I love you Cheff

I love you Cheff

By:  Primadona  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
894views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Jatuh cinta membutuhkan sebuah usaha, apakah itu masuk akal? Tapi hal itulah yang sedang dilakukan oleh seorang Cheff bernama Jinu Bastian. Demi membalas budi karena telah menyelamatkan nyawanya, ia akhirnya mau dijodohkan dan belajar untuk mencinta. Namun, lambat laun hal itu malah menjadikan luka pada dirinya sendiri. "Lebih baik hidup sendiri daripada memaksakan diri." Selama ini ia belum merasakan apa itu cinta, namun semua hal itu berubah ketika mengenal seorang gadis bernama Imelda yang bekerja di restoran nya. Akankah mereka berdua bisa bersama? Namun, apakah semua sudah terlambat untuk mencinta?

View More
I love you Cheff Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
5 Chapters
1
Suara jeritan penuh tangis serta teriakan yang saling sahut menyahut terdengar selalu setiap kali Imelda berada didalam rumah. Bukannya tak ingin melerai perkelahian kedua orangtuanya tetapi hal ini bukan satu atau dua kalinya terjadi. Setiap kali orangtuanya bertengkar, Imelda memilih keluar dari rumahnya berjalan kaki seorang diri demi menenangkan pikirannya. Langit begitu gelap, ia berjalan bermodalkan lampu-lampu jalan yang tak begitu terang. Ketika kakinya lemah menelusuri jalan, ia akhirnya terjatuh karena kelelahan. Seketika itu pula ia akhirnya sadar bahwa langkahnya cukup disini, perasaan muak yang campur aduk harus ia tuangkan disini. Imelda menangis tersedu-sedu seorang diri, sembari menatap langit yang berhias bintang. Ia kini tahu kalau ia harus mengandalkan dirinya sendiri, mencari kebahagiaan seorang diri. Selama ini ia menahan rasa sakitnya melihat keadaan orangtuanya yang tak pernah
Read more
2
Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, Imelda akhirnya sampai dinegara tujuan. Ia mencoba mencari keberadaan pamannya akan tetapi tak kunjung ia temukan. Imelda merogoh ponsel yang berada di sakunya. Namun sialnya, ponselnya kehabisan batrai membuat Imelda jadi kesal. "Yah, hapeku lowbat," keluhnya. Setelah menunggu lama, Imelda memutuskan untuk pergi seorang diri saja karena ini sudah jam dua dini hari. Lebih baik ia duduk menunggu bus datang saja daripada berlama-lama, kebetulan halte bus tak jauh dari bandara. Kini Imel sudah duduk menunggu dihalte bus, sembari menaruh tas besarnya disamping dirinya. Imelda sedikit mengantuk, lalu tanpa disadari datang kedua preman berwajah garang yang berdiri didekatnya sambil menatap tas berharga miliknya. Tanpa ragu preman tersebut langsung mengambil tas berharga milik Imelda untuk dibawanya kabur. Imelda yang menyadari itu lantas beranj
Read more
3
"Kamu akan mencari pekerjaan?" tanya sang paman ditengah sarapannya. Imel mengangguk, "iya paman, aku harus segera menemukan pekerjaan. Apa pun itu yang penting halal." Pamannya jadi tersenyum, "baguslah! Paman yakin kamu memang bisa diandalkan." Imel mengulas senyumnya lebar, meyakinkan sang paman bahwa dia memang benar-benar anak yang mandiri dan tidak akan menyusahkan, apalagi ia tahu bahwa pamannya pun hanya tinggal di apartemen kecil yang tak jauh dari pusat kota. Tidak mungkin dia hanya berdiam diri dan menumpang hidup saja. "Huekk! Huekk!" Tiba-tiba terdengar suara bibinya yang tengah mual-mual dikamar kecil membuat dirinya dan sang paman panik. "Kamu tidak apa-apa, dek? Sepertinya kamu sedang sakit?" tanya pamannya penuh kuatir pada istrinya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, "aku gak apa-apa kok mas, cuma kayaknya aku masuk angi
Read more
4
Setelah beberapa minggu berlalu, akhirnya Imelda mendapat panggilan kerja disebuah Restoran sederhana yang tak jauh dari tempat tinggal pamannya. Kini ia tengah berdiri didepan cermin, memperbaiki riasannya dan mengikat rambutnya yang lebat nan panjang. "Sudah selesai dan rapi, semoga hari ini berjalan dengan baik." Ia kemudian menoleh pada sebuah mantel tebal yang ia pajang didalam kamarnya, serta telah menjahit bekas sayatan pisau dibagian lengan. Entah kapan Imelda dapat bertemu dengan Jinu kembali untuk mengembalikan jaket bermerk tersebut, meski Jinu sudah tidak membutuhkannya lagi. Imelda kemudian tersenyum sembari menyatukan kedua tangannya untuk berdoa agar segalanya dipermudah. Lalu ia segera berpamitan kepada paman dan bibinya, namun kali ini bibinya tak terlihat, tak seperti biasanya yang dimana pagi-pagi sudah menyibukkan diri didapur. "Bibi kemana, paman?"&nb
Read more
5
Imelda menundukkan kepala dihadapan Jinu saat ini, menahan tangisnya agar tidak keluar sedari tadi ketika mendapatkan caci maki. Jinu mendecih kesal sembari bersindakap dengan angkuh, "bukan kah sudah ku katakan kau harus fokus dalam bekerja." "Maaf Cheff." "Bagaimana kalau seandainya nanti kamu melakukan kesalahan seperti ini lagi? Untung saja wanita itu dapat ku tangani." "Maaf." Hanya kata itu yang mampu Imelda ucapkan sambil menunduk merendahkan diri. "Kalau kau tidak suka bekerja disini sebaiknya tidak usah dilanjutkan lagi! Kau boleh pergi." "Tidak Cheff, maafkan saya," sahut Imelda dengan bibirnya yg gemetar, sudah merasa tak tahan. Melihat gadis itu menangis, membuat Jinu tersadar bahwa ia begitu kasar sehingga membuat Imelda menangis. Jinu juga melihat darah mengalir dari jemarinya yang tergores, hal itu bena
Read more
DMCA.com Protection Status