Share

2 ~ Rencana Gila Owen

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 13:27:22

Irene terkejut. Tubuhnya membeku seketika, seolah kata-kata Owen baru saja merampas semua kehangatan yang tersisa dari tubuhnya. Wajahnya memucat, bibirnya bergetar saat mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menanggapi pernyataan suaminya. Bagaimana bisa Owen, pria yang selama ini ia cintai dan percayai, mengucapkan sesuatu yang lebih keji dari apa yang pernah dilakukan oleh ibu tirinya?

"Apa maksud kamu, Owen?" suaranya terdengar serak, hampir seperti bisikan yang tercekik. Matanya yang besar, kini dipenuhi oleh rasa sakit dan ketidakpercayaan, menatap Owen berharap menemukan secercah penyesalan atau kesalahan dalam ucapannya.

Namun, Owen tampak mengabaikan pertanyaan Irene. "Besok ikut aku ke suatu tempat dan pakai pakaian terbaikmu, Irene," katanya dingin sambil berdiri, seolah-olah tidak ada yang salah dengan permintaannya.

"Owen, kau belum menjawab pertanyaanku!" Irene menaikkan nada suaranya, menatap Owen dengan intens.

Dengan manik berwarna coklat gelap ia menatap Irene dengan raut wajah yang sulit diartikan—namun membuat Irene bergidik. "Aku butuh dana yang besar! Dan ini adalah jalan satu-satunya! Korbankan dirimu untuk kita berdua, Irene! Dan kamu tidak perlu khawatir karena kau akan tidur dengan pria yang kaya raya! Mereka semua pria yang bersih!" ujarnya tanpa ragu.

Irene membelalakkan matanya, "Owen! Kau gila!" Suaranya pecah, menggema dalam ruangan yang tiba-tiba terasa sempit.

Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Irene, membuat keduanya sama-sama tersentak.

Owen segera merengkuh Irene dalam pelukannya, berbisik lirih, "Sayang, maafkan aku! Aku terlalu stres dengan tekanan di perusahaan." Suaranya terdengar menyesal.

Irene menangis sejadi-jadinya, air mata mengalir deras membasahi pipinya, rasa sakit di pipi dan dadanya saling berburu, "Owen, please, masih ada jalan lain... Aku tidak mau," isaknya, penuh harap agar Owen mendengarnya.

Bagaimana bisa pria yang ia cintai memintanya tidur bersama pria lain dengan lantang?

Owen mengusap kepala Irene, lalu melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah Irene, menyadari kesalahan fatalnya. "Sial! Aku menamparnya terlalu keras!" gumamnya dalam hati melihat jejak kemerahan di pipi Irene. "Tunggu disini, hmm? Aku akan mengambil sesuatu untuk kompres pipi kamu.”

Irene mengangguk sebagai jawaban, lidahnya kelu dari pada rasa panas di pipinya.

Kemudian Owen berdiri, mengambil ponsel di meja nakas, lalu keluar dari kamar. Begitu pintu kamar tertutup dan memastikan agar Irene tak dapat mendengar percakapannya, ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang, "Tuan, siapkan satu slot wanita yang akan saya siapkan! Namanya Irene!"

“Baiklah, bawa wanitamu seperti biasa untuk dilakukan pemeriksaan!”

“Baik Tuan, tapi yang perlu aku tekankan, wanita yang aku bawa kali ini berbeda dan high class, jadi aku harap dia mendapatkan spot yang bagus.”

Terdengar suara tawa menggelegar di seberang sana, “Tentu saja, Owen! Aku semakin penasaran wanita seperti apa yang akan kau bawa.”

Owen tersenyum smirk, “Terimakasih, Tuan.”

Kemudian ia memutuskan panggilan teleponnya, perhatiannya seketika beralih ke ruang kerjanya. “Hah! Dia sangat tidak pengertian!” kesalnya menggerutu sembari membuka laci di meja kerjanya.

“Dengan ini pasti semua berjalan lancar.” Gumamnya sembari melihat barang yang ada di tangannya saat ini.

Pria yang memiliki tinggi 175cm itu kembali ke dapur, mengambil wadah kecil, handuk dan es batu.

“Irene?” ia memanggil wanita yang ia nikahi enam bulan lalu. Wanita cantik yang sempurna. Rambut hitam yang lurus berkilau, memiliki kulit putih yang pucat, wajahnya terlihat begitu mempesona dan sensual, kecantikan yang membuat pria berimajinasi ingin memilikinya. Bahkan ia tidak menyangka saat malam pertama mereka. Irene masih murni tak pernah terjamah. Sampai ia merasa mendapatkan jackpot luar biasa, bagaimana bisa di  zaman seperti ini masih ada wanita yang virgin? Bukankah dia sangat beruntung?

