Share

Hasrat Terlarang Sang Bodyguard
Hasrat Terlarang Sang Bodyguard
Author: CH. Blue Lilac

Bab 01

last update Last Updated: 2024-11-05 08:54:03

"Kamu ini sebenarnya mandul kan?"

Perempuan yang sedang menuangkan teh hijau ke dalam cangkir keramik putih dengan ukiran mahal itu, melirik ke arah lawan bicaranya. Ekspresi wajahnya tampak menegang, terlihat tak terima dengan pernyataan yang baru saja dia dengar. "Maksud Mama apa?"

"Gak usah pura-pura polos kamu, Nay! Kamu sama Liam udah mau 3 tahun menikah, masa kalian berdua belum juga ngasih Mama cucu. Jadi cepet kasih tau Mama, kamu sebenarnya mandul kan? Tapi malu buat mengakuinya."

"Ma, aku udah cek ke dokter. Dan hasilnya aku baik-baik aja kok."

"Oooh, jadi kamu mau nyalahin Liam? Kamu pikir dia yang mandul begitu?" tukas wanita paruh baya itu balik, namanya— Widuri.

Nayya menghela nafas panjang. "Aku gak nuduh Mas Liam mandul, Ma. Aku—"

"Jujur saja ya, Nayya. Sebenarnya Mama capek debat ama kamu soal cucu, tapi Mama ini juga males menghadapi pertanyaan temen-temen Mama soal ini."

"Ini diluar kendaliku, Ma. Anak itu kan titipan Tuhan."

Widuri mendengus, melipat tangannya di dada sambil menatap Nayya dengan tatapan tajam. "Kamu gak usah bawa nama Tuhan. Orang kamu yang emang gak sempurna jadi istri."

Nayya menunduk, menahan perasaan yang mulai campur aduk. Ia sudah berusaha sabar menghadapi tekanan dari mertuanya, tapi komentar-komentar pedas itu makin hari makin tak tertahankan. "Ma, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Bahkan konsultasi dokter dan menjalani segala terapi yang disarankan. Ini bukan hal yang bisa kita kontrol sepenuhnya."

"Tapi kamu sadar kan, waktu terus berjalan? Mama gak mau punya menantu yang nggak bisa memberikan keturunan untuk keluarga ini. Mama butuh cucu untuk meneruskan nama keluarga," Widuri menegaskan, tak peduli dengan wajah Nayya yang mulai pucat dan tegang.

"Terus aku harus apa, Ma? Ini diluar kendaliku." Nayya bertanya dengan suara bergetar, berusaha menjaga ketenangannya meski air matanya hampir menetes.

Widuri menatap Nayya sejenak, lalu berkata, "Mama cuma mau bilang, kalau Mama gak akan diam aja. Jika kamu gak bisa kasih cucu, Mama mungkin perlu bicara sama Liam soal... opsi lain."

Nayya merasakan tubuhnya mendadak lemas. Kata-kata mertuanya menghantamnya keras. "Opsi lain? Maksud Mama... mau nyingkirin aku?"

Widuri mengangkat bahunya, mengisyaratkan bahwa semua itu tak sepenuhnya tidak mungkin. "Mama hanya ingin Liam bahagia dan punya keturunan. Kamu paham itu, kan? Jadi, pikirkan baik-baik, Nayya. Mama kasih waktu, tapi kalau tidak ada hasil… Mama bisa carikan perempuan lain untuk Liam."

Nayya terdiam, lidahnya kelu. Ia tak menyangka Sang mertua benar-benar bisa mengatakan hal seperti itu padahal mereka ini sama-sama perempuan. Kenapa mertuanya bisa bicara seperti itu? Padahal mereka sama-sama perempuan.

"Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar, Nayya. Mama udah cukup sabar nunggu kamu ngasih cucu."

Dengan suara bergetar, Nayya berbisik pelan, "Ma, punya anak itu gak semudah ngebalik telapak tangan. Aku—"

Widuri hanya mendengus. "Enam bulan, Nayya! Mama kasih waktu kamu 6 bulan dari sekarang."

Perempuan itu terpaku, menatap wajah serius Sang mertua yang tampak mengintimidasi.

