HAPPY READINGJuliet menarik nafas, “Menurut gua, FWB nggak ada masa depannya sih, cuma sebatas having fun. Hanya menjalin relasi intim sama lawan jenis. Ada sih, beberapa orang yang open relationship. Kayak pacaran tapi nggak mau komitmen yang jelas.”“Itu kayak kasual aja sih? Tapi ada jarak, dia bebas ngapain aja dan lo bebas juga.”“Tapi menurut gua, nggak guna juga sih hubungan kayak gitu. Intinya lo nggak mau berkomitmen dengan siapapun dia juga gitu.”“Terus.”“Kalau lo tanya gue mau apa nggak, ya gue nggak lah. Enggak jelas gitu,” ucap Juliet.“FWB itu, make it clear, no baper, dan jangan pakai perasaan.”Juliet memicingkan matanya, “Lo FWB an?” Tanya Juliet to the point.Anja sebenarnya tidak tahu, apa hubungan dirinya dan William, mereka tidak konfirmasi apapun. Hanya saja ia dan William melakukan hubungan intim, lalu dia menawarkan friend with benefit, dan ia merasa bahwa inilah yang ia jalani. Ia akui bahwa ia memang jenuh menjalani hubungan konvensional, karena terlalu me
HAPPY READING“Morning, Anja.”“Morning juga, pak.”William menyungging senyum akhirnya ia bisa mendengar suara wanita ini lagi.“Kamu lagi apa?”“Saya lagi breakfast dengan teman saya.”“Di mana?”“Di Le Quartier,” ucap Anja.William menyungging senyum, “Padahal tadi saya mau ngajak kamu brunch. Nanti malam kamu sibuk nggak?” Tanya William.“Enggak sih. Kenapa?”“Saya ngajak kamu dinner.”“Hemmm.”“Saya jemput kamu.”“Memang bapak tau saya tinggal di mana?”“Enggak, makanya kamu kasih alamatnya ke saya.”Anja menahan tawa, ia melihat Juliet yang terkekeh, “Iya.”“Sampai ketemu, nanti malam.”Sambunganpun terputus begitu saja, Anja meletakan ponsel di meja. Ia melirik Juliet yang hanya menyungging senyum.“Ngajak ketemuan?”“Iya, malam ini dia ngajak dinner gitu.”“Yaudah, pergi aja.”“Gua harus gimana?” Tanya Anja, ia memakan cake nya lagi.“Jalani aja lah. Lo kayak kesenengan gitu sama William.”“Ih, lo kok tau sih.”“Ekpresi wajah lo nggak bisa bohong Anja.”Anja tertawa geli, “Dia
HAPPY READING***Anja dan Richad lalu keluar dari office. Anja tahu kalau seharusnya pak Richad membawa sekretarisnya untuk pergi kegiatan namun justru dia tidak membawanya. Ia melirik pak Richad menyeimbangi langkahnya, pria itu terlihat ramah dengan beberapa karyawan, mungkin karena dia baru, jadi butuh penyesuaian. Namun yang ia lihat dia tidak mengurangi wibawanya sebagai atasan.Mereka masuk ke dalam lift dan lift menuju lantai dasar. Richad menatap Anja, wanita itu berada di sampingnya,“Bertemunya di gerai bawah kan?”“Iya, pak benar.”Anja melirik pak Richad, tidak enak rasanya hanya diam-diam saja seperti ini, “Bagaimana hari pertama bapak berkerja di kantor ini?”Richad memandang Anja, “Saya masih penyesuaian, kurang lebih mirip budaya capitalist seperti China dan Amerika, agak workaholic saya lihat. Saya kemarin di sini sampai jam delapan malam, saya melihat banyak karyawan yang masih di office.”Anja tertawa, “Saya biasa juga pulang jam segitu.”“Why?”“Menghindari macet,
HAPPY READING“Senang berkenalan dengan anda pak William,” ucap Richad.William tersenyum dan membalas uluran tangan itu pria itu, “Senang juga berkenalan dengan anda pak Richad,” setelah itu William melepaskan tangannya.“Bapak William ini pemilik pengusaha pengembangan, yang kantor pusatnya berada di Kemayoran, banyak property yang sedang beliau tangani, yang tersebar Jabodetabek, dan Jawa barat dan Bali,” ucap Anjani memperkenalkan profil pak William kepada atasannya.“Nice,” ucap Richad tersenyum kepada William.Agenda hari ini adalah pengujian sampel, dan penandatanganan MOU dari pak William dan pak Richad. Semua proses kerja hari ini sangat lancar. Mereka berbincangg-bincang tentang topik pekerjaan saja, dan staff nya juga membicarakan profil perusahaan Semen Indonesia yang sudah masuk perusahaan multinasional.Setelah pekerjaan mereka selesai, akhirnya team pak William memutuskan untuk pulang, dikarenakan masih ada meeting selanjutnya yang harus di hadiri. Anja dan pak Richa
