Kita baru bisa menemui Elma setelah dipindahkan ke ruang perawatan," jelas Revan.
lega. "Syukurlah kalau begitu." Nyonya Ambar menghela napasRevan menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menahan air matanya. Perasaan lega dan syukur menyelimuti dirinya. "Terima kasih, Ya Tuhan. Terima kasih sudah menyelamatkan mereka."Satu jam kemudian, Revan diizinkan masuk ke ruang rawat untuk menemui Elma. la mendapati istrinya berbaring lemah di tempat tidur, tetapi senyuman kecil terlukis di wajah Elma saat melihat Revan."Revan..." panggil Elma dengan suara pelan.Revan segera duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya."Sayang, kamu luar biasa. Kamu berhasil melewati semuanya.""Selamat ya Sayang. Mama bangga sekali padamu." Nyonya Ambar mengecup kening Elma dengan penuh kasih sayang.""Terima kasih untuk kalian berdua. Kalian adalah orang-orang penting dalam hidupku," ucap Elma penuh haru."Sayang baKita baru bisa menemui Elma setelah dipindahkan ke ruang perawatan," jelas Revan.lega. "Syukurlah kalau begitu." Nyonya Ambar menghela napasRevan menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menahan air matanya. Perasaan lega dan syukur menyelimuti dirinya. "Terima kasih, Ya Tuhan. Terima kasih sudah menyelamatkan mereka."Satu jam kemudian, Revan diizinkan masuk ke ruang rawat untuk menemui Elma. la mendapati istrinya berbaring lemah di tempat tidur, tetapi senyuman kecil terlukis di wajah Elma saat melihat Revan."Revan..." panggil Elma dengan suara pelan.Revan segera duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya."Sayang, kamu luar biasa. Kamu berhasil melewati semuanya.""Selamat ya Sayang. Mama bangga sekali padamu." Nyonya Ambar mengecup kening Elma dengan penuh kasih sayang.""Terima kasih untuk kalian berdua. Kalian adalah orang-orang penting dalam hidupku," ucap Elma penuh haru."Sayang ba
Elma baru saja bangun dari tidurnya. la mengusap perut besarnya yang sudah mendekati waktu melahirkan.Semalam ia tidak bisa tidur karena perutnya mulai terasa tidak nyaman. Dan pagi ini perasaan tidak nyaman itu semakin terasa."Sepertinya aku harus ke rumah sakit sekarang." Elma menyibak selimutnya dan meringis kesakitan.Namun, saat ia berdiri dari tempat tidur, ia merasakan sesuatu yang aneh. Sebuah cairan hangat mengalir dari sela kakinya, membasahi lantai di bawahnya. Elma mematung, matanya membelalak, dan napasnya memburu."Revan!" teriak Elma panik, suaranya menggema di dalam kamar.Revan, yang sedang mandi langsung menghentikan aktivitasnya begitu mendengar teriakan Elma. Dengan handuk yang melilit tubuhnya, ia bergegas keluar. la menemukan Elma. berdiri dengan tubuh gemetar, air ketuban mengalir di sekitar kakinya."Sayang! Apa yang terjadi?" tanya Revan dengan nada cemas sambil memegang bahu istrinya untuk menenangkann
"Iya, la adalah gadis tetangga Nenek yang dengan suka rela merawat Nenek tanpa di bayar." Nenek Samidah menjelaskan. Ratna tersenyum malu-malu sambil menyapa. "Selamat datang, Pak Aditya, Bu Selly." Suaranya lembut, hampir seperti bisikan. "Ya ampun, kamu cantik banget Neng Ratna. Kenapa kamu nggak dari dulu bertemu dengan kami," seloroh Nyonya Selly. "Ah, Bu Selly bisa saja." Gadis bernama Ratna itu tersipu malu karna pujian Nyonya Selly. "Iya Ratna memang cantik dan baik hati. Keluarganya juga sangat baik pada Ibu." Puji Nenek Samidah. "Terima kasih Neng kamu sudah begitu baik merawat ibuku. Entah dengan cara apa aku harus membalas kebaikanmu." Nyonya Selly menatap penuh kagum pada Ratna. "Tidak usah dipikirkan Bu, saya ikhlas merawat Nenek Midah. Beliau sudah saya anggap sebagai Nenek sendiri. Lagipula
Pagi itu, Aditya bangun lebih awal dari biasanya. la merasa gugup, tapi di saat yang sama, semangatnya membara.Hari ini adalah hari wawancara terakhir untuk posisi manajer pemasaran di sebuah perusahaan besar, dan ia tahu ini adalah peluang besar baginya untuk kembali bangkit.Setelah sekian lama terpuruk akibat berbagai masalah yang ia hadapi, Aditya merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk memulai segalanya dari awal."Semoga semuanya berjalan lancar," gumam Aditya di depan cermin, sambil merapikan dasi, la memandang dirinya sendiri, mencoba meyakinkan bahwa ia masih orang yang sama, pria ambisius dan percaya diri seperti dulu."Semoga berhasil ya Nak." Nyonya Selly juga memberi doa restu untuk anaknya sebelum pergi.Wawancara pun berlangsung menegangkan. Aditya di dera rasa cemas atas kasus skandal yang pernah menderanya. la takut hal itu akan berimbas padanya.Ketika wawancara selesai, Aditya pulang dengan perasaan campur ad
Untuk pertama kalinya, Karina berani memainkan lidahnya di atas eskrim coklat yang lezat itu."Oohhh... Sayang..." Gading meremat rambut Karina yang tengah asik di bawah sana.Meski baru pertama kali melakukannya, ternyata Karina cukup piawai juga. Gading dibuatnya kalang kabut."Aahh... cukup Sayang... Gading mendorong kepala Karina untuk menjauh. la tidak ingin dirinya meledak di dalam mulut sang istri.Karina mengerti. la kemudian merangkak naik ke atas tubuh Gading. Memposisikan dengan benar posisinya agar ular piton milik suaminya bisa dengan mudah memasuki tubuhnya.Karina memejamkan matanya saat benda tumpul itu mulai terasa lembut memenuhi dirinya.Perempuan cantik itu mulai mende sah dan merasakan seluruh tubuhnya menegang.Karina mulai bergerak lincah naik turun dan berputar bersamaan. Gading merintih dan merasakan miliknya di urut-urut di dalam sana."Terus Sayang... Gading membantu Karina bergerak dengan tatapan matanya yang terus tertuju pada wajah cantik Karina yang meme
Gading memegang tangan Karina dengan lembut, lalu mencium punggung tangannya. "Aku juga bahagia. Kamu adalah pengantin tercantik yang pernah kulihat."Karina tertawa kecil. "Aku yakin kamu harus bilang itu karena sekarang aku sudah resmi jadi istrimu.""Bukan hanya karena itu. Tapi karena itu kenyataan." Gading tersenyum sambil menatap wajah Karina yang terlihat lelah namun tetap memancarkan keindahan.Gading melihat Karina memijat kakinya sendiri, mencoba menghilangkan rasa pegal setelah seharian berdiri dan berjalan di atas sepatu hak tinggi. la langsung bangkit dari tempat duduknya. "Tunggu sebentar," katanya, lalu berlutut di depan Karina."Gading, apa yang kamu lakukan?" tanya Karina bingung."Aku ingin memijat kaki istriku. Kamu pasti sangat pegal,"jawab Gading dengan nada serius. Namun, sebelum ia menyentuh kaki Karina, ia menatap istrinya itu dengan tatapan menggoda."Tapi sebelum itu, sebaiknya kamu mandi dulu. Siapa tahu rasa lelahmu berkurang setelah air hangat membasuh tu