MIB-1“Ustaz, ayo unboxing! Biar tahu istrimu ini masih segelan atau nggak.”Itu celetukan Zivanka Kalala, wanita absurd di dalam kamar pengantin bersama Azkio Ibadillah. Seorang lelaki popular karena konten-konten religinya di T!kT0k.Azkio membeliak, kemudian hanya bisa meneguk saliva. Betapa tidak, istrinya begitu aktif mendekat dengan mengenakan baju tipis nan minim. Bagaimanapun ia adalah pria 24 tahun yang normal.“Maaf, malam ini saya lelah.” Merespon dingin mengalahkan kulkas lima pintu.“Kalau begitu biar aku pijitin.” Tanpa izin langsung memijat.“Ekhm, saya tak suka dipijat," tolak Azkio datar.“Oh.” Mulut membulat, tetapi tangan masih saja bergerak. “Mulai sekarang ustaz harus suka,” lanjutnya.“Itu kenapa pijatannya semakin naik?” Alis Azkio diangkat sebelah saat menyadari posisi tangan istrinya.“Ya, siapa tahu pahanya pegel-pegel,” sahut Zivanka cuek dan masih tetap memijat.Pupus sudah mimpi Azkio untuk mendapatkan istri malu-malu dengan wajah merona. Ini sungguh di lu
MIB-2Eksim di pantat yang tidak sembuh-sembuh sepanjang musim. Dari musim duren sampai musim rambutan.“Woy, tolong kondisikan ketawa lu!” sengit Zivanka kepada Juno.“Ih amit, gelay.” Nia bergidik saat melihat Juno ngakak sampai ngeces.“Ada yang elitan dikit nggak kutukannya?” Di sela-sela tawa, Juno mengejek.“Diam nggak, lu? Mau gue timpug, nih?” Zivanka yang kesal bersiap dengan botol wiski.Juno terpaksa menyudahi tawanya yang terpingkal. Padahal jarang-jarang ada lawakan manjur begini. Sayangnya ini bukan lawakan, tetapi sesuatu hal serius bagi Zivanka. Berhubung Juno sudah diam, botol wiski yang masih di tangan langsung ditenggak Zivanka.“Duh, bahaya guys!” Mala tepuk jidat.Mabuknya Zivanka adalah sebuah musibah bagi mereka. Dalam keadaan normal saja sudah bar-bar, apalagi dalam keadaan dipengaruhi alkohol. Jiwa kerasukannya akan keluar dan sungguh memalukan. Kalau sudah memalukan tingkat dewa, Nia, Mala juga Juno akan menyerahkannya kepada sopir taksi untuk mengantar pulan
MIB-3Bibir tipis tersenyum lebar."Apa ustaz ngajak bikin anak?"Peletak!Azkio menjitak dahinya. Namun, alih-alih meringis kesakitan, justru Zivanka tetap tersenyum. Perlahan matanya terpejam beranjak tidur."Ziv, bangun!" Azkio menepuk-nepuk pipinya.Tidak akan dibiarkan Zivanka malam ini tidur begitu saja. Dia harus disucikan terlebih dahulu dari mabuknya."Ustaz, unboxingnya ntar pagi aja, ya, ngantuk."Azkio tidak menggubris. Dia lekas menyeret Zivanka ke kamar mandi."Masuk!" titahnya."OMG! Masa di kamar mandi? Di kasur aja, yok!"Azkio geleng-geleng kepala. Tanpa aba-aba, Zivanka dibawa melesak ke bawah shower. Diguyur sang istri biar kesadarannya terkumpul penuh. "Ustaz, aku diapain?" Zivanka memekik.Setelah basah kuyup, keran shower baru dimatikan."Kamu harus mandi tobat.""Ngelakuin aja belum, kok, suruh mandi?"Zivanka mengira mandi yang dimaksud oleh Azkio adalah mandi junub. Padahal suaminya itu berharap dia segera mandi tobat serta menyesali dosa. Dosa besar karena
MIB-4Azkio memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah kontrakan. Dia begitu tergesa turun dan mengetuk salah satu pintu.“Siapa?” tanya penghuni dalam kontrakan saat Azkio mengetuk pintunya.“Ini Kakak, Dek.”Daun pintu lekas terbuka. Andai tak ingat bukan mahram, tentu Lily sudah menghambur ke pelukan Azkio.“Kak, aku takut.” Lily merengek.“Ada apa, Dek?”“Tadi ada orang yang mau masuk lewat jendela. Untung saja dipasangin tralis. Kalau nggak, aku nggak bisa bayangin.”Lily menuturkan dengan mimik ketakutan. Dia juga cerita kalau orang tersebut terus saja mengetuk-ngetuk pintu. Padahal ini sudah larut malam. Sudah mencoba berteriak, tetapi tak ada yang mendengar. Mungkin tetangga kontrakan sudah terlelap tidur. Sedangkan yang mengontrak tepat di samping kontrakan Lily, orangnya sedang tidak ada. Jadi rumah sebelah kosong.Saking panik, tanpa pikir panjang Lily menelepon sembarang. Kebetulan nomer yang terhubung adalah milik Azkio. Begitulah pengakuannya. Dua bulan terakhir ini, Lily
