Matanya seketika membulat menyaksikan apa yang dilakukan suaminya dan Jesica, Jason dan Jesica tengah berciuman diruang tamu. Namun, sepersekian detik kemudian Zekha mengabaikan adegan itu setelah berhasil mengontrol hatinya, Zekha berjalan melewati mereka yang sedang sibuk memagut bibir. Sebenarnya ia geram karena Jason melakukan hal itu diruang tamu, tapi Zekha tak ingin banyak bicara, jadi ia memutuskan untuk mengabaikannya saja
“Kamu sudah pulang? Mengapa lama sekali? Aku sudah sangat kelaparan, apakah kamu tak peduli?” banyak pertanyaan dilontarkan oleh Jason kala melihat Zekha tak merespons apa yang ia dan Jesica lakukan.Zekha menghentikan langkahnya, ia menoleh pada di mana Jason dan Jesica duduk, tapi bukan melihat pada keduanya melainkan matanya tertuju pada tablet yang tadi ia gunakan untuk bekerja. Zekha berjalan menuju meja tersebut, Jason berpikir kalau istri dinginnya itu akhirnya akan merespons apa yang dia lakukan dengan Jesica. Namun, ternyata perkiraannya salah, apa yang dipikirkan oleh Jason ternyata melesat, Zekha malah meraih tablet miliknya.Tapi saat Zekha akan meraih tablet miliknya, Jesica meraih tablet itu terlebih dulu. “Jason, ini pembantumu? Mengapa dia berani menyentuh barang milikmu? Lancang sekali dia,” cibir Jesica bertanya.Zekha menatap tak percaya pada wanita yang saat ini berada tepat di hadapannya, tatapan tajam Zekha seakan pedang yang menghunus pada musuhnya, Jason yang melihat hal itu menyeringai tipis, terasa ada kemenangan dalam hatinya telah berhasil membuat istri kontraknya yang dingin itu cemburu. Padahal kenyataannya Zekha menatap geram pada wanita yang dengan lancangnya menyebutnya pembantu meski ia harus mengakui penampilannya saat ini memang seperti pembantu karna ia mengenakan blus tidur dengan kacamatanya dan rambut terurai yang dijepit asal.“Ekhem, bukan, dia... istriku,” sahut Jason dengan santainya seraya menatap pada Zekha dengan tatapan yang tersenyum.“Aaah... ternyata begitu, tapi aku tak peduli siapa dia,” ucapnya manja seraya duduk di pangkuan Jason. “Bagaimana kalau malam ini aku menginap di sini saja menemanimu, aku lihat istrimu ini tidak menyenangkan,” sambungnya meminta pendapat seraya mengusap dada bidang Jason yang sedikit terbuka.“Kalau masalah itu, kau harus meminta persetujuan darinya,” sahut Jason, matanya masih menatap pada Zekha meski ia sedang berbicara pada Jesica.“Jason, tolong kamu jangan seenaknya menyentuh barang dan kerjaan miliku. Dan juga, kalau wanitamu ingin menginap di sini, tolong jangan berisik karena aku masih harus mengerjakan pekerjaanku,” ucap Zekha dengan penuh penekanan, ia lalu berlalu dari tempat di mana Jesica memeluk manja pada Jason.“Apakah kau tak keberatan suamimu tidur dengan wanita lain?” tanya Jason dengan nada yang sudah berubah dingin.Zekha menghentikan langkah kakinya. “Itu hak dan kebebasanmu,” sahutnya dengan nada santai, tapi tangannya yang menggenggam kantong berisi makanan yang ia beli untuk Jason tergenggam erat dan kukunya hampir saja menusuk telapak tangannya. “Oh iya, makananmu kutaruh di meja makan,” sambungnya lalu Zekha melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju kamarnya.‘Kamu sendiri yang membuat kesepakatan kalau antara kita tak akan mencampuri urusan satu sama lain dan bebas melakukan apa pun, jadi mengapa aku harus keberatan dengan apa yang kamu lakukan,’ batin Zekha mencoba menipu perasaannya.