"Kalau dalam waktu 6 bulan kamu belum bisa kasih Mama cucu. Siap-siap aja buat urus perceraian kalian."

Nayya tak dapat berkata apapun lagi. Dia membiarkan Sang mertua beranjak dari sana dengan ekspresi marah. Memang dia bisa apa selain pasrah? Dia sudah terlalu lelah dengan sikap seenaknya wanita tersebut.

Haaa...

Perempuan 23 tahun itu menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Rasa pening menyerang kepalanya hanya karena kejadian beberapa saat yang lalu.

"Galeeen!" Ia berseru, memanggil asisten pribadinya.

Tak berapa lama kemudian, muncul seorang pemuda bertubuh tinggi tegap dengan kulit sawo matangnya yang khas.

Galen namanya— pria muda yang setia menjadi asisten Nayya sejak hari pertama pernikahannya dengan Liam. Pemuda berusia 27 tahun itu muncul dari balik pintu dengan wajah tenang, seperti biasa. "Iya, Non, ada yang bisa saya bantu?"

Nayya menatap Galen, matanya terlihat sedikit berkaca-kaca, tapi ia berusaha menyembunyikan kelemahannya di balik senyuman tipis. "Bisa gak kita keluar sebentar, Galen? Aku butuh udara segar."

"Anda mau di antar ke mana?" tanya Galen, sopan.

"Ke taman deket sini aja. Aku mau jalan-jalan sebentar," jawabnya sambil merapikan rambut.

"Baik, Nona. Saya siapkan mobil dulu."

Nayya memberikan anggukan kecil pada Sang asisten sebelum membiarkan pemuda itu menghilang dari pandangan matanya.

Mereka pun menuju taman kecil tak jauh dari rumah. Saat tiba, Nayya berjalan pelan, menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga mawar merah dan putih. Langkahnya lambat, pikirannya masih dipenuhi kata-kata sang mertua. Di depannya, Galen menjaga jarak, tetap siaga jika Nayya membutuhkan sesuatu.

Setelah beberapa saat, Nayya mendekat, merasa tidak tahan lagi dengan perasaan yang terus membebani. "Galen," panggilnya pelan. "Menurut kamu, aku harus gimana?"

"Maksud Nona?"

"Mama bilang, dia mau cari istri baru untuk Mas Liam karena aku gak bisa kasih cucu."

Galen menatap Nayya dengan cermat, raut wajahnya berubah serius, seolah mencoba memahami perasaan perempuan yang selama ini dia layani dengan setia. "Maaf, Nona. Tapi, apakah Tuan Liam sudah tahu soal ini?"

Nayya menggelengkan kepala pelan. "Enggak. Aku gak pernah cerita ke Mas Liam. Aku cuma gak mau nambah beban pikiran dia."

Galen menghela napas, menatap Nayya dengan penuh empati. "Tapi, menurut saya, Tuan Liam harus tahu, Nona. Ini kan juga tentang hubungan kalian. Mungkin dengan begitu, ada solusi yang bisa kalian temukan bersama."

Nayya menggigit bibirnya, terlihat ragu. "Kamu kan tau sesibuk apa Mas Liam. Jangankan mengobrol serius, nanya keadaanku aja dia nggak sempat."

"Jadi Nona mau diam aja dan biarkan masalah ini terus seperti ini?" Galen bertanya, sedikit serius.

Nayya tersenyum kecil, lemah. "Aku gak tau, Galen. Aku udah sering bahas ini sama Mas Liam, tapi ujung-ujungnya kalau gak nyuruh mengabaikan ucapan Mamanya, pasti ya berantem."

Bodyguard berparas tampan itu melihat ke arah Sang majikan, perempuan cantik itu memiliki kulit yang cerah. Fitur wajahnya lembut. Dia memiliki rambut panjang hitam legam yang bergelombang.

