Share

Bab 6

Author: Ariess_an
last update Last Updated: 2025-09-30 18:11:56

Setelah mengambil libur satu hari untuk menenangkan diri, kini Ana merasa tubuhnya sudah kembali fit untuk bekerja. Meski begitu tidak henti-hentinya Ana meyakinkan diri melupakan kejadian mengerikan itu serta mensugesti diri untuk tetap tenang dan hal itu cukup membantu.

Ketika jam makan siang, Ana berjalan ke kantin sendirian. Biasanya ada Revan yang menemani, namun pria itu sedang ada pertemuan di luar dan kemungkinan baru ada di kantor setelah makan siang.

Setelah mengisi piring makanan lalu Ana mengambil orange jus sebagai minuman. Kemudian, Ana berjalan kemeja kosong yang berada di pojok sudut kantin lalu duduk disana, sendirian. Dirinya memang terbiasa tidak punya teman, selain Revan.

Di meja yang agak jauh dari mejanya. Ada Vita, Karin, Viona serta Jeni yang sedang sibuk bergosip. Meskipun satu divisi, mereka tidak pernah saling bertegur sapa dengan Ana. Lebih tepatnya mereka mereka sengaja tidak menegur Ana.

Mereka selalu mengabaikan Ana. Tapi akan datang saat butuh bantuan. Baik itu mengerjakan sesuatu atau disuruh melakukan sesuatu. Lebih dari itu tidak ada interaksi lain antara mereka dan Ana.

Ana sendiri tidak pernah mencari masalah, justru selalu bersikap baik dan memberi bantuan tapi kehadirannya selalu membuat teman satu divisinya memandang Ana dengan tatapan sinis.

Ditengah ketenangan menikmati makan siangnya, Ana tidak sengaja mendengar obrolan dari meja yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk.

"Kalian sudah denger belum? Desas-desus kalau Pak Rudy melakukan korupsi besar.. "

"Lo dengar berita hoax dari mana? Jelas-jelas dia dan timnya baru berhasil memenangkan tender besar. "

"Enggak hoax. Berita ini langsung dari sumber terpercaya. "

"Salah kali lo! Mungkin bukan Pak Rudy. Baru kemaren banget gue liat postingan si Viona lagi party kemenangan tender di club. "

"Fix hoax! Udah deh Mel, gue tahu divisi dan atasan tempat lo itu saingan banget sama divisi Pak Rudy. Ini demi kebaikan lo sendiri, sebagai teman gue saranin jangan buat berita hoax apalagi lo tau sendiri Pak Rudy itu suami dari sepupu Pak Jeffreyan. Jangan sampai lo di pecat atau bahkan di blacklist. Orang-orang seperti Pak Rudy ini kalo marah bisa bahaya buat karir kita. Hindari yang nggak perlu, gausah deh lo terlalu loyal ke atasan sampe mau-maunya disuruh nyebarin hoax."

"Demi apapun gue nggak bohong. Ngapain? Malah kata atasan gue mereka satu divisi bakalan kena juga sama Pak Jeffreyan. Bukan cuma pak Rudy tapi mereka semua.."

Melisa tidak terima dituduh bohong.

Iri? Tentu saja dia sempat iri, bahkan kesal kenapa tidak masuk ke divisi itu. Tapi sekarang dia bersyukur karna terhindar dari masalah yang sebentar lagi akan di alami oleh anak-anak divisi Pak Rudy.

Ana yang sedari awal mendengar obrolan menelan ludah dengan susah payah. Wajahnya pucat pasi. Selera makannya hilang. Dia tahu betul bahwa itu bukan berita hoax karena sudah bertemu langsung dengan Tuan Jeffreyan. Bahkan sudah menerima hukuman dari pria itu.

Ting! Sebuah notif pesan masuk mengalihkan perhatian Ana pada HP yang dia letakkan diatas meja. Pesan grup. Jantungnya semakin diremas setelah membaca pesan masuk itu.

Deg!

Tanpa sengaja pandangan Ana bertemu dengan Vita yang memang duduk menghadap kearahnya. Dari meja sana terlihat Vita menatapnya dengan pandangan penuh arti. Buru-buru Ana berpaling karena tidak nyaman.

Tanpa sadar dia meremas telepon. Dia Takut.

Satu persatu dari mereka dipanggil menghadap pimpinan.

Bayangan akan bertemu dengan Jeffreyan sudah membuat jemarinya bergetar takut. Rasanya Ana ingin kabur saja.

Ting! Ponselnya kembali berdering. Masuk kembali sebuah notif. Kali ini dari pesan pribadi.

