Share

ISTRI ALIM CEO KEJAM
ISTRI ALIM CEO KEJAM
Author: Iin Romita

Bab 1 Mahkota Yang Dirampas

Matahari telah condong ke arah barat. Langit biru sudah berubah warna menjadi jingga. Sinar mentari mulai redup. Masih tampak cantik di langit yang luas.

Seorang wanita berparas ayu usai memberi privat pada beberapa murid-muridnya, tentang pelajaran dan pekerjaan rumah yang diberikan guru disekolah.

"Untuk pertemuan sore ini, Kakak Aisyah akhiri ya adik-adik, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka serempak.

Sikap lembut yang dimiliki Aisyah membuat anak-anak menyayanginya seperti kakak sendiri. Tidak ada upah untuk pekerjaannya. Ia lakukan semua dengan ikhlas.

Kehidupannya yang sendiri tidak menjadikan semua itu beban. Ia akan terus berusaha mewarnai hidupnya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Aisyah menarik tas kecil selempangnya lalu menata kembali meja dan kursi yang telah dipakai. Didekat balai desa, ada sebuah tempat untuk Aisyah mengajar. Meski tidak tidak terlalu luas. Cukup untuk menampung banyak muridnya. Dibanding kontrakan miliknya.

Setelah anak-anak mencium tangan Aisyah, mereka kembali pulang. Ia pun menyusulnya. Wajahnya yang cerah membuat ia tampak terlihat cantik meski tanpa make up.

Wanita itu berjalan melewati tepi jalan, biasa bersenandung dengan bacaan sholawat-nya yang merdu.

Beberapa saat – ia tidak bisa membuka mulutnya, sebuah sapu tangan putih membungkamnya. Tak lama kemudian ia tidak sadarkan diri.

Beberapa jam kemudian. Setelah obat bius tidak lagi bekerja – kedua matanya terbuka. Ia melihat tubuhnya terbujur dilantai tanpa alas. Kedua tangannya terikat.

"Lepaskan! Kumohon!"

Ia melihat kondisi tubuhnya lemah, berusaha keras melindungi diri dari pria yang tak dikenalnya. Berdiri, membawa cambuk berupa sabuk yang baru ditarik dari celana yang dipakai.

Satu cambukan mengenai tubuhnya. Gadis itu menjerit kesakitan. Ia menarik ikatannya dan terlepas.

Ia segera bersimpuh meminta ampun padanya. Tak sedikitpun pria berotot kekar itu menggubris. Malah ia menendang tubuh Aisyah.

Pria itu menarik rambutnya yang menjuntai dan melepaskannya dengan kasar. Hingga kepala-nya terbentur serta tubuhnya pun ikut terjungkal.

Kedua tangan sang wanita saling menyilang, melindungi bagian tubuh dengan kedua paha mengapit, dalam kungkungannya sendiri.

Tak ingin hidupnya akan sia-sia di tangan pria yang berdiri tegap – memandangnya dengan tatapan ganas itu.

'Apakah pria ini berniat membunuhku?' batinnya terus bertanya dengan tubuh gemetar.

"Aku akan melakukan apa yang seharusnya kulakukan!" gertaknya dengan bengis.

Entah apa yang sedang terjadi saat ini. Bulir air mata yang semula menggenang di pipi, berjatuhan tiada henti.

Begitu cepat kejadian itu, hingga setelah dia sadar. Sudah berada diperangkap macan jantan yang ganas.

"Tuan, tolong. Sebenarnya Anda ini siapa? Dan kesalahan apa yang saya perbuat hingga Anda menyiksa saya seperti ini?" tanya Aisyah, wanita berusia 22 tahun, bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran besar di kota Jakarta – sedikit waktunya ia luangkan untuk mengajar anak-anak.

"Setelah aku melakukan semua yang aku inginkan, kau akan mengetahui letak kesalahanmu Aisyah Sarasvati!" tukasnya, ia masih menggeleng tidak mengerti.

'Pria itu mengenalku?' batinnya.

Ia berjalan ke arahnya, dan membuka perlindungan tangannya yang sudah lemah, ia menggenggam kedua tangan Aisyah dengan satu genggam tangan, menarik dan melemparnya ke atas ranjang.

"Tidak! Jangan! Jangan lakukan apapun terhadap saya! Kumohon Tuan!" 

Tubuhnya sudah penuh luka, dan kini pria itu hendak melecehkannya jua. 

"Lindungi hamba Ya Rabb ..." pintanya pada Sang Pemberi Hidup.

"Tidak perlu mengadu pada Tuhan, kamu itu wanita biadab! Iblis bertopeng malaikat!"