MIB-5Rupanya Zivanka mengganti foto Lily dengan fotonya yang memakai hot pants. Atasannya hanya t-shirt berlengan pendek yang ngepas di badan. Sehingga lekuk tubuhnya terbentuk jelas.“Astaghfirullah.”Azkio sepertinya akan terus lebih sering beristighfar mulai saat ini.Bayangan istrinya yang sempat menggoda kembali terbayang. Aneh memang, ia malah merasa berdosa padahal sudah halal. Mungkin karena belum terbiasa dengan bayangan baru.“Ziv, ayo bangun!” Azkio menepuk-nepuk pipinya.Tidak kunjung bangun, ia lebih mengeraskan suara. Tak sampai di situ, lengan Zivanka juga dicubit. Menyerah! Azkio menyerah membangunkan kebo, eh istri.Takut waktu sholat segera berakhir, Azkio memutuskan sholat duluan. Biarkan saja nanti Zivanka menyusul. Usai sholat, dia tenggelam dalam dzikir dan doa. Lagi-lagi meminta petunjuk kepada Allah Sang Maha pemilik hati. Agar Allah menetapkan satu wanita di hati dan pikiran. Wanita yang tentu saja berhak dan halal atas dirinya.“Ikhlaskan hati ini, lapangkan
Zivanka membelalak tak percaya.“Bukan.” Azkio kembali menjitak.“Ish,” desis Zivanka. Kali ini jitakan suaminya sedikit keras.Azkio meminta ia agar meninggalkan kebiasaannya selama ini. Seperti ke klub malam, nongkrong tidak jelas, bergaul dengan lawan jenis dan gaya hidup lainnya yang unfaedah. Azkio juga meminta mulai sekarang ia harus benar-benar belajar sholat, ngaji serta berpakian menutup aurat. Untuk saat ini, segitu saja dulu. Takutnya kepala Zivanka meledak tiba-tiba.Busyet, kalau begini aturannya, aku jadi tobat beneran, nih.“Ziv, kamu siap?”“Hmm … siap.” Akhirnya ia jawab siap saja dulu.Nanti kalau misi tuing-tuing sudah tercapai, badung kembali kan bisa. Ditalak juga rasanya tak masalah. Mana mau Zivanka hidup terikat penuh aturan.“Baiklah, sekarang kita berkemas.”“Kok, berkemas?”“Karena kita akan ke panti asuhan.”“Lah, kenapa?”“Ziva, saya belum memiliki
MIB-6"Aduh Umm, aku kebelet pipis." "Ya sudah, cepat ke kamar mandi. Nanti Ummi dan Lily tunggu di mushola, ya!""Baik, Umm."Zivanka merasa lega. Karena akhirnya terbebas dari wudhu yang dia lupa urutannya. Nanti sepertinya harus belajar lagi wudhu dengan benar. Karena mau sampai kapan harus pura-pura melakukannya.Sekarang Zivanka sudah berada di mushola, tepat di depan rumah Fatimah. Mushola khusus sholat perempuan. Sedangkan laki-laki melaksanakannya di masjid dekat aula Panti.Wah, mayan banyak juga ya, pasukan Ummi Fatimah.Zivanka mengedarkan pandangan kepada yang sudah berbaris rapi. Jumlah yang akan sholat berjamaah sekitar 25 orang. Terdiri dari anak-anak usia SD hingga SMA dan ada 3 orang sudah kuliah. "Ziv, sini!" panggil Fatimah.OMG, jangan bilang suruh jadi imam.Seketika Zivanka pucat pasi. Salah besar sudah mau diajak Azkio tinggal di panti. Belum sehari jantungnya sudah terus dag dig dug tak menentu. Semacam sedang diuji nyali saja."Ayo, Kak Ziva. Kita mau mulai,
MIB-7Azkio bergedik ngeri saat melihat istrinya begitu bern4fsu menusuk-nusuk sosis dengan garpu. Tenang, tenang! Tidak boleh terlihat kalah depan cewek so’ alim itu, batin Zivanka.“Ekhm," dehamnya.Setelah menghela napas sepanjang jalan kenangan, akhirnya gejolak amarah di dada bisa dikendalikan. Sungguh ini adalah sebuah prestasi luar biasa karena jarang-jarang bisa meredam emosi.“Kak Ziva nggak marah kan?” tanya Lily.“Oh, nggak. Santai saja. Lagian wajar kok, jika kakak antar adiknya. Cuma lain kali harus izin kepada pemilik sahnya.” Akhir kata penuh penekanan.“Maksud, kak Ziva?” Lily berlaga polos.“Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?” Zivanka mengejek.“Kalau begitu, aku ke kamar dulu, ya,” pamit Lily dengan nada lemas.“Ly,” jangan lupa nanti diminum lagi obatnya,” pesan Azkio.“Baik, Kak.” Lily berlalu dengan senyum menyungging.Sebetulnya Lily adalah gadis yang baik