Home / Romansa / ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA / BAB 3_ISTRI BERCADARKU BISA MENYETIR?

Share

BAB 3_ISTRI BERCADARKU BISA MENYETIR?

Author: Rora Aurora
last update Last Updated: 2023-01-13 04:54:15

Yudha mengetuk pintu kamar Luna dan kali ini lebih kencang. Sedari ketukan pertama, tidak ada respon dari dalam. Laki-laki itu mengigit bibir bawahnya, berencana kembali lagi ke kamar. Gadis bercadar itu pasti sudah tidur.

Bagaimana Yudha bisa melewati malam ini dengan rasa penasaran yang mulai menjalar di hatinya?

Tiba-tiba suara pintu terbuka. Refleks Yudha membalik badan. Tampak Luna masih dengan cadar pengantin. Bedanya, pakaiannya sekarang berwarna hitam lagi. Warna yang menjadi ciri khas gadis itu.

"Anu ... aku ingin ...."

'Sial!'

Hati Yudha mengumpat dirinya sendiri. Mengapa dia harus gugup? Laki-laki berambut lurus cepak itu memangku kedua tangannya di paha. Celingak-celinguk tak jelas.

Tampak Luna mengernyitkan alis. Di mata Yudha, gadis bercadar itu sekarang terlihat menarik. Kedua manik mata biru milik gadis itu seperti menghipnotis secara perlahan.

"Ingin apa, Mas?" suara Luna mendayu.

"Makan. Yah. Aku lapar. Mbak juga kan? Sekarang kan masih jam sepuluh. Pasti Mbak lapar juga. Kita terakhir makan tadi jam enam sore," kilah Yudha mencari alasan.

"Jam segini terlalu larut buatku, Mas. Tapi kalau kamu mau, aku bisa menemanimu makan."

Yudha menyunggingkan senyum terpaksa. Lagi-lagi kalimat itu keluar, 'kalau kamu mau'. Yudha benar-benar merasa kesal mendengar Luna mengucapkan kalimat itu.

"Baiklah. Tak apa. Istirahat. Aku bisa makan sendiri," jawab Yudha dengan nada datar.

Luna hanya mengangguk lalu menutup pintu.

"Oh Tuhan. Apa dia terbuat dari es? Dingin bagai es batu," gerutu Yudha melangkah gontai.

Yudha membuka tudung saji.

"Aku harus makan banyak agar memiliki tenaga untuk menahan ujian hidup," dumel Yudha meraih hidangan yang tersaji.

Sesuap demi sesuap laki-laki itu melahap nasi dengan lauk ayam goreng teriyaki kesukaannnya. Tiba-tiba Luna muncul, berjalan dan mengambil air minum di dispenser yang tak jauh dari Yudha. Gadis itu mengangkat penutup wajahnya lalu menutup gelas itu dengan cadarnya. Telinga Yudha bisa mendengar tegukan dari mulut Luna. Rupanya wanita itu sangat kehausan. Yudha hanya melongo, tak tahu harus menyapa atau tidak. Tanpa melihat suaminya, apalagi menegur, Luna pun kembali.

"Apa aku ini makhluk astral yang kasat mata? Sebagai istri, dia tak pantas mengabaikanku! Aku harus segera mengajarinya. Kali ini tak boleh lemah. Sebagai seorang suami, aku harus punya power!" oceh Yudha bertekad dengan wajah sangat serius.

Esoknya, Yudha mengajak Luna mengunjungi mall. Mereka mendapatkan voucher belanja sebagai hadiah pernikahan.

"Kenapa Mbak tidak mengambil yang Mbak mau? Mbak tak perlu sungkan. Apa Mbak tak tahu, aku adalah pemilik sebuah perusahaan besar?" tanya Yudha berlagak sembari menyetir. Mereka sedang dalam perjalanan pulang.

"Iya, aku tahu, PT. Yudhastara tbk yang bergerak di bidang ekspor rempah-rempah kan?"

Yudha mengangguk bangga. Ia yakin, pastilah perusahaannya terkenal di mana-mana.

"Sebelumnya, apa Mbak pernah bekerja?" tanya Yudha mencoba mengulik informasi.

Gadis bercadar itu mengangguk.

"Kerja apa?" tanya Yudha penasaran.

"Hanya jual online dari rumah, produk makanan," jawab Luna datar.

Giliran Yudha yang mengangguk dengan ekspresi menahan rasa kesal.

'Apa kakek tak salah pilih? Sepertinya tua bangka itu menaruh benci padaku sebab sering mencuri uangnya dulu ketika kuliah' omel Yudha dalam hati.

"Kenapa, Mas?" tanya Luna membuyarkan pikiran suaminya.

"Tidak apa-apa," jawab Yudha dingin.

"Setelah pernikahan kita berakhir, aku janji akan tetap menafkahi Mbak Luna," lanjut Yudha yakin.

"Tak perlu, Mas."