"Kalau kamu jadi aku, kamu bakal gimana?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 02

    "Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?""Tentu saja saya akan bicara kan masalah ini dengan Tuan Liam."Nayya terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Mungkin kamu benar, Galen. Aku harus bicara sama Mas Liam.""Saya yakin, Tuan bisa mengerti posisi anda."Nayya menghela nafas panjang. Ia tersenyum ke arah Galen yang berdiri tak jauh darinya. "Oke, aku akan coba. Makasih ya sarannya."###"Mas Liam!" Perempuan 23 tahun itu melompat kecil ke arah suaminya. Kedua lengannya bergelayut manja di bahu kokoh pria tersebut dengan wajah sumringah. "Akhirnya Mas pulang juga. Aku... Kangen."Nayya tertegun sejenak, senyumnya perlahan memudar ketika Liam dengan halus menyingkirkan kedua lengannya dari bahunya."Maaf ya, Nay. Aku gerah banget." ujar Liam sembari mengusap tengkuknya. "Aku mau mandi dulu."Nayya menatap suaminya yang berjalan menjauh, tubuhnya terasa sedikit lemas. "Mas... sebentar," panggilnya ragu-ragu.Liam berhenti sejenak, lalu menoleh, sedikit terkejut. "Iya?

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 03

    "Kamu denger sendiri kan? Mama kamu itu keras kepala, bahkan ucapan kamu aja gak di dengar sama dia."Liam melepaskan dasinya dengan kasar. Ia melempar benda itu ke lantai dan melihat ke arah Nayya sang istri. Beberapa waktu yang lalu mereka berdua baru saja pulang dari rumah bu Widuri untuk makan malam bersama."Jaga bicara kamu, Nayya! Gimana pun juga, dia itu mertua kamu."Nayya melipat kedua tangannya di dada. Perempuan dengan lipstik merah itu tampak lelah dengan balasan sang suami yang ujung-ujungnya pasti menyudutkan dirinya."Lupain soal itu, Mas! Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Nayya setengah frustasi. Bagaimana tidak, kedatangan mereka ke rumah Widuri beberapa waktu yang lalu sama sekali tak membuahkan hasil. Widuri masih bersih kukuh untuk memaksa Liam dan Nayyara bercerai jika tidak kunjung juga mendapatkan momongan.Dan Liam— walaupun berusaha membantah, namun pada akhirnya dia hanya bisa pasrah pada perintah sang Mama."Ya semua itu kan tergantung kamu.""Lo

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 04

    "Nona!!"Dengan panik, Galen naik ke lantai dua. Gerakannya begitu sigap menuju kamar sang majikan."Non Nayya! Apa yang terjadi?"Galen menatap pintu kamar yang masih tertutup rapat dengan rasa cemas. Sudah beberapa kali ia mencoba mengetuk pintu kamar majikannya. Namun yang ia dapati hanyalah suara jerit frustasi Nayyara. Juga beberapa barang yang sepertinya menjadi sasaran amuknya."Nona, buka pintunya! Apa yang terjadi? Apa Nona baik-baik saja?" Galen masih mencoba membujuk Nayya agar keluar. Namun Nayya masih saja mengabaikan dirinya. Khawatir terjadi sesuatu pada perempuan itu, dengan satu hentakan, ia mendobrak pintu di depannya."Nona!!!" Galen berlari kecil ke dalam dan mendapati Nayya terduduk di lantai, bersandar pada sisi tempat tidur. Tubuhnya gemetar, wajahnya basah dengan air mata yang mengalir tanpa henti. Sementara kamar tersebut sudah seperti kapal pecah. Banyak barang berserakan di lantai, bahkan beberapa di antaranya ada yang terbuat dari kaca.“Nona…” Galen mende

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 05

    "Bisa gak kamu di sini aja?"Keduanya saling melemparkan pandangan satu sama lain. Namun, Galen lebih dulu menyudahi tatapan itu karena khawatir Nayya merasa tidak nyaman."Saya, akan berjaga di luar.""Jangan di luar!" Nayya memotong. "Kamu tidur di dalam sini aja. Di sana—" Ia menunjuk sofa panjang berwarna maroon yang berada di dekat lemari pakaian."Tapi Non, saya khawatir Tuan Liam tiba-tiba pulang dan—"Nayya menghela nafas. Mimik wajahnya tampak kecewa karena penolakan Galen. "Padahal kamu juga bisa sambil istirahat kalau tidur di sana. Tapi kalau kamu lebih nyaman di luar ya terserah. Aku gak bisa maksa."Galen menghela nafas pelan. Ia tau Bosnya cukup keras kepala dan menuntut dalam beberapa kesempatan. Termasuk kali ini. Jadi daripada berdebat, ia memutuskan untuk mengiyakan permintaan sang Nona muda untuk tetap berada di dalam sana."Baik, Nona. Saya tidak akan ke mana-mana malam ini."Nayya tersenyum lega setelah mendengar jawaban Galen. Ia mengucapkan terima kasih pada sa