HAPPY READINGBeberapa menit kemudian mobil sudah berada di One Satrio, Richad memarkir mobilnya di plataran halaman, ia dan Anja keluar dari mobil, mereka melangkah masuk ke dalam. Jam makan siang banyak para ekspatriat, karena di sini banyak sekali kantor kedutaan berbagai negara. Ketika mereka masuk, mereka di sambut ramah oleh server yang berjaga.“Selamat siang. Untuk berapa orang pak?” Sapa servernya ramah.“Untuk dua orang,” ucap Richad.“Mari pak ikut saya.”Anja dan Richad mengikuti langkah server, server itu mempersilahkan mereka duduk di salah satu table kosong di dekat jendela. Anja meletakan tas-nya di kursi kosong di sebelahnya. Ia melihat server memberi mereka buku menu.Anja dan Richad memesan Tagliolini Neri All Aragosta Con Pomodorini Confite, Basil and cucumber Smash, mereka akan memberi mereka free Ice Tea, ia akui kalau hospitality di sini sangat baik dan helpful. Setelah mencatat pesanan mereka, server itu meninggalkannya.Richad menatap Anja, wanita itu bergerak
HAPPY READING“Dan yang paling penting kalau merasa tidak cocok dengan salah satu sikapnya, ya mending nggak usah. Kedengeran sangat egois? Tapi memang lebih baik nggak usah pacaran menurut saya kalau keadaanya seperti itu. Saya belajar dari pengalaman saya sendiri, di mana mantan saya itu memiliki selera humor dengan saya, sering kali saya risih dengan jokes-nya.”“Owh ya, seperti apa jokesnya?”“Dia sering menertawakan kekurangan seseorang, membuat saya tidak nyaman dan cenderung memicu keributan diantara saya sendiri.”“Kesalahan saya saat itu terlambat menyadari kalau memang kita tidak sejalan sejak awal. Analoginya saya ke barat dan dia ke timur, saya dan dia memiliki pemikiran yang berbeda jauh. Dia sama sekali tidak bisa mengerti mau kedepannya seperti apa, dan saya juga kesulitan memahami keinginannya. Akhirnya sama-sama bingung dan saling menyalahkan.”“Saya juga bukan tipe pria yang mengemis-ngemis cinta, jika saya sudah tidak sejalan saya akan melepaskannya dan membiarkan
HAPPY READING“Mi, aku kan udah bilang, aku ini nggak mau dijodohkan,” ucap William kepada maminya di balik speaker.“Ya, aku tetap nggak mau mi,” ini kesekian kalinya Willi menolak permintaan orang tuanya.Mami William menarik nafas, “Dengerin dulu mami, Willi. Ini tuh Livy. Kamu pernah kenal dia dulu waktu kecil. Coba ketemu dulu, baru bilang nggak.”“Tetap aja Willi nggak mau mi. Mama ngertiin dong perasaan willi gimana. Willi udah dewasa, bisa nentuin hidup sendiri.”“Tapi mami ingin kamu ketemu dulu sama Livy, dia baru pulang dari New York.”“I don't want to meet her, mi,” timpal Willi, karena sudah beberapa kali berkenalan dengan wanita, berakhir sia-sia. Semuanya tidak sesuai dengan seleranya. Mungkin si wanita mau, sedangkan dirinya tidak.“Tolong kamu ketemu dengan Livy besok. Kalau kamu nggak suka, setelah itu mami nggak akan ngenalin kamu ke anak teman mami yang lain.”William menarik nafas, jujur ini merupakan kesekian kalinya sang mama menjodohkan dirinya dengan seoorang
HAPPY READING“Kelebihan dan kekurangannya apa menurut kamu?” Tanya William penasaran.“Kalau apartemen itu banyak fasilitas seperti kolam renang, minimarket, mall, tempat gym, sedangkan di kostan enggak. Kalau kostan exclusive seperti saya tempati fokus kebutuhan sehari-hari, misalnya ada laundry geratis, jasa bersih kamar geratis, wifi, maintenance, parkir, include listrik, air. Kita datang cuma pakek aja, nggak bayar lagi. Kalau apartemen kan nggak semua itu bayar.”“Kalau masalah privasi, memang apartemen itu lebih privasi dibanding kost. Kalau kost masih bisa bertemu dengan kost di sebelah siapa, bahkan saling sapa. Tapi saya lebih provide ke kebutuan sehari-hari sih. Buat hidup lebih mudah aja.”“Kalau saya beri fasilitas kamu tempat tinggal apartemen, kamu mau?” Tanya William.Anja menoleh menatap William, “Apartemen siapa?”“Apartemen milik saya. Milik pribadi, nggak di tempatin juga.”“Di mana?”William menarik nafas, ia menjalankan mobilnya kembali, “Apartemen Kemang Villag