"Jangan sungkan. Uangku tak akan habis kalau sekedar memberikan mantan istri ala kadarnya. Aku tak ingin jadi gunjingan, menelantarkan wanita yang lemah," papar Yudha.

Gadis bercadar itu hanya diam.

'Apa dia tersinggung? Ah ... aku tak peduli. Jangan-jangan kakekku memungutnya dari desa' gerutu hati Yudha mencuri pandang pada Luna.

Yudha menghela napas dan fokus menyetir. Tiba-tiba mobilnya tersentak-sentak. Seketika Yudha panik lalu berhenti di pinggir kiri jalan.

Booooom!!!

Yudha menendang ban mobilnya dengan kesal. Mengapa bisa kempes tiba-tiba? Padahal, dia rajin merawatnya.

"Bajing*n! Siapa yang merusak mobilku?!" umpat Yudha dengan wajah merah padam.

Yudha merogoh ponselnya dan makin marah. Sedari tadi, ia terus menghubungi montir yang biasa menservis mobilnya. Sayang, tak ada tanggapan. Luna turun. Yudha tahu, gadis itu sedari tadi memperhatikannya yang sedang memaki keadaan.

"Masuk lagi, Mbak. Tak ada gunanya kamu keluar!" perintah Yudha sambil mencoba berpikir solusi yang bisa dia lakukan selain terus menghubungi montir itu.

Gadis bercadar itu seolah tidak mendengarkannya.

Luna justru berkata, "Bukannya ada ban cadangan di belakang? Aku lihat, peralatan juga lengkap."

"Ya begitu. Biasanya aku menghubungi montir langgananku, tapi saat ini mungkin dia sibuk di bengkel."

"Oh," jawab Luna singkat.

Gadis bercadar itu langsung mengikat ujung gamisnya. Ia memilin kain itu sehingga betisnya yang menggunakan leging hitam terlihat jelas. Luna bergegas menuju belakang, membuka cap belakang mobil lalu menarik kencang ban mobil cadangan. Dengan lincah, gadis itu menggelindingkan ban. Meskipun masih terheran-heran, Yudha mendekat.

"Mbak! Kamu tidak sedang main-main kan?"

"Tolong nyalakan lampu tanda!" perintah Luna mengabaikan pertanyaan suaminya.

Walau tak yakin, tetap saja Yudha melakukan perintah istrinya. Luna lalu mengambil dongkrak mobil dan kunci roda. Tangannya yang terlihat putih bersih kontras dengan alat-alat itu. Perlahan ia mengendurkan baut ban mobil yang kempes lalu dengan kekuatan penuh, Luna memasang dongkrak mobil. Dengan cepat, dia melepaskan ban yang kempes itu dengan sempurna lalu memasang ban yang baru.

Yudha menganga, melongo keheranan bercampur rasa kaget yang luar biasa. Dia seperti kehilangan akal melihat aksi wanita yang baru dinikahinya itu. Bagaimana bisa Luna melakukan itu semua? Belum habis rasa kaget Yudha, istrinya itu pun menghidupkan mobil lalu bergerak maju mundur sambil memastikan ban itu terpasang dengan baik.

'Selain mengganti ban mobil, istri bercadarku bisa menyetir?!' pekik batin Yudha tak percaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
siti fauziah
power of Luna ... terlalu menyepelekan istrimu kau Yudha
goodnovel comment avatar
Neneng Maryanti
keren ceritanya
goodnovel comment avatar
Maya Dhamayanti
Kerennnn my angel........ Yudha kalah kuat........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   ENDING

    Kini villa itu sudah sepi, bahkan tempat sesepi itu tidak memiliki penjaga. Aleksei mondar-mandir tak karuan. Sedari tadi dia berusaha sibuk, merapikan hal yang remeh temeh padahal penjaga catring sudah merapikan semuanya. Sumpah demi apa pun, jantungnya dari tadi berdegup kencang seperti ditabuh keras-keras. Ia mencari apa lagi yang dia bisa kerjakan asal tidak masuk ke dalam kamar itu. Bahkan melihat ke arah pintu kamar saja dia tidak sanggup karena dia tahu, di dalam sana ada seseorang yang menjadi pujaannya seumur hidup. "Sial, aku harus apa lagi?!" Aleksei melihat jam dinding, dan terlihat sudah jam dua dini hari. Semua sudah rapi, sudah pada di tempatnya. Pria itu kembali mondar mandir. Menyesal dia menyimpan laptop dan ponselnya di kamar tempat Luna berada. "Ya, aku tahu," ucap Aleksei sendirian membuka laci dan membungkuk mencari gunting tanaman dan sabit. "Aku bersihkan taman saja," desisnya mantap. Crinnnng!!! Kedua benda itu jatuh karena pria itu terkejut luar biasa seba