Irene melamun, pikirannya melayang jauh. Ia bahkan tidak mendengar panggilan Owen yang memanggilnya dari kejauhan.

Owen mendekat, membuat Irene tersentak dari lamunannya. Rasa takut yang sempat menjalar di hatinya tiba-tiba luluh saat melihat wajah Owen yang dipenuhi senyuman lembut, wajah yang membuatnya jatuh cinta pada pria ini sejak dulu.

"Aku kompres?" ujar Owen dengan senyum lembut, duduk di depan Irene.

Beberapa menit Owen mengompres pipi Irene, sembari mengucapkan kata-kata penyesalan yang diharapkan bisa melunakkan hati Irene. Setelah itu, pria itu berdiri dari duduknya, mengambil segelas air mineral dan kembali ke sisi Irene.

"Minum ini sayang. Ini obat pereda nyeri," katanya sambil menyodorkan segelas air dan beberapa butir obat.

Tanpa ragu, Irene membuka mulutnya dan meminum obat yang diberikan Owen. Ia berharap rasa sakit di hatinya bisa hilang bersama dengan rasa nyeri di pipinya.

Owen tersenyum puas, "Nice, sekarang istirahat, hmm?"

"Tapi Owen..." Irene mencoba menyela, ingin mengungkapkan segala kegelisahan yang mengganggu pikirannya saat ini.

"Nanti kita bicarakan lagi, hmm? Sekarang kamu istirahat, karena besok staminamu harus membaik," ucap Owen, suaranya terdengar sangat lembut.

Kata-kata yang dilontarkan Owen menyiratkan sesuatu yang membuat Irene merasa tidak nyaman, namun saat ia hendak membalas, pandangannya tiba-tiba menggelap. Sebelum kesadarannya sepenuhnya hilang, ia mendengar suara Owen yang begitu halus di telinganya, "Tidurlah yang nyenyak malam ini, cantik."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
thea&jared
llaahhh...kau sudah disini beb
goodnovel comment avatar
thea&jared
edaannn emang
goodnovel comment avatar
MAMAZAN
heheheehhe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   66 ~ Perjanjian di atas Perjanjian

    Bab 66Keluar dari apartment, Irene yang sedari tadi penasaran langsung menoleh ke arah Gerald, "Ge..." "Nanti sayang." Gerald merengkuh pinggang Irene, membawa wanita cantiknya itu, berjalan menuju mobil yang terparkir. Irene menyipitkan matanya, menghembus napas kesal akan rasa penasarannya, tetapi alhasil membuat kekehan kecil lolos dari Gerald, "Hah! Menggemaskan!" batinnya. Senang? Tentu saja. Sekarang wanitanya tidak lagi terikat dengan seseorang, dia akan membuat Irene menjadi miliknya. Secepatnya! Itulah yang ada dipikirannya saat ini. "Ada apa?" tanya Irene sambil mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat wajah Gerald. Gerald tersenyum tipis, ia mendekatkan wajahnya tepat di telinga Irene, "Aku ingin memakanmu, sayang." Blush! Wajah Irene memerah dan memanas, ia mengalihkan pandangannya. Meskipun sudah sering mendengar kata-kata erotis itu, ia masih tidak terbiasa, bahkan mungkin akan tidak pernah terbiasa. Hingga mereka benar-benar tiba di depan mobil, di mana Vic

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   65 ~ Apakah Berhasil?

    Irene menggigit bibir bawahnya dan menjawab, "Surat cerai!" dengan lugasnya. "Su-surat cerai?" kaget Owen yang kini memperlihatkan dia kembali daru alam bawah sadarnya.Seperti baru saja di sambar petir, Owen melangkah, mendekat ke arah Irene. "Aku tidak akan menyetujuinya, Irene!" sahut Owen dengan wajah menahan amarah. Gerald dengan cepat langsung berdiri di depan Irene, membuat posisinya menjadi garda terdepan untuk sang wanita. Dan hal itu berhasil, Owen terkesiap, membuat pria itu berhenti, bahkan mundur selangkah.Tubuh tegap pria besar itu hampir menutupi tubuh Irene yg berada tepat di belakangnya. Aura intimidasi terasa begitu kuat. Owen mengepal erat tangannya menahan amarah yang kini ia rasakan harus tertelan didalam perasaan mencekam."Tuan Gerald, bisa anda memberikan waktu pada aku dan istriku?""Tidak!" jawab Gerald dingin. "Kamu hanya perlu menandatangani ini dan selesaikan semuanya!"Ia mengambil map yang ada ditangan Irene, menyodorkannya pada Owen. "Aku berikan w

