Meeting berjalan dengan lancar, Mikael yang memimpin langsung dan menandatangani kontrak baru yang sudah cocok dengan prosedur perusahaan miliknya. Mikael berjalan menuju ruang kerjanya bersama Lucas yang selalu menemani ke mana pun atasannya pergi.
Sampai di ruangan, Lucas memberikan sebuah amplop coklat yang isinya adalah bukti-bukti penting yang kemarin diminta oleh Mikael.
“Dia sudah menunggu sejak tadi, Tuan,” bisik Lucas.
Mikael menutup berkas di tangannya dan memasukkan beberapa lembar foto ke amplop coklat kembali, lalu ia melepas jas dan mengisyaratkan Lucas untuk memanggil seseorang yang dimaksud. Tidak perlu menunggu lama, Mikael sendiri juga sudah tidak sabar.
Wanita separuh baya, yang Mikael yakini usianya tidak terpaut jauh dari usia Mom Isabelle. Wanita itu berjalan masuk dan duduk di depan Mikael. Dari gerak-geriknya ia terlihat sangat gelisah.
“Langsung saja Nyonya,” ucap Mikael, ia bukan lelaki yang suka basa-basi. Lebih cepa
Kira-kira, siapa dalang dari kecelakaan orang tua Eleana?
Eleana mengikuti interupsi dokter, ia mengejan setiap kontraksi datang. Terkadang ia berteriak kesakitan sambil memeluk Mikael lebih erat. Kakinya gemetar menumpu berat tubuh dengan posisinya yang terduduk dengan kaki mengangkang lebar.Setengah jam lamanya, Eleana mengejan hingga kepala bayinya terlihat di bawah sana. Air mata terus mengalir membasahi pipi Eleana, ia sudah lemah dan tidak kuat dengan rasa sakit yang masih menghunjam perut bawah dan panggul.“Ayo, mengejan Nona,” ucap Dokter memberi semangat.Eleana melanjutkan mengejan dengan Mikael yang tidak pernah melepaskan tautan tangan mereka. Sesekali, lelaki itu menghujani wajah Eleana dengan kecupan, memberi semangat dengan kata-kata yang bisa ia lontarkan.Eleana istirahat sejenak lalu mulai melanjutkan mengejan lagi. Kali ini rasa sakitnya bertambah dua kali lipat.“Ayo Nona, sedikit lagi. Jangan berhenti mengejan!”Dorongan terakhir dan tangisan bay
“Jangan bergerak!” Pistol di tangan Izrael terjatuh begitu saja ke lantai, tangannya bergetar hebat setelah melihat tubuh Mikael meluruh di lantai dan tidak bergerak. Ia pasrah saja, saat dua orang polisi menangkapnya. Keadaan menjadi semakin kalut, setelah tubuh Mikael dibawa menuju mobil ambulans. Tuan Abraham muncul dengan tiba-tiba, melangkah perlahan menuju Izrael dengan tatapan mata yang sulit diartikan. Izrael seperti orang linglung, ia tidak bisa berpikir atau menyikapi kejadian yang begitu cepat terjadi. Ia tidak sengaja menarik pelatuk itu, ia tidak sengaja menembak Mikael. Seharusnya, tidak seperti ini. Izrael hanya ingin memberi pelajaran Mikael, bukan menyakitinya sampai seperti ini. Abraham menampar keras Izrael sampai kepala lelaki itu terpelanting ke samping. “Anak tidak tahu diuntung!” bentak Abraham murka. “Dad tidak pernah mengajarkan kalian seperti ini. Jika kau tidak terima dengan keputusanku dulu, seharusnya kau katakan s
Hari ketiga, bayi mungil Eleana dan Mikael tiba-tiba saja demam tinggi dan harus ditempatkan dalam inkubator. Isabelle sampai tak kuasa melihat bayi mungil itu di sana, ia berharap semoga saja ada keajaiban dari kedua orang tuanya hari ini. Sampai pada akhirnya, seorang perawat menghampiri Isabelle dan mengatakan bahwa ada kabar baik dari ruangan Eleana. Ya, wanita itu akhirnya terbangun meski keadaannya masih begitu lemas. Eleana masih harus diperiksa lebih lanjut saat Isabelle sampai di ruangannya. “Bagaimana keadaannya Dokter?” “Keadaannya sudah membaik Nyonya Isabelle, tidak perlu khawatir. Cucu anda akan mendapatkan asi eksklusif pertamanya setelah ini.” Dokter tersenyum. Isabelle dapat bernapas lega sekarang. Ia dengan cepat melangkah masuk ke dalam ruangan Eleana. Bertemu menantu kesayangannya yang terdiam menatap langit-langit kamar. “Menantuku, kau baik-baik saja?” “Mom ....” Eleana memeluk Isabelle. Ia terseny