Deg!

Ana tidak tahu hal lain yang pasti saat ini otaknya menyuarakan satu hal.

Lari Ana! LARI!

Bisikan kuat dari kepalanya membuat Ana terburu-buru berdiri dan berjalan tergesa-gesa ingin pergi dari tempat ini.

Ana ingin pulang. Dirinya takut.

Karena pikirannya yang tidak fokus, tangan Ana yang memegang piring gemetar dan tidak seimbang dan sukses membuat piring itu jatuh tergelincir dari genggamannya.

Prangg!

Semua orang memperhatikannya. Tidak terkecuali Vita dan anak-anak satu divisnya.

"Ma-af.. " Ucapnya lirih yang mungkin hanya bisa di dengar telinganya sendiri.

Dengan reflek Ana berjongkok lalu memungut dan membersihkan pecahan-pecahan piring dengan tangan telanjang.

Suara bisik-bisik mulai terdengar. Ana benci jadi pusat perhatian. Namun tidak lama semua orang kembali mengabaikan nya. Begitulah keberadaan nya. Terbuang. Diabaikan.

"Sssesstth! " Karena terburu-buru jari Ana terkena goresan beling yang cukup membuatnya meringgis kecil. Ana menekan lukanya menghisap nya agar berhenti.

"Merepotkan! Tinggalkan saja disana! "

Deg! Ana mengenali suara itu.

Ana berusaha fokus membereskan kekacaukan yang ddirinya ciptakan.

Dia mengenal suara itu. Tapi terlalu takut untuk melihat pemilik suara bariton yang khas itu.

Jeffreyan.

*~~~~*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   555

    Siang itu Jeffreyan mampir kerumah sakit dimana ayah Ana dirawat. Setelah berbincang dengan dokter yang ditugaskan mengobati Ayah Ana, Jeffreyan memberi arahan yang menjurus perintah untuk secepatnya operasi dilakukan. "Kalau bisa secepatnya. Sekarang juga lebih bagus." ucapnya pada laki-laki berjas putih dengan rambut memutih, dia direktur rumah sakitpria tua itu menghela nafas panjang. Hal ini sudah sering terjadi dikalangan atas. Bagaimana dirinya sebagai direktur rumah sakit diminta ini-itu sepeti yang dilakukan Jeffreyan saat ini. "Tapi pasien masih belum stabil, Tuan. Resikonya akan lebih besar jika kita mengoperasi dalam keadaan seperti ini."ucap dokter hati-hati tak ingin menyinggung Jeffreyan. Meski ditekan jabatan, Direktur rumah sakit itu juga masih mengedepankan prinsipnya sebagai tenaga medis ya g mengabdikan diri untuk kemanusian. Apa yang diminta pangeran Wicaksana itu bertentangan dengan prinsionya sebagai dokter.Jeffreyan tak masalah. Tapi dia sedang diburu wakt

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 68

    Ana tetap menjadi pelayan yang menemani tamu minum. Namun secara khusus hampir setiap malam dirinya hanya melayani satu tamu saja. "Tuan minum setiap hari?" Tanya Ana, ini sudah hari ketiga Alvian kembali minum dan minta ditemani sepanjang malam. Ana tidak masalah, justru bersyukur karena terhindar dari tamu-tamu nakal. Sejauh Ana menemani Alvian minum, tidak ada perbuatan aneh yang dia dapatkan. Alvian hanya mengajaknya sebatas teman ngobrol dan menuangkan minum. "Apa tuan membawa HP?" Tanya Ana entah untuk kesekian kalinya. Alvian menggeleng. "Kamu udah nanya itu berkali-kali." Mendengar jawaban Alvian Ana tidak bisa menyembunyikan wajah sendunya. Entah sampai berapa lama dia harus bertahan disini. Mengabaikan wajah sedih Ana dia sodorkam gelasnya untuk diisi, netranya mengamati gadis itu yang mendesah lesu, "Kamu kecewa?" Tanya Alvian Ana tersenyum getir, kepalanya mengangguk. "Saya nggak tau mesti berapa lama lagi saya disini. Keluarga saya pasti nyari saya."