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   64 ~ Membawanya

    Bab 64“Dimana dia sekarang berada?” tanya Gerald pada Victor begitu masuk ke dalam mobil setelah Irene. Suaranya terdengar tegas, namun dengan nada yang santai.“Di apartment Tuan,” jawab Victor sembari menutup pintu mobil. Kemudian mengitari badan mobil, mengambil tempat di posisi pengemudi.Begitu Victor duduk, Gerald berkata, "Langsung ke sana saja.""Baik Tuan Gerald." Victor memulai mesin mobil dan mulai melaju ke tujuan.Irene mengerutkan keningnya, kemudian menoleh ke Gerald, "Kita mau kemana Gerald?" Ia bertanya dengan nada penasaran, matanya berkilau dengan rasa ingin tahu.Gerald tersenyum tipis, "Tentu saja menyelesaikan semuanya hari ini sayang." Suaranya terdengar lembut, namun dengan nada yang tegas."Ya?" Irene kembali bingung, kemudian sadar kemana arah Gerald, "Maksud kamu menemui Owen?" Ia bertanya dengan nada yang sedikit ragu, matanya terlihat khawatir."Iya sayang, aku tidak ingin menundanya barang sedetik pun," ucap Gerald lugas. Lalu menatap wajah cantik wanita

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   63 ~ Surat Gugatan

    Bab 63Gerald pun menceritakan siapa Evan sebenarnya, di mana Evan adalah seorang Kepala di bagian pemerintahan, dan Evan adalah sepupu dari Austin Harold. Suaranya terdengar santai, namun dengan nada yang serius. "Evan adalah salah satu orang terpercaya di pemerintahan ini, dan ia juga sepupu dari Austin Harold."Irene cukup terkejut dan akhirnya paham kenapa Gerald terlihat akrab dengan Evan. Mengingat bagaimana Gerald dan pria bernama Austin saat malam itu layaknya saudara. "Hmm ok Gerald." jawab Irene mengerti, ia tersenyum lembut. Matanya berkilau dengan rasa penasaran, namun juga terlihat lega karena sudah memahami hubungan antara Gerald dan Evan yang terlihat begitu dekat.Beberapa menit pun berlalu hingga pintu kembali terbuka, terlihat Evan berjalan masuk dengan dua map kulit berwarna coklat dan biru di tangannya. Perhatian Gerald dan Irene pun teralihkan, pandangan mereka terfokus pada Evan yang berjalan mendekat.Evan meletakkan map berwarna biru terlebih dahulu di atas mej

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   62 ~ Siap Mengakhiri

    Bab 62Gerald dan Irene duduk di sofa yang nyaman dengan seorang pria dengan jas yang terlihat begitu rapi. Ruangan ini terlihat mewah, dengan dekorasi yang elegan dan jendela besar yang membiaskan cahaya alami ke dalam ruangan. Pria tersebut, yang kemudian Gerald sebut sebagai Evan, menatap Gerald dengan wajah menyunggingkan senyum tipis."So, apa yang aku bisa bantu Tuan Gerald?" Evan bertanya, matanya berkilau dengan rasa penasaran. Ia tidak bisa tidak memperhatikan Irene, yang duduk di samping Gerald dengan postur yang sedikit tegang.Gerald menghela napas pelan, "Evan... Aku mau kamu mengurus dokumen-dokumen Irene dan regalisir semuanya." Suaranya terdengar tegas, namun dengan nada yang lembut ketika ia menatap Irene.Evan yang tadi tersenyum seketika terkekeh pelan, "Hah, aku merasa pernah mengalami ini," gumamnya pelan. Ia memandang Gerald dengan mata yang berkilau, seolah-olah mengingat kenangan lama pada kakak sepupunya—Austin Harold."Ok, ok, sebelum itu ceritakan apa yang s

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   61 ~ Menyelesaikan

    Bab 61Wajah Irene kembali memanas, “Hem, Gerald. Aku—”“Aku tidak menuntutmu untuk menjawabku sekarang, tapi aku tidak menunggu untuk di tolak.”Ucapan Gerald layaknya sebuah ultimatum pada Irene dan seolah memastikan agar ia tidak akan bisa lepas dari pria ini.Ia menarik napas lembut, “Beri aku waktu.”Gerald tersenyum, mengecup puncak kepala Irene. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.Setelah itu keduanya kembali focus di layar depan mereka. Gerald memberikan penjelasan singkat kepada Irene tentang rencananya dan para sahabatnya yang telah membantunya tadi.“Tapi yang pasti aku tidak mau kamu ikut mengawasi,” tegas Gerald kepada wanitanya itu.“Gerald, please. Aku ingin sedikit berkontribusi dalam hal ini, lagi pula ini adalah permasalahanku. Aku dan kedua orang tuaku.”“Semua yang berhubungan denganmu akan menjadi tanggung jawabku. Jadi, semua masalah yang kamu hadapi saat ini, biarkan aku yang menanganinya. Karena siapapun yang sudah menyakitimu, tidak akan kumaafkan.” Gerald men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status