Sepanjang malam, Eleana mengurus bayi mungilnya dengan penuh kasih sayang. Biasanya, bayi mungil yang belum diberi nama itu akan terjaga sepanjang malam dan tidur di siang hari. Setelah kepulangannya dua hari yang lalu dari rumah sakit, Eleana berusaha untuk fokus pada putra kecilnya bersama Mikael. Ia juga berusaha untuk tetap menahan diri untuk tidak menanyakan kondisi Mikael. Suaminya itu, sekarang berada di Perancis untuk diberikan penanganan khusus karena kondisi terakhir Mikael yang menurun drastis. Dokter mengatakan jika masih ada satu peluru yang tersangkut di bahu lelaki itu. Kabar terakhir yang Eleana tangkap satu hari yang lalu, kondisi Mikael stabil saat ini. Eleana mencoba bersikap biasa saja, menganggap Mikael sedang melakukan perjalanan bisnis dan ia yang menjaga putra mereka sampai kepulangan Mikael. Meski dalam hati kecil Eleana ia sering memikirkan bagaimana keadaan Mikael dan apa dia baik-baik saja. “Kau lapar lagi, Baby?” B
Pagi hari, Eleana disibukkan dengan menggendong bayi mungilnya yang sejak semalam demam. Putranya terus menangis meski Eleana sudah membawanya mengelilingi rumah besar keluarga Mikael. “Mom harus bagaimana, sayang?” Eleana menepuk-nepuk paha putranya yang masih terus menangis. “Ana, panasnya sudah turun?” tanya Mom yang baru saja selesai mandi. “Belum, Mom.” “Mau ke dokter bersama Mom?” “Sebentar lagi, Mom. Aku belum mandi.” Isabelle mengusap rambut lebat cucu kecilnya. Memperhatikan bagaimana bibir mungil itu bergerak menghisap asi sang Ibu dengan lahap. Mungkin haus sedari tadi menangis. Usianya sudah seminggu, tidak terasa Eleana benar-benar menjadi Ibu. Bertaruh nyawa untuk melahirkan bayi tampan dan menggemaskan ini. Tapi, Eleana bahagia dia lahir dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun. “Mom, dia sudah tidur,” ucap Eleana, mengecup puncak kepala putranya. “Biar kugendong, kau cepatlah mandi da
Ini adalah kali pertama, Eleana dan Mikael akan pergi berdua setelah berbagai masalah muncul dalam rumah tangga mereka. Hari ini, Mikael membawa Eleana untuk bertemu seseorang.“Sudah belum?”Mikael menunggu dengan bosan. Eleana sedang mengeluarkan asi dalam botol kecil untuk stok saat nanti Kevin rewel. Rencananya mereka tidak akan membawa Kevin pergi karena usianya masih terlalu kecil. Eleana takut ia akan pulang lama dan Kevin rewel bersama Mom Isabelle, makanya ia menyetok banyak asi untuk sang bayi.“Mau kubantu?” tawar Mikael.“Tidak.”Eleana tahu sekali, Mikael tidak akan hanya membantunya mengeluarkan asi. Dengan kesal, Eleana mencubit lengan Mikael lagi. Menyuruh lelaki itu keluar dari kamar agar ia juga cepat selesai. Jika ada Mikael, Eleana jadi agak malu.Lima belas menit kemudian, Eleana menuruni tangga dan menemukan Mikael justru tertidur di sofa ruang tamu. Ia duduk di sebelah suaminya yang
Detak jantung Eleana bertalu begitu cepat, saat Izrael dan Kathrine dibawa ke ruang persidangan. Tadi ia sudah memberi saksi di depan hakim bersama Mikael dan Nyonya Smith. Sekarang, saatnya Izrael dan Kathrine memberikan kesaksian mereka. Eleana tidak mengerti, kenapa Izrael begitu santai di persidangan kali ini. Ia juga tidak mengira, seseorang yang menolongnya saat ia sedang kehilangan arah saat itu, berani berbuat hal senekat itu sampai membuat Eleana kehilangan orang tuanya. Awal mulainya, Izrael tidak ikut campur atas perbuatan Kathrine. Dan penculikan itu, murni tindakan Kathrine sendiri bukan dirinya. Tapi kecelakaan yang yang merenggut nyawa kedua orang tua Eleana, Izrael ikut campur dalam mencarikan seseorang yang mau dikorbankan untuk menabrak mobil kedua orang tua gadis itu, yaitu suami Nyonya Smith. Izrael melakukan itu karena mendengar Dad Abraham selalu memuji Mikael dan merasa ia dipandang sebelah mata hanya karena pekerjaannya yang menjadi do
Mempunyai seorang anak adalah hal paling mengesankan untuk Mikael. Ia belajar banyak hal dari perkembangan bayinya yang sekarang sudah berusia dua bulan. Selain menggemaskan dan terkadang juga menyebalkan karena selalu dimanja oleh Eleana, dia juga bisa menjadi alasan Mikael untuk tidak pergi ke kantor. Sore ini, Eleana mengomel lagi karena Mikael yang baru pulang kerja, langsung menggendong bayi mereka yang baru saja dimandikan oleh Eleana. Bukannya bersih-bersih dan berganti pakaian dulu, Mikael justru mengajak bicara sang putra. “El, mandi dulu. Kau membawa kuman!” kesal Eleana. “Sebentar lagi aku mandi, Baby.” Eleana menghela napas, percuma juga dimarahi. Mikael tidak akan menggubris, jadi Eleana membiarkan anak dan ayah itu bermain. “Aku akan membantu Mom memasak.” “Pergilah.” Jika sudah dengan putranya, Mikael bisa berubah menjadi ayah yang lucu dan menggemaskan. Berbeda sekali, saat dia sedang di kantor. Beberapa