Share

Chapter>08.

last update Last Updated: 2025-10-09 20:59:50

Jonathan melangkah mendekat, bayang-bayang wajahnya yang tajam seperti elang membayangi Gea yang berdiri kaku di sudut ruangan. Yang ia pojokan itu. Matanya menyala penuh amarah, menatap lurus ke arah wanita itu tanpa memberi ruang sedikit pun untuk membela diri. Gea merasa lidahnya kelu, napasnya tersengal-sengal, seolah kata-kata terjebak di tenggorokannya yang kering.

"Kenapa kamu pergi sebelum saya menyuruh kamu untuk pergi, hmm?" Suara Jonathan berat, dingin, dan menusuk hingga menembus telinga Gea seperti jarum kecil yang berulang kali ditusukkan. Detik itu juga, seluruh tubuh Gea seolah membeku, ketakutan dan tekanan yang begitu besar membuatnya hampir terjatuh.

Akhirnya, dengan suara yang tercekat dan bergetar, Gea menghembuskan kalimat yang selama ini dipendam rapat. "Karena anak saya membutuhkan saya, Pak." Wajahnya menunduk, air mata menggenang di ujung mata, tapi ia berusaha menahan agar tak jatuh. "Anak saya sakit... Saya jual diri demi biaya rumah sakit Nina, putri saya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>40.

    Empat jam berlalu sejak Jonathan mulai menggempur Gea dengan semangat yang tak kenal lelah. Tubuh Gea kini benar-benar melemah, matanya terpejam rapat, nafasnya berat tertutup kantuk yang dalam. Keringat membasahi dahi dan lehernya, tanda betapa intensnya pertempuran ranjang yang baru saja mereka jalani. Jonathan pun ikut tertidur, tubuhnya membungkus Gea dalam pelukan erat, seolah takut kehilangan jejak kehangatan yang baru saja mereka bagi.Malam berganti pagi, cahaya lembut menyelinap lewat celah tirai kamar, menerangi sudut-sudut ruangan dengan hangat. Namun Gea masih terlelap, nafasnya teratur, tanpa tanda-tanda akan bangun segera. Sementara itu, Jonathan sudah terjaga lebih dulu, matanya menatap lembut ke arah wajah Gea yang tampak begitu tenang dan polos saat tidur. Bibirnya tersungging senyum tipis, tak bisa menyembunyikan kekaguman yang muncul tanpa disengaja.“Dia cantik juga,” gumam Jonathan pelan, suaranya nyaris tak terdengar, seolah takut mengganggu k

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>39.

    Jonathan yang sudah kepalang nafsu dan sudah tidak kuat lagi.Jonathan pun langsung menghampiri Gea lalu menarik Gea cukup kasar.“Ahh— Pak.” Gea ditarik lalu didorong di atas kasur, tenaga Jonathan yang lebih kuat dari Gea, membuat Gea tidak bisa apa-apa.“Kamu ingin balas dendam hmm?” ucap Jonathan, suaranya sangat berat dan serak-serak gitu.Tubuh Gea ditindih oleh tubuh Jonathan.“N-nggak Pak.” jawab Gea berbohong.“Kamu pikir saya gak tahu Gea? Kamu sengaja mau membiarkan saya gila dengan tingkah laku menggoda kamu tadi?”“Lihat saja setelah ini, kamu gak akan bisa jalan kembali seperti di Dubai.” ancam Jonathan sambil mencengkram tangan Gea ke atas.“Jangan itu sangat sakit.” Gea pun ketakutan dan tidak ingin seperti kemarin lagi.Jonathan memasang senyum sinisnya ke arah Gea.“Terserah saya dong! Kan malam ini kamu sudah menjadi milik saya, bebas dong— Hahaha!” Jonathan yang te