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 06

    "Sayaaang..."Liam menoleh ke arah suara yang baru saja memanggilnya. Di ambang pintu ruang tamu, berdirilah seorang wanita paruh baya yang masih memancarkan kecantikan khasnya. Wajahnya anggun, dengan garis-garis halus yang menambah kesan kebijaksanaan. Ia adalah Widuri, ibu kandung Liam."Sayaaang... jam segini kok masih santai di rumah?" tanya Widuri sambil melangkah mendekat, nada suaranya penuh kasih sayang sekaligus heran. “Apa kamu gak kerja hari ini?”Liam menghela napas, lalu menatap kopi hitam di tangannya tanpa minat. "Belum, Ma. Aku berangkat agak siang."“Jangan karena masalah kamu ama Nayya, kamu jadi males-malesan gini.” Widuri duduk di sofa di seberangnya, menatap putranya dengan cermat.Liam menggeleng, mencoba menghindari tatapan ibunya. "Enggak, Ma. Aku cuma males aja."Widuri menyipitkan mata. Sebagai seorang ibu, ia paham betul setiap ekspresi Liam, dan ia bisa melihat dengan jelas ada sesuatu yang mengganggu pikiran putranya. “Jujur aja ya, Mama ini heran ama kam

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 07

    "Galen, kamu bisa bantu aku gak?" "Bantuan apa, Nona?" Nayya tersenyum ke arah pria itu sebelum menjawab, "Anterin aku ke suatu tempat." Galen tak menjawab, namun dari tatapan mata Nayya yang mengintimidasi membuat pemuda itu tak bisa menolak. "Baik, Nona. Saya panasin mobil. dulu." Saat mereka berangkat, suasana di dalam mobil terasa dingin dan sunyi. Galen memegang kemudi dengan tenang, matanya terfokus pada jalan di depan, sementara Nayya duduk di sebelahnya, pandangannya kosong menatap ke luar jendela. Ia tampak memikirkan sesuatu yang berat, bibirnya terkatup rapat tanpa sepatah kata pun keluar sejak mereka masuk ke mobil. Galen, seperti biasanya, tahu kapan harus diam. Ia tidak berusaha mengusik atau mengajukan pertanyaan. Sejak bekerja untuk Nayya, ia memahami bahwa wanita itu menyimpan banyak hal dalam diamnya. "Hati-hati, Nona!" Itulah yang Galen katakan saat membantu Nayya turun dari mobil. Nayya turun dari kendaraan mewahnya dengan langkah pelan, membiarkan ang

    Last Updated : 2024-12-10
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 08

    "Ma, Pa... Katakan aku harus gimana? Aku harus apa?" Suara isakan Nayya terdengar semakin intens. Memecah area pemakaman yang lenggang hari itu."Dulu aku percaya kalau cinta bisa menaklukkan segalanya. Aku pikir selama aku punya Mas Liam, aku bisa bertahan. Tapi sekarang aku sadar... mungkin cinta saja gak cukup." Suaranya semakin lirih, hampir tertelan oleh angin. "Kalau gak ada harapan... kalau aku gak bisa jadi istri yang diharapkan keluarga Liam... apa gunanya aku di sana?"Nayya terdiam sejenak, membiarkan kata-kata itu menggantung. Ia mencengkeram nisan dengan lebih erat. "Ma, Pa, aku gak mau jadi beban. Tapi aku juga gak mau menyerah. Aku masih cinta sama dia... meskipun setiap harinya aku bertanya-tanya, apa Mas Liam masih memiliki perasaan yang sama?"Galen berdiri di belakang, menyaksikan punggung Nayya yang rapuh di hadapan dua pusara itu. Ia mengerti bahwa dirinya tak lebih dari bayang-bayang di sini, namun di saat yang bersamaan, ia merasakan keinginan kuat untuk memberi

