Wajah Zivanka memerah mengalahkan warna tomat mateng.
Azkio tertawa renyah sekali, “emangnya kenapa, sih? Suami dengar istrinya kentut itu wajar. Apalagi saat sakit perut begitu. Cuma lain kali, kalau dibilangin nurut.”"Kok, jadi harus nurut?""Iya, ini akibat kebanyakan makan sambel tadi. Masih pagi gini juga,” omel Azkio."Iya-iya, nanti nurut kalau nggak lupa.""Habiskan pisangnya! Apa mau disuapin?"Zivanka mengangguk manja. Tanpa sadar semakin ke sini, dia senang sekali bermanja-manja sama Azkio. Padahal itu jauh sekali dari karakter aslinya.Innalillahi wainnailaihi roji’un … innalillahi wainnaillaihi roji’un.Tiba-tiba terdengar pengumuman diawali kalimat istirja dari masjid komplek perumahan."Itu ada apa?""Sstt … kita dengarkan dulu siapa yang meninggal," pinta Azkio.Telah berpulang ke Rahmatullah, wasta, Ardian Rahardi bin Sukmajaya, baru saja tepat pukul 08.00. Semoga ditComing soon kisah yang tak kalah menarik dari putranya dengan judul MENOLAK WARISAN.PROLOGAngin berembus kencang menerjang jendela kaca kamar hingga bergetar. Beberapa furniture pun ikut bergeser dari tempatnya. Terdengar suara auman yang sukses membuat Zivanka, wanita berusia 30 tahun itu terjaga.“Honey, bangun!” Ia mengguncang bahu suaminya.Azkio, si suami mengerjap. Kemudian mengucek mata yang masih terasa berat untuk terbuka.“Ada apa, Sayang?”“Suara itu lagi.” Berbisik seolah takut ada yang mendengar.Seketika kesadaran Azkio dikumpul paksa. Meski ia sendiri tak pernah mendengar suara yang dimaksudkan istri, tapi tetap hal ini tak boleh diabaikan. Lalu bergegas untuk memeriksa sang buah hati di kamar sebelah. Setibanya, saklar lampu segera ditekan untuk menerangi ruang yang temaram. Akan tetapi, Ziko--anak mereka justru sudah tidak ada.“Ziko!” Zivanka histeris.Kejadian ini memang bukan kali pertama, tapi tetap saja rasa takut menyergapnya. Tanpa bicara pasangan su
Awalnya Azkio tak yakin akan menjalankan dua bisnis sekaligus. Waralaba papi mertua dan lanjutkan bisnis fashion muslim. Namun, berkat dukungan orang-orang terdekat, terutama istri, ia memutuskan untuk mengurus keduanya. Zivanka dan baby Zi tak pernah absen untuk terus berada di balik kerja keras Azkio. Melangitkan doa menjadi salah satu kekutan Zivanka dalam mendukung suami.Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan. (HR. Tirmidzi). "Sayang, nanti pulang agak telat, ya!""Oh iya, sekarang hari Jumat."Setiap hari Jumat sore, Azkio ada jadwal mengisi pengajian. Mereka menyebutnya 'Liko'. Jadi sebuah pengajian dengan lingkup kecil. Terdiri dari beberapa kelompok. Kebetulan, ia jadi salah satu murobbinya. Murobbi itu adalah guru, tapi lebih spesifik. Mendidik orang sedemikian rupa agar lebih berakhlak dan berilmu. Tentu dalam kajiannya, sebagai besar ilmu agama yang disampaikan."Eh, lupa
Seminggu pasca kepergian Mala, Zivanka janjian dengan Nia. Mau ikut membantu membereskan barang-barang almarhumah di kontrakannya. Baby Zi tak dibawa, sengaja dititipkan kepada Mira."Masya Allah, ini beneran kamu?" Zivanka mengerjapkan bola mata."Iya, ini gue. Gimana cantik nggak?""Masya Allah, Alhamdulillah, Nia!" Zivanka berseru, lalu memeluk teman yang kini jadi sefrekuensi, berhijab."Doakan ya, moga gue Istiqomah.""Amin."Dalam hati Zivanka berdoa panjang sekali buat Nia. Ia berharap Allah menerima taubat juga mempermudah jalan hijrahnya."Ya udah, kita masuk, yuk!"Mereka lekas melangkah ke dalam kontrakan Mala."Ya ampun, ini berantakan banget." Komentar Zivanka."Iya. Padahal si Mala biasanya rapi banget.""Ini kek bekas orang berantem. Bener nggak, sih?""Hu uh, bener. Pasti pacar si Mala marah-marah saat diminta pertanggungjawaban.""Huh, dasar l*knat!"
