Share

Bab 69

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 20:17:00

Liam sudah siap menyambut istrinya. Namun ternyata yang datang justru adalah sang Mama.

"Mama? Mama kok bisa ke sini?"

Bu Widuri tak menjawab. Ia berjalan dengan gaya tegas ke arah putranya dan duduk di kursi tepat di hadapan putranya. "Mama mau bicara sama kamu."

"Soal Safira?" tembak Liam tepat sasaran.

Bu Widuri menatap putranya tajam. “Jadi, kenapa kamu menolak, Liam? Safira itu perempuan baik. Dia sudah lama dekat dengan keluarga kita, dan Mama yakin dia bisa menjadi istri yang baik buat kamu.”

Liam menghela napas pelan, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Ma, aku gak tertarik untuk menikah lagi.”

“Kenapa?” Bu Widuri menatapnya dengan ekspresi serius. “Apa kamu gak ingin punya anak? Mama tau di dalam hati kamu yang paling dalam, sebenarnya kamu juga mau kan punya anak? Kalau kamu menikah lagi, peluang kamu untuk punya anak lebih besar.”

Liam menatap ibunya dalam diam. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi ia memilih merangkai kata-katanya dengan hati-hati.

“Aku memang ingin
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 136

    "Galen, aku ingin ketemu sama dia. Kamu bisa kan nganter aku ke sana besok?"Galen menatap Nayya lama. Permintaan itu membuat dadanya mencelos. Ia tahu betul, pertemuan itu bisa mengguncang kondisi Nayya, apalagi kondisi perempuan itu masih belum benar-benar stabil. Tapi dari sorot mata Nayya, Galen tahu… ini bukan sekadar keinginan. Ini tekad.“Nay… aku gak yakin itu ide bagus,” katanya hati-hati. “Kamu masih dalam masa pemulihan dan aku khawatir kamu drop lagi."“Aku harus ketemu dia,” balas Nayya, tegas. “Aku harus dengar penjelasan dari mulutnya sendiri. Aku juga harus buat perhitungan dengannya!"Galen menghela napas berat. “Kamu yakin? Aku hanya takut kamu kenapa-napa."Nayya menatap Galen lurus. “Aku ingin ketemu dia langsung, Galen. Dan aku pasti bisa jaga diri sendiri."Melihat tekat Nayya, akhirnya Galen hanya bisa menghela nafas berat sebelum akhirnya mengangguk setuju.***Keesokan harinya…Nayya berdiri di depan kantor polisi dengan jantung berdebar keras. Tubuhnya masih

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 135

    Langit sore di luar jendela rumah sakit mulai menguning, menandai hari yang perlahan merambat senja. Cahaya matahari menyusup masuk lewat celah tirai, menyinari wajah pucat Nayya yang termenung di ranjang. Tatapannya kosong.Galen mendorong pintu pelan-pelan. Kakinya berat melangkah masuk, seolah membawa semua beban dunia. Begitu melihat Nayya duduk diam dengan tatapan kosong, rasa bersalah itu menyeruak lagi dari dadanya.“Nay…” panggilnya pelan.Nayya tak menjawab.Galen menutup pintu perlahan, lalu berjalan mendekat. Ia sempat menoleh ke luar—anak buah Rico, dua pria berbadan kekar, masih berdiri berjaga di koridor, memberi anggukan singkat saat mata mereka bertemu. Galen sedikit lega. Setidaknya, Nayya gak sepenuhnya sendiri waktu dia pergi tadi.Namun tetap saja, hatinya seperti terkoyak melihat wanita yang dicintainya duduk seperti boneka patah. Hampa.“Kamu udah minum obatnya?" tanya Galen, kali ini sambil duduk di tepi ranjang.Nayya baru menoleh. Pelan. Pandangannya sendu, ma

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 134

    Di sebuah ruangan luas bergaya industrial dengan lampu gantung temaram, suasana terasa tegang. Kantor itu tampak megah tapi mencekam, dengan jendela besar yang memperlihatkan langit Jakarta yang mendung. Di dalamnya, Liam duduk di balik meja kayu gelap sambil menatap laptop, sementara Cintya berjalan mondar-mandir seperti singa kelaparan dalam kurungan.“Apa mereka pikir aku main-main?!” geram Cintya, matanya melotot kesal. Tumit sepatunya menghentak lantai, memantul bersama suara amarahnya. “Mereka janji ngasih kabar maksimal pagi tadi! Sekarang udah hampir siang dan gak ada satupun dari dua brengsek itu yang bisa dihubungi!”Liam tak bereaksi. Ia masih menatap layar laptop, mengecek beberapa pekerjaan penting yang harus segera ia selesaikan hari ini. Tapi dari rahangnya yang menegang, jelas ia juga mulai kehilangan kesabaran.“Mereka cuma minta tanda tangan aja kan? Kenapa lama sekali,” ujar Liam akhirnya, suaranya tenang namun tajam. “Apalagi mintanya ke seorang perempuan lemah kay