    Last Updated : 2024-12-10
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 09

    "Galen...""Iya Nona?"Namun bukan jawaban yang Galen dapatkan saat ia menunggu respons, melainkan gerakan tangan Nayya yang perlahan terulur. Jari kelingkingnya terulur ke depan wajah Galen. Untuk sesaat, Nayya menatap Galen dengan pandangan yang sulit diartikan—ada kelelahan, luka, dan sebersit harapan yang terpantul dalam matanya."Kamu mau janji kan?" tanyanya pelan, hampir seperti bisikan. "Janji kalau kamu akan tetap di sini. Tidak pergi atau meninggalkan aku, apapun yang terjadi?"Galen tertegun. Ia tak menyangka akan permintaan ini, namun ia melihat harapan dalam tatapan Nayya. Ia tahu, ini bukan sekadar permohonan sederhana dari seorang majikan pada bawahan sepertinya. Ini adalah permintaan yang datang dari seseorang yang sudah berada di titik terendahnya, seseorang yang merasa dunia bisa runtuh kapan saja.Galen menatap perempuan itu sebelum melingkarkan jari kelingkingnya pada Nayya. Membuat pinky promise. "Saya janji, Nona," k

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 113

    Langkah kaki Liam terdengar semakin mendekat ke kamar. Pintu yang tak sepenuhnya tertutup pun akhirnya terdorong perlahan. Ia berdiri di ambang pintu, membisu selama beberapa detik saat melihat pemandangan di hadapannya.Nayya sedang membuka lemari, menarik satu per satu baju dan memasukkannya ke dalam koper besar berwarna hitam. Gerakannya cepat, tegas, tanpa ragu sedikit pun. Raut wajahnya dingin, matanya sembab tapi tegas.“Nay... kamu ngapain?” tanya Liam akhirnya, suaranya pelan tapi penuh tekanan.Nayya tak menjawab. Ia hanya melipat sehelai dress dan menekannya ke dasar koper.Liam masuk ke kamar, mendekat dengan hati-hati. “Kamu... kamu beneran mau ninggalin aku?”Nayya menoleh, menatapnya lurus. “Apa aku terlihat main-main, Mas?” suaranya dingin, nyaris tanpa emosi.Liam mengerutkan kening, seolah belum percaya dengan apa yang terjadi. “Terus anak kita gimana? Kasian dia Nay! Dia pasti butuh sosok ayah.”Nayya terkekeh pendek, getir. “Anak kita?” Ia menatap Liam tajam. “Mendi

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 112

    “Mas Liam benar-benar keterlaluan.""Tidak ada yang harus disesali Nona, atas semua yang sudah terjadi. Yang penting sekarang Nona harus bangkit dan melawan balik Tuan Liam. Karena saya yakin dia juga tidak akan diam saja, apalagi setelah mendengarkan ancaman anda kemarin.""Aku tau, makanya setelah ini aku akan bertemu pengacara. Aku—" Nayya menelan ludah. "Aku akan mengajukan permohonan cerai. Aku sudah muak dengan Mas Liam dan semua drama yang dia buat. Aku ingin lepas darinya, Galen."Galen tersenyum, tangannya terulur untuk membantu Nayya bangkit. "Apapun keputusannya. Saya akan selalu mendukung anda, Nona."Nayya bangkit dan berdiri berhadapan langsung dengan Galen. Ia menghapus air matanya dan tersenyum tipis ke arah pria itu. Nayya juga tidak lupa mengucapkan terimakasih sebelum mengajak Galen pergi dari sana.Tujuan mereka selanjutnya adalah mencari solusi agar dia dan Liam bisa segera bercerai.***Kantor hukum itu terletak di sebuah bangunan tua namun elegan di pusat kota.