“Huh, lapang dada sekali kamu yah sebagai istri,” kesal Jason dengan wajah yang berubah dingin karena Zekha ternyata tak menghiraukannya, padahal niatnya ingin membuat istri kontraknya yang dingin itu kesal dan cemburu, mengapa malah jadi ia yang kesal.“Kamu pulanglah,” ucap Jason mengusir Jesica dengan nada dinginnya.“Sayang, apakah kamu tega membiarkan aku pulang sendirian, ini sudah sangat larut, bagaimana kalau terjadi sesuatu padaku? Biarkan malam ini aku menginap di sini dan menemanimu tidur yah,” dengan manja Jesica mengusap dada bidang Jason, tapi bukannya menyetujuinya, Jason memegang tangan wanita itu dengan erat dan menatapnya tajam.“Jangan biarkan aku mengatakannya sekali lagi,” ucap Jason, Jesica langsung bergidik takut melihat ekspresi Jason yang seperti itu, tak pernah ia lihat ekspresinya yang begitu menakutkan.“Ba... Baiklah....”*Setelah Jesica pulang, Jason berjalan menuju dapur untuk menyantap makan malam yang sudah dibelikan oleh istrinya. Di meja makan, ternyata makanan itu sudah tersaji di piring dan siap untuk disantap. Jason langsung menyantapnya dengan lahap, meski makanan beli, tapi itu dibeli oleh Zekha, makanya Jason memakannya dengan lahap, setelah makan, Jason memutuskan untuk menuju kamar.‘Apakah wanita dingin ini benar-benar tak peduli aku bersama dengan wanita lain? Selama dua tahun ini pun dia juga tak pernah peduli dengan skandal yang telah kulakukan, dia seakan berada dalam dunianya sendiri dan bagai tak tersentuh,’ gumam Jason sambil melangkahkan kakinya menuju kamar di mana Zekha berada.‘Jadi, apakah dia benar-benar tak peduli padaku? Apakah dia memang tak mencintaiku dalam waktu dua tahun ini?’ sambungnya masih bertanya-tanya dalam hatinya sambil membuka pintu kamar, dilihatnya Zekha masih sibuk dengan tabletnya dan sedang melanjutkan pekerjaannya.‘Mengapa aku begitu peduli dengan bagaimana perasaannya padaku? Aku begitu berharap kalau dia mencintaiku,’ batinnya lagi, Jason berjalan menghampiri istrinya yang sedang duduk di depan meja rias sambil memegang tablet.Tepat berada di belakangnya, Jason langsung memeluknya dari belakang tanpa memberitahunya terlebih dulu, tentu saja Zekha sangat terkejut, beruntung tablet yang dipegangnya tak sampai terjatuh karena saking terkejutnya.“Sudah larut begini tapi masih bekerja, kasihan mata dan tubuhmu.” Jason meraih tablet yang dipegang oleh Zekha dan diletakannya di meja, ia kemudian menggendong tubuh Zekha ala bridal style berjalan menuju tempat tidur, Jason meletakkan tubuh Zekha secara perlahan, kemudian ia membenarkan rambut yang menutupi wajah cantik istri dinginnya itu.“Aku sangat menyukai rambutmu ini, malam ini biarkan aku tidur satu ranjang denganmu,” ucapnya kemudian, Jason berbaring di samping Zekha berbaring dan menyelimuti tubuh keduanya, tapi seketika Zekha bangkit dari pembaringannya.“Kenapa kamu harus tidur di tempat tidurku? Tuh tempat tidurmu kosong, sana pindah,” usir Zekha dengan langsung, ia benar-benar tak ingin satu tempat tidur dengan Jason karena tak ingin terjadi hal yang tak diinginkan mengingat ia dan Jason hanya menikah kontrak dan sebentar lagi kontrak pernikahannya akan segera berakhir. Zekha tak ingin saat pernikahannya berakhir, ia harus menerima kenyataan kalau pada akhirnya dirinya mengandung tanpa seorang suami disisinya seperti cerita dalam novel-novel yang pernah ia baca.