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 67

    Riski memandang brangkar sang ayah dengan wajah bersimbah air mata. Beberapa saat yang lalu ayah kembali drop. Disebelahnya, ada mama serta seorang wanita paruh baya yang menjadi penyebab ayahnya drop. "Kalau sampai suami saya kenapa-kenapa saya akan tuntut kamu!" Ucap Rita meradang. Melihat kembali wajah mantan istri suaminya membuat Rita diliputi emosi. "Saya yang akan tuntut kamu. Kamu menipu saya selama ini. Kamu pembohong!" balas Jelita sengit. "Diam, kamu! Ngapain kamu kesini. Mau menghancurkan rumah tangga saya? Dasar wanita pengoda."Jelita memutar bola mata. Dari tadi ia menahan diri menjambak wanita yang telah memperlakukan putrinya semena-mena itu. Namun tampaknya kebencian itu bukan miliknya sendiri karena wanita itu juga tampak sangat membencinya. Ia berencana membuat keributan dengan wanita itu namun cenggraman pada lengannya membawa Jelita pada kesadaran. "Kita lebih baik pulang. Suami dan anak lo juga pasti nungguin." Adri menengahi. Tidak mau mengambil resiko

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 66

    Jelita meremas jemari diatas pangkuan. Pertemuannya dengan Adri membawanya pada fakta-fakta bahwa kehidupan sang putri yang sangat jauh dari kata nyaman. “Ada apa nyariin gue?” Adri yang melihat kakaknya seperti orang linglung menjadi sedikit iba. Baru beberapa hari tapi wajah kakaknya sudah tampak lebih menua dari sebelumnya. Andai saja kakaknya mendengar sarannya dulu untuk membawa serta Ana, pasti kejadiannya tidak akan serumit ini. Hidup ponakannya itu tidak akan sehancur ini. Bahkan Adri ragu kakaknya akan sanggup mendengar fakta-fakta lain tentang Ana yang baru dia ketahui belakangan. “Ana..” lidah jelita terasa kelu. Baru menyebut nama saja sudah membuat dirinya ingin menangis. “Bisa tolong carikan keberadaan Ana? Kata tetangga mereka yang Mbak jumpai, Ana udah tinggal terpisah dari rumah ayahnya.” Alih-alih menjawab, Adri menghela nafas yang terasa berat. “Lo udah tahu kehidupan Ana setelah lo pergi?” Tanpa bisa dibendung, air mata Jelita lolos jatuh dipipinya. Dia mengang

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 65

    PLAK!Ana kembali mendapatkan tamparan. Sudut bibirnya sampai pecah dan berdarah saking kerasnya tamparan. Bahkan kepalanya sampai berdengung.Dia sudah tidak sanggup. Tapi nampaknya Pria penjaga itu tidak ingin melepaskan Ana."Lepaskan dia." Pria yang menjadi tamu VIP itu mencegat tangan penjaga yang sudah siap untuk tamparan yang ketiga."Tapi, Tuan." Penjaga itu hendak protes."Ingin aku ulangi?" Tanya nya datar. "Tolong keluar, sepertinya aku harus membayar extra untuk dia kan?" Pria itu menyodorkan selembar kartu hitam.Meski dongkol penjaga tersebut menuruti perintah Tamu yang dia panggil Tuan itu. "Tapi dia bukan pekerja s3x tuan, dia hanya bekerja menuangkan minumam." Ucap penjaga takut-takut.Pria itu memijat pelipisnya. Selanjutnya dia kibaskan tangannya, isyarat menyuruh ketiganya pergi, "Ya, aku tahu. Silahkan keluar!""Tuan, saya harus melapor duku sebelum-"Aku bilang keluar, bangsat! Kalian menggangguku!” Bentaknya keras.Kedua penjaga memilih keluar.Tersisa Ana disana

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 64

    Desahan dan hentakan yang memenuhi ruangan membuat udara terasa panas dan sesak. Suara-suara yang bergema dari tengah ruangan seolah menjadi musik yang menekan siapa pun yang mendengarnya. Dua tubuh saling menempel, bergerak tanpa jeda, larut dalam hasrat yang membutakan logika. Keduanya tak peduli pada dunia sekitar, bahkan tak menyadari keberadaan seseorang di sudut ruangan—seseorang yang seharusnya tidak melihat apa pun dari semua ini. “Om…” suara wanita itu bergetar, setengah rintih, setengah memohon. "Ah, Om!" Telapak tangan besar meremas bagian yang membuncah dari tubuh wanita di bawah tubuhnya. Jemarinya meniti setiap lekuk indah yang beberapa menit lalu menyapanya. "Enak?" "Om, enak banget. Ah.. Ahh enak banget, Om." Rintih wanita yang sedang ditindih seorang lelaki yang usianya terpaut jauh. "Kamu benar-benar luar biasa." Puji nya di tengah hentakan nya pada tubuh yang ikut bergerak seirama. Laki-laki paruh baya itu hanya menahan napas, emosi mendesak-necak di dadan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status