, dengan mata yang menggelap oleh hasrat, menatapnya penuh tuntutan, membuat dinding pertahanan Selly runtuh seketika."Iya, saya lagi mau," ulang Jonathan, suaranya yang berat dan sedikit serak pagi hari terdengar seperti ancaman sekaligus janji. Keinginan itu memancar kuat dari sorot matanya yang biasanya dingin dan dominan.Di balik wajah Gea yang harus ia tampilkan, Selly bergolak. Amarah dan rasa tidak terima membakar sanubarinya. "Apakah Jonathan setiap hari seperti ini dengan Gea? Brengsek! Bahkan jika denganku dia sangat menolak, tapi kali ini justru dia yang selalu mengajak Gea untuk ke hal yang intim," gerutu Selly dalam hati, sebuah perbandingan menyakitkan yang mengoyak harga dirinya.Kontras perlakuan ini bagaikan pukulan telak yang menguak jurang antara dia yang sebenarnya dan sosok yang d

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>71.

    Pagi itu, mobil mewah Jonathan membelah jalanan kota yang masih diselimuti embun tipis dan kesibukan yang baru menggeliat. Di kursi penumpang, Selly—yang kini terperangkap dalam peran sebagai Gea—duduk dengan punggung tegak, berusaha keras menjaga raut wajahnya tetap tenang. Namun, di balik topeng ketenangan itu, badai kecemburuan dan kebingungan berkecamuk hebat.Jonathan, dengan kemeja kantor yang tampak rapi sempurna dan tatapan fokus pada jalanan, memancarkan aura maskulin yang dingin, namun sesekali, kehangatan itu menyelinap."Sudah makan?"Pertanyaan itu meluncur santai dari bibirnya, sebuah perhatian sederhana yang justru terasa seperti sengatan listrik bagi Selly. Jari-jari Selly tanpa sadar meremas ujung tas tangan Gea yang ia pinjam. Telinganya terasa panas."Jonathan kenapa bisa seperhatian ini? Brengsek mereka sepertinya sudah jatuh cinta." Selly menggerutu di dalam hati, kata-kata itu memukulnya dengan kejengkelan yang mendalam. Kebenciannya terhadap Gea bercampur dengan

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>70.

    Udara malam yang dingin terasa menusuk tulang, membawa serta aroma debu dan karat yang pekat. Gea, dengan nafas yang mulai dangkal, terkapar tak sadarkan diri di lantai semen kasar yang dingin. Bibirnya sedikit terbuka, dan sehelai rambut coklatnya jatuh menutupi wajahnya yang kini tampak pucat. Kesadaran direnggut paksa darinya beberapa menit lalu, ketika sebuah kain yang dibasahi zat bius berbau tajam dan memabukkan mendarat cepat membungkam mulutnya.Anak buah Selly, seorang pria bertubuh besar dengan jaket kulit hitam, melirik gelisah ke sekeliling gang sempit yang remang-remang. "Cepat-cepat bawa ke nona Selly, sebelum dia sadar," bisiknya dengan suara serak, tatapannya menyapu bayangan di setiap sudut."Pastikan ini aman dan tidak ada jejak. Angkat dia, jangan seret!" Perintah itu disusul oleh gerakan cepat teman-temannya yang lain. Mereka mengangkat tubuh Gea yang lunglai, memperlakukannya lebih seperti karung berisi beban daripada seorang manusia. Kecepatan adalah kunci, dan d

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>69.

    Bawa anak buah lima saja, karena ini hanya penangkapan jalang kecil. Semuanya akan dimulai malam ini..”“Semuanya sudah terlaksana dan sudah disiapkan ketua.” jawab salah satu anak buah si perempuan asing.“Malam ini tepatnya gadis itu pulang kerumah, langsung kalian bawa ke hadapan gue, semua rencana harus sesuai apa yang gue mau!”“Lima tahun silam akan terulang, karena Jonathan masih berani menantang— hahahahaha..”Di sebuah penthouse mewah dengan pemandangan kota yang berkilauan, sekelompok orang berkumpul mengelilingi meja kaca. Di tengah mereka, duduk seorang wanita asing dengan mata tajam dan bibir yang menyunggingkan senyum penuh rencana busuk. Hal ini ada kaitannya dengan masa lalu Jonathan yang pernah meninggalkan Jonathan. Tetapi sekarang dia menyesal dan merasa gagal move on kepada Jonathan. dan Gea adalah sasaran kebencian barunya. Selly tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak mencapai matanya; matanya justru memancarkan kilau kebencian yang tajam dan perhitungan

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>68.

    Entah mata Jonathan salah atau benar. Namun, Jonathan melihat sosok Gea yang ada di dalam klub yang sama dengannya.Jantungnya berdebar tidak karuan, bukan karena gairah tempat itu, melainkan karena keterkejutan yang membingungkan. Itu adalah Gea, wanita lugu, sekretaris pribadinya yang selalu mengenakan kemeja rapi dan rok pensil yang memang cukup seksi, dan selalu bergerak dengan kesopanan yang hampir kuno. Tetapi, wanita yang kini ia lihat sangat berbeda.Jonathan melihat wanita yang seperti Gea mengenakan sebuah gaun yang sangat seksi dan warnanya sangat menyala—merah darah. Gaun itu memeluk setiap lekuk tubuhnya, memamerkan punggungnya yang mulus dan belahan dada yang sering ia lihat. Rambutnya, yang biasanya terikat rapi, kini tergerai bebas, berayun mengikuti irama musik."Tuan. Tuan mau kemana?" tanya Rasya, dengan sedikit bingung saat melihat Jonathan main pergi begitu saja.Tetapi Jonathan tidak menjawab. Logikanya memerintahkan untuk mengabaikannya, mengatakan bahwa itu ha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status