“Di luar hujan, aku kedinginan, apakah kau begitu teganya membiarkan aku membeku seorang diri?” Ucapnya dengan rengekkan manja ala Jason, ia memang terkadang suka seperti anak kecil.Zekha tak menjawab, ia berjalan menuju walk in closet, entah apa yang mau diambilnya. Mungkinkah Zekha akan mengambil kasur lantai untuknya tidur dilantai? Tapi kan tempat tidur Jason tak ada yang menidurinya, mengapa ia harus tidur dilantai? Lagi pula sofa dikamar mereka cukup besar jika hanya untuk Zekha tidur seorang diri, lalu apa yang akan diambilnya dari walk in closet?Hidden Love || Bintang_Biru || GoodNovelJonatan menghela napasnya tenang, ia menatap sang mamah yang menuntut jawaban darinya.“Zekha adalah cinta pertamaku, dia adalah wanita pertama yang sangat aku kagumi dan aku sayangi hingga kini. Tak ada wanita lain yang aku sayangi setelah bertemu dengannya,” ucap Jonatan dengan wajah berbinar dan mata penuh cinta untuk seseorang yang sedang ia bicarakan, Jeny merasa terenyuh dalam hati melihat putra bungsunya yang ternyata menyukai menantu kesayangannya itu.“Tapi Jo, dia itu-”“Mamah tenang saja, aku tahu batasanku kok. Aku hanya merasa menyesal saja, mengapa aku harus pergi keluar negeri, andai saja aku tetap melanjutkan study-ku di sini, mungkin aku bisa bersama dengannya. Aku hanya berharap dia bahagia, meski bukan bersama denganku, Mah. Aku percaya pada Kak Jason, dia tak mungkin membuat Zekha terluka dan sedih.” Jonatan memotong ucapan sang mamah, ia tahu apa yang ingin dikatakan mamahnya itu.Jeny bernapas lega. “Baguslah kalau begitu, mamah jadi tenang. Mamah hanya tak i
“Aku bawakan kamu makan siang, Mamah khawatir kalau maag-mu akan kambuh.” Zekha meletakan nampan yang ia bawa berisi makan siang untuk Jason di meja.“Taruh saja, nanti akan kumakan jika ingin,” jawab Jason ketus karena ia masih kesal.“Baiklah kalau begitu, aku keluar dulu untuk membantu Mamah membereskan meja makan.” Zekha berbalik.“Tunggu,” ucap Jason menghentikan langkah istrinya itu, Zekha berbalik dan menatap Jason.“Kenapa?”“Bagaimana kamu mengenal Jonatan?” tanya Jason.“Kami satu kampus, Jonatan adalah juniorku, tak heran kami saling mengenal,” jawab Zekha apa adanya tanpa ada yang ditutupi.‘Apakah Zekha tak tahu kalau Jonatan menyukainya?’ batin Jason penasaran bercampur kesal.“Jadi, apakah kau tahu dengan seseorang yang memberikannya handuk ketika mereka mengikuti Olimpiade mewakili kampus?”“Apakah handuk kecil berwarna abu-abu dengan bordir yang bertuliskan Love Anime?” Zekha balik bertanya untuk memastikan.“Bagaimana kau tahu?”“Karena itu handukku,” sahu
Zekha keluar dari rumah sakit, ternyata Jason sudah menunggunya. Ia segera masuk ke dalam mobil tersebut dan tak lama mobil pun pergi meninggalkan rumah sakit.“Kamu terlihat senang, apa ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit?” tanya Jason yang melihat wajah Zekha nampak berseri.“Ah itu, tadi aku bertemu dengan juniorku yang sangat menarik. Kami baru saja bertemu lagi setelah lama tak jumpa dan ternyata dia adalah pasien dari Gladis yang membuat Gladis kewalahan,” jawab Zekha menjelaskan dengan sangat antusias.“Pria atau wanita?” tanya Jason kembali seakan interogasi.“Pria.” Zekha menjawab dengan wajah berseri membuat Jason menjadi tak senang.“Kalau begitu tak menarik sama sekali,” ketus Jason yang memilih melihat ke arah jalanan dengan wajah yang ditekuk kesal, kini sepanjang perjalanan tak ada obrolan lagi.Dua puluh menit lamanya akhirnya mobil berhenti di area parkir kediaman orang tua Jason. Zekha langsung turun tanpa menunggu Jason membukakan pintu untuknya. Ketik ia