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 111

    "Galen..." bisiknya.Pria itu berdiri perlahan dari kursinya, lalu berlutut di depan Nayya. Tangannya masih menggenggam tangan perempuan itu. “Saya tahu ini bukan waktu yang tepat... Tapi saya akan tetap di sini. Menjaga Nona. Menemani. Apapun yang terjadi.”Tanpa sadar, air mata menetes dari sudut mata Nayya. Tapi kali ini bukan karena luka. Melainkan karena kehangatan—sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.Dan ketika Galen dengan hati-hati menyentuh pipinya, menyeka air mata itu dengan jari-jarinya yang hangat, Nayya membiarkan dirinya tenggelam sejenak dalam sentuhan itu.“Terima kasih,” ucapnya pelan. “Terima kasih karena tetap di sini.”Galen hanya mengangguk, lalu mengecup punggung tangan Nayya penuh hormat dan kelembutan."Galen...""Iya Nona?""Setelah keluar dari rumah sakit, tolong temanin aku ya!"Galen menatap perempuan itu penuh tanya. "Nona mau ke mana?"Nayya hanya diam tanpa

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 110

    "Apa maksud kamu?" tanya Cintya dengan nada dingin.Liam menghela napas berat, tangannya mengepal di atas lutut. "Nayya ngasih dua pilihan... cerai dan kasih semua asetku ke dia, atau dia bawa semua ini ke polisi."Cintya tercengang. "Apa?! Dia gila?!""Dia serius, Cintya. Dia kasih aku waktu sebulan buat mikir," kata Liam dengan nada getir.Cintya berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Heelsnya berdetak keras di lantai kayu. Wajahnya penuh kecemasan dan kemarahan."Mas... kamu gak boleh nurutin dia," katanya akhirnya, berhenti tepat di depan Liam. "Kalau kamu kasih semua itu ke Nayya, kita gak punya apa-apa lagi! Semua yang udah kita rencanain bakal sia-sia."Liam mendongak, matanya sayu. "Terus aku harus gimana, hah? Kalau dia bawa kasus ini ke polisi, aku bisa dipenjara, Cintya! Sia-sia pengorbananku selama ini."Cintya merapatkan bibirnya. Wajahnya berpikir keras, matanya berkilat penuh perhitungan. "Siapa tau itu han

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 109

    "Istri? Setelah perbuatan anda padanya, anda masih menyebutnya istri?" tanya Galen dengan nada sarkas."Kenapa nada bicaramu seperti itu?" Liam mengerutkan keningnya. Tampak tidak terima."Mungkin kalau saya jadi Tuan, saya sudah tidak punya muka untuk bertemu Nona Nayya, apalagi setelah kejahatan yang saya perbuat.""Jaga ucapanmu Galen!" Liam menarik kerah kemeja yang Galen pakai. "Kamu lupa apa posisimu di sini? Jangan terlalu ikut campur!""Dan Tuan juga jangan lupa kalau saya ini bodyguard Nona Nayya. Saya punya kewajiban untuk melindungi dia, terutama dari pria seperti anda?""Apa?!" Liam mengepalkan tangannya. Ucapan Galen sangat membuat dia emosi. "Nayya di dalam kan? Aku akan menemuinya." Menghindari keributan dengan Galen, Liam memilih untuk masuk ke dalam ruangan yang ada tepat di belakang pria tampan tersebut. Lebih baik ia menemui Nayya daripada meledeni bodyguard yang mulai tak tau tempat.Kleeek!Nayya sed

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 108

    "Galen..." suara Nayya terdengar serak, memecah keheningan kamar rawat yang hanya diterangi lampu temaram."Iya, Nona?" sahut Galen, segera merapat ke sisi ranjang, menatap wajah perempuan itu yang tampak begitu rapuh.Dengan mata sembab dan merah, Nayya menatap Galen penuh iba. Ada ketakutan, ada kebingungan, dan di balik itu semua, ada permintaan tolong yang tak terucapkan. Ia butuh seseorang yang bisa diajak bicara, seseorang yang bisa membantunya memutuskan langkah berikutnya."Menurut kamu... apa yang harus aku lakukan setelah ini?" suaranya nyaris seperti bisikan, seolah takut jawaban itu sendiri akan menghancurkannya lebih dalam.Galen menahan napas sejenak, berpikir. Namun akhirnya ia balik bertanya dengan suara lembut, "Menurut Anda sendiri bagaimana?"Sejenak Nayya terdiam, lalu dengan suara bergetar, ia menjawab, "Aku ingin cerai dari Mas Liam. Aku ingin pergi jauh darinya... Aku ingin dia menghilang dari hidupku."Kalimat itu meluncur dari bibir Nayya dengan getir. Ia meng

