MIB-11
“Ziv, pelan-pelan. Ntar kena lukamu.”“Alah, luka gini nggak sakit, kok.”Zivanka tetaplah Zivanka yang aktif. Sesaat dia lupa kalau lengannya tengah luka. Untung Azkio terus mengontrol diri untuk terus memperlakukan istri selembut mungkin. Meski sebenarnya Azkio sendiri sudah tidak sabar. Namun, jangan sampai moment pertama ini meninggalkan jejak trauma.Usai tunaikan nafkah batin, Azkio mengucapkan terima kasih kepada istri dan mengecup keningnya.“Ziv, ayo kita mandi dulu.”“Nanti saja, Uztaz!” Zivanka malah ingin tidur.“Tidak bisa. Harus sekarang.” Azkio langsung menggendong istri ke kamar mandi.“Ustaz, kita mandi bersama bukan?”“Iya.”“Aih, ternyata Ustaz romantis banget.”Sebetulnya Azkio masih malu jika harus mandi bersama. Namun, selain hal ini dikategorikan sunah Rasulullah, tentu sebagai suami, dia harus memastikan Zivanka mandi wajib. Mengajari istri adalah hal utFatimah mengernyit dan detik kemudian dia baru paham, "oh, kamu ini. Kompres pake es batu, Ziv.""Oh, gitu."Zivanka pun memutuskan untuk mencari Azkio yang sudah keluar kamar sedari tadi. Namun, suaminya itu tak kunjung ditemukan. Malah melihat anak-anak SD yang baru pulang sekolah."Eh, Kak Ziva.""Hey, lagi pada ngapain?""Lagi tebak-tebakan, Kak. Yang bisa nebak, boleh ambil makan lebih dulu.""Ikutan, dong!”“Boleh,” sahut anak-anak senang.Zivanka memang lebih klop dengan anak-anak SD ketimbang dengan anak yang lebih besar. Salah satu anak SMA sampai mengejek kalau mereka klop karena sama-sama masih mengaji iqro. Akan tetapi, bagi anak-anak SD yang polos, Zivanka itu keren. Berani dan bicara apa adanya.“Kenapa Superman bajunya pake huruf S?” tanya seorang anak.“Kan huruf depan namanya S.”“Salah. Hayo, kenapa?”“Hmm, kalau B jadi batman, dong.”“Salah.”
MIB-12Azkio terkesan galak kalau sudah cemburu. Dia belum mengakui rasa, tetapi sikap dan keputusannya posesif. Apa lelaki memang egois?“Dia … Maling.”“Maling? Maksud kamu pencuri. Apa yang dia curi?”Hati. Ya, dia telah mencuri hatiku dulu dan mungkin sampai saat ini. Zivanka hanya mengucapkannya dalam hati.“Bukan. Namanya Malingga Dwiputra."“Siapanya kamu?” Azkio terdengar menyelidik.“Teman sepermainan.” Zivanka menjawab asal.“Di mana ada dia, ada kamu?” terka Azkio over curiga.“Iya, dia sangat manis juga baik hati.” Zivanka menjawab seperti sebaris lagu.“TTM.” Azkio menyimpulkan dengan nada ketus.Wah, curiga ini othornya tumbuh pada masa lagunya hits.Sadar mimik Azkio menakutkan, Zivanka segera membantah, “bukan. Hanya friendzone.”“Sama saja.”“Beda. Kalau fiendzone itu hanya salah satunya yang naksir.”“Lalu, siapa yang naksir?” Azkio
Menit kemudian Zivanka bisa menguasai diri untuk tampil kalem.“Pengantin baru, ya?” tanya seorang ibu yang mungkin baper melihat keromantisan mereka.“Tahu saja si Ibu,” sahut Zivanka.“Saya dan suami juga dulu seperti kalian. Kami keliling supermarket tanpa kenal lelah. Apapun yang saya mau, pasti dia belikan.” Si ibu berujar sambil mengenang.“Oh, iya,” tanggap Zivanka lagi.“Tapi ….” Si ibu tiba-tiba terisak, “itu dulu, dulu sekali. Sebelum pelakor syalan itu datang!” sambungnya sambil meremas kuat jeruk sampai muncrat.Astaga! Kenapa si ibu jadi curhat, batin Zivanka.Dia melirik Azkio, memberi kode untuk menggeser diri ke konter sayuran. Suaminya langsung tertuju kepada tauge. Sayuran tunas kecil dari kacang hijau pun hampir diborong.“Buat apa banyak banget?” Zivanka heran.“Buat meningkatkan kualitas--.” Azkio melanjutkan ucapannya dengan berbisik.Wajah Zivanka langsung memerah mengalahkan
MIB-13Juno, Nia, dan Mala panik. Mereka juga merasa kasihan kepada Zivanka seandainya dia sampai membaca pesan yang Azkio kirim. Bingun antara mau memberi tahu atau menutupinya.“Gimana, nih?” tanya Mala.“Hapus aja pesannya,” saran Juno.“Jujur lebih baik, guys. Udah biar si Ziva tahu kek gimana tuh si ustaz.” Nia berpendapat lain."Gue nggak tega liatnya. Meski si Ziva nggak cinta, tetap aja pengkhianatan itu menyakitkan." Mila tak mau melihat temannya patah hati seperti yang sering dia alami.Mereka terus beradu argument. Saat itulah Zivanka datang bawa minuman teh.“Kalean kenapa? Kok, mencurigakan.” Tatapan Zivanka menyelidik.“Nggak. Nggak kenapa-kenapa. Iya kan, guys?”“Ziv, si us—” Ucapan Nia keburu dibungkam tangan Juno.Nia meronta sekuat tenaga jiwa raga. Akibat bekapan Juno, dia nyaris jatuh pingsan.“Woy, lepasin! Lu mau si Nia mampvs?" geram Zivanka.Juno pun me