“Ada apa, Gladis?” tanya Zekha ketika ia tiba di rumah sakit, Gladis sedang terduduk dengan wajah ditekuk lemas.“Lihat pria yang kini tengah duduk di dalam?” Zekha melihat ke dalam ruangan sahabatnya, ia mengangguk menatap Gladis.“Iya, memangnya kenapa?” tanya Zekha bingung.“Dia mengatakan kalau dia itu merasa pusing dan tak enak badan, aku memeriksa suhu tubuhnya dan memang sedikit panas, jadi aku menyarankannya untuk suntik penurun panas. Tapi dia mengatakan kalau dia takut dengan jarum suntik, pas aku memberinya obat, dia malah meminta obat yang manis dan tak ingin obat yang kuresepkan. Aku kan tak memiliki obat manis untuk dosis orang dewasa, dan dia juga bukan anak kecil lagi. Dia tetap saja kekeh tak ingin minum obat yang pahit dan tak ingin disuntik, jadi aku bingung harus bagaimana, sedangkan dia memaksaku untuk segera meredakan pusing dikepalanya. Aku tak ada pilihan lain jadi aku langsung saja menyuntiknya secara diam-diam di lengannya, dia malah marah-marah dan akan m
Pagi menjelang, Zekha semalaman tak dapat tidur dengan lelap karena memikirkan Jason yang tak pulang. Pagi ini terdapat lingkaran hitam pada matanya, ia sungguh kurang tidur. Zekha bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum membuat sarapan dan pergi ke kantor.“Huh, gara-gara memikirkan sesuatu yang tak penting, aku jadi tak lelap tidur,” gerutu Zekha yang kini sedang mengeringkan rambutnya.Meski pikiran dan hatinya sedang kacau, ia tetap harus ke kantor untuk bekerja. Dengan cara seperti itulah dirinya baru bisa melupakan apa yang tengah ia rasakan.Zekha keluar dari kamar setelah rapi dan siap, ia berencana membuat roti isi selai saja untuk menu sarapannya.“Kau sudah bangun?” Zekha terkejut dan menoleh pada sumber suara yang bertanya padanya.“Jason, kapan kau pulang?” Zekha tak menjawab, ia malah bertanya balik dan berjalan mendekat pada pria yang sedang duduk di kursi meja makan.“Aku sudah membeli sarapan untuk kita, mari sarapan bersama, setelah itu
Jason memberikan buket bunga mawar merah yang begitu besarnya, tentu saja hal itu membuat Zekha bingung dan bertanya-tanya dari mana Jason mengetahui hari kelahirannya.“Kau tahu hari ulang tahunku?” tanya Zekha bingung.“Tentu saja aku tahu. Memang kau pikir selama ini aku tak tahu, hanya karena aku tak pernah mengucapkannya? Jangan-jangan malah kau sendiri yang tak tahu hari ulang tahunku?” sahut Jason dengan sindiran kecil.Zekha tak menjawabnya, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Jason dan mencium bibir Jason. Mendapat serangan mendadak seperti itu, Jason tak ingin melewatkan kesempatan baik itu. Jason menarik tengkuk istrinya untuk memperdalam ciumannya, ia tak peduli jika itu di pinggir jalan.“Silakan naik, masih ada waktu dua jam lagi hari ulang tahunmu. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat untuk merayakannya.” Jason sudah membuka pintu mobilnya untuk Zekha setelah ciuman mereka terlepas.Zekha pun masuk tanpa bertanya pada Jason akan dibawa ke mana. Hari ini ia sungguh b