MIB-42Hari ini dikejutkan dengan pemberitaan viral tentang pasangan Azkio dan Zivanka. Zivanka tentu panik. Sungguh sangat menyesal jika suami kena imbas lagi akibat kehidupan di masa lalunya."Honey, apa netizen menyalahkan kamu? Kasus apa, hah? Kejelekan ku yang mana?" Zivanka mencecar."Tenang, Sayang.""Gimana aku bisa tenang, jika kamu kenapa-kenapa gegara aku." Air mata sudah merebak mendesak ingin keluar.Azkio lekas memerlihatkan pemberitaan yang viral tersebut. Ia mengulas senyum seraya mencubit gemas pipi istri.Zivanka menyeka air mata cepat. Matanya kian melebar tatkala menonton video demi video di sebuah situs.Ternyata teman yang bertabrakan tak sengaja di Mall tempo hari menjadi awal sumber pemberitaan."Gue salut banget sama ratu joget kita yang kini sudah hijrah. Gue lebih salut lagi sama sosok suaminya karena sudah menerima apa adanya. Terlihat suami Ziva sangat menjaga dan sayang. Gue jadi ir
Azkio kemudian berlalu ke kamar mandi untuk mengguyur diri. Berharap suhu panas akibat gejolak tak tuntas bisa mereda. Sebab, sejatinya bukan hanya Zivanka yang sudah sangat terpancing.Zivanka sendiri memberenggut. Ia mencoba mengingat-ingat apa kesalahannya hari ini? Teringatlah saat tadi terciduk sedang mengintip Arfan. "Honey ...," panggil Zivanka begitu Azkio selesai mandi."Apa?" sahutnya ketus."Maafkan aku," sesalnya yang hendak memeluk."Stop! Saya sudah berwudhu." Azkio gegas mengambil pakaian dari lemari.Zivanka pun urung, tetapi masih tetap mengekor."Honey, dimaafkan nggak?""Saya mau sholat dulu. Kamu nggak sholat?""Ya udah, tunggu dulu! Aku mau wudhu."Sepasang suami istri melaksanakan sholat malam bersama. Sekarang, sudah tak pernah lagi ada drama ketiduran saat menunaikannya. Karena Zivanka sudah terbiasa terbangun sendiri di jam-jam sepertiga malam.Usai sholat hat
MIB 41Meski tak melotot, nyatanya tatapan tajam Azkio selalu berhasil membuat Zivanka tak berkutik. Tidak mau terlibat perang dingin rumah tangga, ketiga anak panti lekas pergi.Tanpa bicara, Azkio menyeret Zivanka masuk ke ruang tamu. Wajah kesalnya diseting seramah mungkin."Assalamualaikum " Azkio mengucapkan salam dengan senyum mengembang sebagai tanda menyambut teman lama."Waalaikumsalam. Ya, Allah ... Kio!" Si tamu berseru. Kemudian mereka saling salaman dan pelukan. "Oya, kenalan ini istri saya.""Arfan." Si tamu mengulurkan tangan."Yuki Kato," balas Zivanka hendak menyambut uluran tangan tersebut, tetapi, Azkio lebih dulu menepisnya."Bukan mahram." "Eh, iya." "Istri kamu ternyata senang bercanda, ya?""Iya, Zivanka emang seperti itu.""Oh, namanya Zivanka. Nama yang bagus," puji Arfan basa-basi.Zivanka sendiri malah tersipu dan kecentilan."Iya, ka