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 107

    Galen berlari menerobos pintu gawat darurat, menggendong Nayya yang tubuhnya sudah begitu lemah. Keringat bercucuran di dahinya, tapi ia tak peduli. Yang ada dalam pikirannya hanya satu: *Selamatkan Nona Nayya dan bayinya.*Tim medis yang sigap segera menghampiri, seorang dokter perempuan paruh baya memimpin, matanya penuh ketegasan."Segera bawa ke ruang tindakan! Siapkan peralatan monitoring janin!" perintahnya cepat.Tandu digelindingkan mendekat. Dengan hati-hati, Galen memindahkan Nayya ke atasnya. Tubuh perempuan itu gemetar hebat, wajahnya memucat bagai kertas. Tangannya masih menggenggam perutnya erat-erat."A-aku... anakku..." isaknya lirih."Ssst, tenang Bu, fokuskan napasnya," suara perawat mencoba menenangkan, sambil memasang alat monitor di perut Nayya.Galen ikut berlari di samping tandu, sampai akhirnya seorang perawat pria menghentikannya di depan pintu ruang tindakan."Maaf, Pak. Bapak silakan tunggu di luar!""Aku... aku harus—" Galen tak bisa melanjutkan kata-katany

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 106

    "Nayya... Aku minta maaf...""Segampang itu kamu minta maaf! Dasar penipu! Pembunuh! Gak tau malu kamu Mas!" Nayya terus memaki Liam tanpa henti, matanya merah, nafasnya memburu, seakan semua luka yang selama ini ia pendam, meledak malam itu."Kamu pria paling jahat yang pernah aku kenal!" teriak Nayya, tangannya gemetar menunjuk ke arah Liam. "Aku lebih baik hidup sendirian daripada harus serumah sama penjahat kayak kamu!"Liam menunduk dalam, menahan sakit di dadanya yang bukan karena pukulan Nayya, tapi karena rasa bersalah yang membunuhnya perlahan. Ia mencoba melangkah mendekat, ingin meredam badai di hadapannya.“Nayya, tolong... aku salah, aku sadar aku salah. Tapi demi Tuhan, aku mau memperbaikinya... untuk kamu, untuk bayi kita...” suara Liam lirih, hampir seperti bisikan.Mendengar itu, mata Nayya semakin membara."Bayi?" desisnya tajam. "Bayi yang bahkan kamu cegah kehadirannya dengan kebohonganmu itu?"Liam hanya diam, membiarkan kata-kata Nayya menghujamnya bertubi-tubi.

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 105

    "Kenapa kamu tega ngelakuin ini Mas?! Kenapa?!” suara Nayya pecah, menggema dalam ruangan yang semula sunyi. Tangisnya meledak bersama amarah yang selama ini ditahannya.Liam mendekat, mencoba meraih tangan Nayya. “Nayya, tolong… ikut aku pulang. Kita bicara baik-baik di rumah!"Nayya langsung menarik tangannya, menepis dengan kasar. “Jangan sentuh aku!”Liam menunduk. Wajahnya bingung dan frustrasi. “Nayya... Please..."Cintya yang masih berdiri di sudut, tampak menggigit bibir, menahan tangisnya sendiri. Ia maju pelan, menatap Liam. "Jelasin aja apa yang sebenarnya terjadi Mas! Kamu juga gak mungkin bohongin Nayya selamanya kan?"Liam menoleh ke Cintya, tatapannya tajam dan panik. “Cintya, tolong…”“Gak ada lagi yang bisa kamu tutupi,” Cintya berkata dengan tenang namun tegas.Liam terdiam. Rahangnya mengencang.Nayya menghapus air matanya, bangkit dari sofa dengan sisa tenaga yang ia punya. “Apalagi yang kamu tutupi Mas?""Aku akan jelaskan semuanya di rumah!"***Langit semakin ge

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status