"Astaghfirullah ... Ucapan Anda menyakiti saya. Tolong jangan nodai saya Tuan, kumohon ..." lagi, pintanya dengan berteriak pada pria yang sudah melepas sebagian pakaiannya.

Usaha Aisyah berakhir sia - sia. Tenaga wanita tidak akan bisa melawannya. Ia terlalu lemah untuk bisa melindungi dirinya sendiri.

"Tolong!" teriaknya serak, suaranya sedikit parau.

Hingga sebuah gulungan kain menjejali mulutnya. Ia tidak bisa berbuat apapun lagi. Selain rintihan dalam tenggorokan. Bulir air mata sudah membanjiri pipi Aisyah.

'Manusia kejam!' umpatnya dalam hati. Ia memperhatikan wajah pria itu -- terlihat ia seperti bukan orang biasa. 

Tidak ada dalam impiannya – jika kelak mahkota indahnya akan diberikan pada pria yang bukan mahramnya. Harapannya sia - sia.

Bercak darah sudah menodai sprei berwarna putih. Isak tangis yang menjadi -- mengiringi luapan kesedihannya. Ia merintih dalam hati menahan sakit.

Pria itu tidak memberi jeda di tiap ambisinya, di otaknya hanya kebencian. Tidak ada gairah apapun untuk menikmati tubuhnya. Hingga tersadar, ada sesuatu yang berbeda. 'Ah sudahlah!'

Aisyah hanya bisa menjerit dalam hati. Ingin meloloskan diri namun ia terlalu lemah.

"Ternyata kamu masih perawan!" ucapnya lirih tak percaya. Ia memicingkan mata. Merasa senang -- perasaan sesak di dadanya mulai terbalaskan.

Pria itu melihat sinis kearahnya. 'Ini baru permulaan, kamu akan merasakan sakit luar biasa  pada kehidupanmu mendatang!'

Wajah pria itu masih terlihat penuh dendam. Ia menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. Entah apa yang dipikirkan saat ini. Tak dapat Aisyah menerkanya. Pria berotot itu menarik kain di mulutnya, ia buang begitu saja.

 "Apa kamu belum puas memperlakukan aku seperti ini! Hah!" jerit Aisyah setelah mulutnya bisa mengeluarkan suara, ia mengharapkan kejelasan tentang perbuatan pria brengsek itu.

"Sudah diamlah! Aku muak mendengar suara teriakan dan tangisanmu!" bentaknya kasar.

Gegas, ia menarik selimut dan menutupi tubuh Aisyah yang terbaring tak berdaya di atas ranjang.

Pria dengan tubuh exotic itu melenggang menarik handuk menuju kamar mandi tanpa merasa bersalah.

"Pria brengsek!" umpat Aisyah. Tidak ada gunanya ia berteriak lagi, pria itu acuh. 

Meski pria itu memiliki wajah dan bentuk tubuh yang istimewa, namun semua sudah tertutup oleh kepribadian buruknya.

Beberapa saat ia keluar dengan tubuh yang sudah bersih, memakai pakaian seperti orang terhormat. Segera ia memungut pakaian yang berserakan di lantai dan melemparkan ke tubuh Aisyah dengan kasar.

"Pakailah!" perintahnya.

"Bedebah!! Kau sudah rusak hidup ku! Bajingan!" umpat Aisyah tiada henti. Ia sudah tidak peduli dengan ucapan kotornya. 

Meski dari kecil ia sudah dididik oleh ibu panti untuk berbicara baik, sesuai dengan ajaran agama yang telah dianutnya.

Namun kali ini, dirinya sudah kotor. Ia tidak pantas lagi menjaga mulut dengan perkataan yang baik.  

Hidupnya seakan tiada guna. Linangan air matanya sudah hampir mengering. Meninggalkan bola merah dan sembab.

"Terkutuk kau pria biadab! Aku tidak pernah menjumpai pria sepertimu" umpat Asiyah tiada henti.

"Jangan banyak mengumpat! Kamu pantas menerima semua ini, hai wanita iblis!" ucapnya dengan senyum penuh derita.

Pria itu segera membuka pintu kamar -- pergi meninggalkan Aisyah sendiri. 

Aisyah lagi menitihkan air mata, ia tidak kuasa menahan penderitaan itu. Ia mengambil pakaian dan memakainya.

"Apa sebenarnya yang terjadi? Aku lihat wajah pria itu penuh dengan kebencian melihatku!"

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Om Dun
Awal yg bgs
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
awal yg menyakitkan Ada dendam apa sbnrnya yah
goodnovel comment avatar
Titik Balik Author
bacanya deg deg an......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status