Di dunia saja sudah diazab gegara sambung rambut.“Santuy Besti.” Zivanka berujar enteng. Dia lekas mengambil handuk dan melapkan ke rambut Mala dengan gemas.“Wadaw! Sakit.” Mala memekik kala kepalanya berasa mau meledak akibat goyangan tangan Zivanka.Bukannya merasa bersalah, Zivanka malah mengejek tengil. Begitu pun dengan Nia dan Juno. Tak ada sikap simpati dan iba. Bahagia mereka memang cukup sederhana. Sesederhana penderitaan teman yang selalu berhasil membuat tertawa.Mala mengacak rambutnya frustasi. Lalu pergi ke mobil yang dibawa Juno untuk mengambil sesuatu. Sekembali ke dalam rumah dia menenggak botol vodk4 tanpa permisi.“Buset! Woy, itu punya gue.” Juno berang dan tak terima. Masalahnya, vodk4 yang diminum Mala adalah vodk4 dengan merk ternama dan harganya cukup mahal. Sengaja tidak dia minum di depan temannya, karena takut diminta. Dipikir menyimpan di bagasi mobil itu sudah aman dan tepat. Eh, Mala malah menemuk
MIB-14Waduh, kenapa si ustaz menemukan vodk4 si Juno? Napa juga aku ngumpetinnya di dapur. Apes banget, batin Zivanka.“Iya," cicitnya.“Saya sudah kasih tahu kamu kan, kenapa agama mengharamkan miras?"“Iya," cicitnya lagi.“Lalu kenapa kamu … astaghfirullah." Gigi Azkio bergemeletuk menahan luapan emosinya yang meledak-ledak.“Itu bukan punyaku."“Lantas kenapa ada di rumah kita?"“Itu punyanya si Juno."“Juno? Kamu mabuk di rumah kita bersama pria lain, Ziva!" Ucapan Azkio penuh penekanan dan wajahnya benar-benar merah padam.“Bukan seperti itu. Tadi tuh, teman-teman main ke sini." Zivanka terbata-bata saking terkejutnya menghadapi kemarahan Azkio.Meski terbata, dia berusaha terus menjelaskan. Namun, Azkio yang sudah lebih dulu dikuasai marah seolah tidak mau memberi waktu lebih untuk mendengarkannya.Azkio sudah terlanjur kecewa sangat dalam. Istrinya dianggap mengingkar
Hari ini Azkio libur bekerja. Sebetulnya sebagai pemilik toko baju muslim yang mendesain sendiri, mau libur kapan saja bebas. Namun, Azkio sangat disiplin pada dirinya sendiri. Dia mengikuti jam kerja pegawai. Dari senin sampai sabtu, dari pagi hingga ashar. Meski kadang dia pulang lebih dahulu atau bahkan pulang paling telat.Selama jam kerja, biasanya Azkio sambil membuat konten religi juga. Dibantu sama dua pegawai yang sekaligus temannya waktu SMA.“Kita joging, yuk," ajak Azkio.“Masa jogging pake rok,” protes Zivanka.“Oh iya, lupa. Saya kemarin beli sesuatu buat kamu."Azkio segera mengambil paperbag dari mobilnya yang kelupaan. Isinya ternyata setelan baju olahraga muslimah. Masih setelan rok juga, tetapi lebih sportif dan modelnya rok celana.“Makasih, suamiku.” Zivanka girang, lalu tak segan hendak membuka pakian yang saat ini sedang dikenakan untuk menggantinya.“Kebiasaan banget. Di kamar gantinya!” tegur Azk
MIB-15“Masya Allah, kamu cepat banget larinya.” Azkio terengah-engah dan langsung merebahkan diri di sofa.Zivanka cengar-cengir karena masih malu dengan kejadian tadi. Sudah monyong-monyongkan bibir, ternyata gagal paham. Jadi karena Naruto tidak mau pinjamkan jurus menghilangnya, terpaksa dia kabur. Berlari kocar kacir sambil membayangkan dikejar polisi saat terciduk nakal.Zivanka yang terlebih dahulu sampai rumah lekas mengambilkan segelas air putih untuk suami, “ini diminum dulu.”“Bismillah.” Azkio meneguknya sebanyak tiga kali.Air masih bersisa sedikit di gelas. Lalu Zivanka ambil alih lagi gelasnya dan langsung meneguk sampai habis.“Ziv, kalau minum jangan sambil berdiri, sebaiknya duduk.”“Memang kenapa harus duduk?""Itu sunnah.""Oh. Kirain bakal kenapa-kenapa," komentar Zivanka."Sini duduk, Sayang!” Azkio menepuk sofa di sebelahnya.Zivanka pun duduk, “iya, ada apa?”