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>38

    Gea terbelalak, dadanya sesak seolah ada beban berat menindihnya. Matanya yang baru terbuka sulit menyesuaikan dengan cahaya ruangan yang hangat dan familiar sekaligus asing. Sosok pria di depannya—Jonathan—sedang menatapnya dengan senyum tipis yang sulit diartikan. Jantung Gea berdetak tak beraturan, antara takut dan bingung. "Pak Jonathan?" suaranya bergetar, nyaris tak percaya. Jonathan mengangguk perlahan, matanya menampakkan campuran rasa bersalah dan ketulusan. "Gea... kamu sudah aman di sini," katanya lembut, mencoba menenangkan. Namun, di balik senyum itu, ada berat yang tak tersampaikan. Gea menggeliat lemah, mencoba merangkai ingatan yang berantakan. Ia ingat gelapnya perjalanan, rasa dingin tangan yang menariknya, dan pengkhianatan terbesar—ibunya sendiri yang menjualnya seperti barang dagangan. Tapi sekarang, dia berada di rumah Jonathan, ia merasa dunia seolah aneh. Tangan Gea bergetar saat mencoba duduk, matanya terus menatap Jonathan penuh tanya dan luka. "Kenapa ak

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>37.

    “Kenapa sih dia? Kenapa dia terus memegang pahaku? Memangnya paha ku ini tempat untuk di pegang-pegang oleh tangannya? Mentang-mentang dia seorang bos, dia boleh gitu seenaknya kepada ku?” “Kalau saja aku tidak butuh pekerjaan ini, sudah ku tikam sejak lama pria ini.” “Dia pikir aku takut dengan nya gitu? CK! Aku sama sekali tidak takut kepada-nya.” Gea menggerutu di dalam hatinya, merasa jengkel saja dengan tangan Jonathan yang nakal ini. Gea merasa sedikit risih, apalagi ada Nina putrinya. Walaupun iya Nina tidak melihat, tetapi Gea tetap takut. “Kenapa kamu kesal padaku?” Jonathan yang melihat ekspresi Gea yang cemberut kesal. Jonathan pun langsung bertanya. “Nggak!” jawab Gea singkat sekali, bahkan matanya tidak menoleh sedikitpun kepada Jonathan. “Sudah tau aku kesal, masih saja dia menyentuh paha

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>36.

    Jonathan melangkah pelan menuju kamar kecil di dalam pesawat yang terasa sunyi dan hangat. Lampu redup menerangi ruangan mungil itu, di mana Gea dan Nina sudah tertidur lelap di atas ranjang yang cukup besar. Nafas Nina yang teratur dan hangat menenangkan suasana. Tanpa sadar, Jonathan tiduran di belakang Gea, tubuhnya terasa berat tapi tenang. Perlahan ia memeluk Gea dari belakang, merasakan kehangatan tubuh Gea yang kurus dan rapuh. Tetapi masih berisi di bagian tertentu. Gea yang sudah terlelap bersama Nina tidak menyadari kehadiran Jonathan, tangannya membelai lembut rambut Nina. Jonathan menutup matanya, membiarkan dadanya menempel erat ke punggung Gea, merasakan damai yang jarang ia rasakan selama ini. Dalam keheningan pesawat yang bergetar pelan, ketiganya terjebak dalam pelukan yang tak terucapkan, seolah waktu berhenti sejenak untuk memberi mereka secercah ketenangan di tengah perjalanan panjang. * “Ugh—” Gea terbangun mer

  • Gelora Panas: Di Atas Ranjang.   Chapter>35.

    Gea pun dengan tidak enak hati menurut perintah Jonathan. Gea juga takut sih, jika tidak mendengarkan ucapan Jonathan, takutnya Jonathan akan marah.Apalagi sifat Jonathan itu tidak bisa ditebak sama sekali, membuat Gea harus selalu berhati-hati.“Kata Pak Rasya kita akan pulang sekarang ya Pak?” tanya Gea pelan dan hati-hati sekali.Gea sudah berbaring diatas ranjang.Sedangkan Jonathan tengah main handphone miliknya sendiri. Mata Jonathan tampak sekali fokus pada layar ponselnya.Gea bertanya saja seakan dicuekin oleh Jonathan.Gea yang melihat itu hanya bisa menghela nafas.“Sudah deh lebih baik tidur sebentar.” ucap Gea yang langsung berusaha memejamkan matanya.*Tak hanya fokus dengan handphone rupanya Jonathan ini, melainkan Jonathan juga fokus mengetik di laptopnya.Sepertinya Jonathan tengah bekerja seperti biasa. Wajar saja seorang bos itu memang sibuk, apalagi sudah memiliki perusahaan sendiri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status