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 133

    Langit pagi terlihat sendu. Matahari enggan bersinar terang. Di dalam ruang perawatan beraroma obat-obatan itu, suasana terasa begitu hening, seakan waktu enggan bergerak. Mesin pemantau detak jantung berdetak perlahan dan teratur. Tirai jendela sedikit terbuka, membiarkan cahaya lembut masuk ke dalam ruangan.Di atas ranjang, tubuh Nayya yang lemah akhirnya bergerak. Matanya terbuka perlahan, menyipit karena cahaya. Napasnya berat, kesadarannya kembali pelan-pelan seperti menyusuri lorong mimpi yang terlalu gelap."Nayya?” suara lirih dan serak menyambutnya.Nayya memutar kepala perlahan. Galen duduk di kursi di samping ranjang, wajahnya sayu dan tak tidur semalaman. Matanya sembab, rambutnya acak-acakan, dan tangan kirinya menggenggam erat tangan Nayya seolah takut jika wanita itu akan pergi.“Galen…” Nayya berbisik, “Kita… kita di rumah sakit?”Galen mengangguk pelan.Nayya diam, mencerna segala ingatan soal kejadian malam tadi. “Anakku...” Suara Nayya langsung gemetar. Tangannya r

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 132

    Saat Galen hendak mengangkat tubuh Nayya ke dalam pelukannya, tiba-tiba—BUG!Sebuah hantaman keras mendarat di punggungnya.“AARGH!” Galen terhuyung dan jatuh menimpa tubuh Nayya yang lemah, membuat perempuan itu mengerang kesakitan.“Sial!” Galen berusaha cepat-cepat mengangkat badannya, tetapi nyeri di punggungnya begitu hebat. Saat ia mencoba memutar tubuhnya, ia melihat lawannya, meski tubuhnya babak belur dan berdarah, ia berusaha melindungi Nayya.“Aku akan menghabisimu!!!” teriak pria itu, matanya liar, penuh kebencian. Ia mengangkat balok tinggi-tinggi, siap mengayunkannya sekali lagi ke kepala Galen.Namun sebelum benda itu sempat turun—DOOR!Sebuah tembakan membelah udara.Pria botak itu menjerit keras. Balok besi jatuh dari tangannya saat peluru menembus bahunya. Ia jatuh berlutut, menjerit sambil memegangi luka berdarah di lengan kanannya.Tak sampai satu detik kemudian, suara sepatu berlari menggema di seluruh gudang.“GALEN!!”Rico datang menerjang masuk bersama bebera

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 131

    “Kalau kita gak bisa pakai rayuan, kita pakai cara lama.”Belum sempat Nayya tau maksud ucapan lelaki itu, sebuah tamparan kembali membuat pipinya terasa panas."Cepat tanda tangani surat itu!"Nayya berusaha menahan tangisnya. Tamparan tadi masih terasa membakar pipinya, dan kulit kepalanya perih karena jambakan kasar si kurus. Tangannya gemetar di balik ikatan tali, dan jantungnya berdetak begitu kencang hingga terasa nyeri di dadanya.“Ayo, tanda tangan sekarang, sebelum kami berubah pikiran!” gertak si botak sambil mengacungkan kertas itu lagi, lebih dekat ke wajahnya.“TIDAK!” teriak Nayya, suaranya nyaris habis. “Aku nggak akan pernah ikuti kemauan kalian!”“Dasar keras kepala,” desis si kurus. “Kamu pikir kamu punya hak untuk memilih? Kamu pikir kita tidak takut menghabisimu sekarang juga?""Aku tidak pedu—ughhh..."Pria kurus itu kembali menjambak rambut Nayya dan menariknya ke belakang, membuat leher perempuan itu tertarik ke atas. Wajahnya menegang, rahangnya bergetar.“Akh!

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status