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 127_ABANG dan ADIK

    "Maaf, aku mengganggu waktumu," ucap Yudha di depan Aleksei yang memperbaiki posisi kacamata hitamnya. Mereka bertemu di sebuah cafe di pinggir pantai. Ombak di sore hari terlihat lebih besar. "Tidak masalah. Maaf juga aku harus membuatmu menunggu. Aku benar-benar harus meeting tadi."Yudha tersenyum lalu menegak kopinya. Ia mengeluarkan rokok dan menyodorkannya pada Aleksei. "Rokok favoritmu," ucap Yudha menawarkan namun yang cukup membuat Aleksei terkejut, Yudha pun menyalakan putung rokok itu untuk dirinya sendiri. "Sejak kapan kau merokok?""Sejak tidak ada paru-paru lain yang kujaga," jawab Yudha santai menyesap asap. Aleksei hanya menoleh lalu membuang wajah, memilih menatap ombak yang berdebur. "Kau pasti tidak merokok lagi sekarang, karena ada paru-paru lain yang kau jaga, bukan?" lanjut Yudha. Aleksei kebingungan dan salah tingkah. Ia meraih rokok itu lalu akan membakarnya. Yudha menahan tangan pria itu. "Tidak perlu. Its oke. Aku tahu, kau tidak merokok lagi sejak operas

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 126_PERJANJIAN

    Aleksei merasa seperti sedang diguyur berton-ton tumpukan bunga. Harum, lembut tapi terlalu banyak. Ia tidak bisa bernapas. Pria itu melihat ke bawah, ke samping, bahkan ia harus mendongak ke atas untuk mencari udara. Tak .... Tak .... Langkah Luna mendekat, dan itu membuat Aleksei refleks mundur. Wanita itu justru tersenyum melihat ekspresi Aleksei sekaget itu. "Jangan main-main kamu, Angel. Kita sudah berumur, jangan bicara yang tidak-tidak," ucap Aleksei mengusap wajahnya. "Kenapa memangnya? Kalau kita bersama terus, tanpa ada hal yang urgent, jatuhnya fitnah, lo!""Untuk bertemu denganmu meski hanya satu menit, itu sudah ranah urgent."Luna berhenti dan justru menutup mulutnya tertawa. "Ya sudah, mari kita menikah supaya tiap menit bisa bertemu," goda Luna. "Memang pandai sekali kamu mempermainkan hati," ucap Aleksei menghembuskan kasar napasnya. "Jadi kau menolakku? Tak ingin menikahiku?""Eiih?!"Aleksei hanya melongo. Dia seperti tidak menapak lagi di bumi mendengar ucap

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 125_DEBARAN

    Dua minggu kemudian .... "Katakan padaku, kenapa Angel tidak pernah datang mengunjungiku?" tanya Aleksei ketika Daniel sedang memeriksa tensi darahnya. "Syukurlah, semuanya berjalan lancar dan kondisi Anda juga semakin baik, Tuan.""Jangan alihkan pembicaraan, katakan kemana Angel? Apa dia baik-baik saja?" "Ya, Nyonya Angel baik-baik saja. Jika transplantasi Anda berhasil, Anda akan bisa melihatnya lagi meski mungkin tidak seterang penglihatan Anda sebelumnya.""Aku lega dia baik-baik saja. Tapi kenapa dia tidak mendatangiku sejak aku operasi? Wanita itu," gerutu Aleksei mengelus perban di matanya. "Perban Anda sudah bisa dibuka. Apa Anda siap?""Tolong panggilkan aku Angel, saat mataku terbuka, aku ingin melihat dia pertama kali."Dokter Daniel terenyuh mendengar semua ucapan Aleksei. Jelas sekali dari getaran suara pria itu, Aleksei benar-benar sangat mencintai sosok Angel Gracelia. "Maaf, Tuan. Nyonya Angel belum bisa menemui Anda kemari. Tapi tidak masalah, Anda yang bisa mene

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 124_KEPUTUSAN

    "Bagaimana keadaannya?" tanya Luna dengan wajah tegang. "Selama Anda pergi, kami sudah tiga kali menyuntikkan obat penahan rasa sakit dan antibiotik.""Suntikan cairan ini pada bahu Aleksei."Luna menyerahkan tabung itu pada dokter Daniel. Pria itu melihat benda yang di tangannya itu lamat-lamat. "Cairan apa ini? Dingin sekali sampai menembus tulang.""Penawar racun itu. Cepat suntikan sekarang, Daniel."Dokter Daniel mengangguk dan matanya menangkap keberadaan Farid yang sedang dibersihkan lukanya. Nampak luka itu jauh lebih segar, tidak bengkak lagi dan tidak hitam. Sudah seperti daging biasa. "Bagaimana itu terjadi?""Racun dan penawar itu diciptakan oleh sosok yang paling hebat. Sudah, suntikan segera dan agar kau tenang kembali bekerja."Tak menunggu lagi, dokter yang berpostur tinggi itu langsung bergegas menuju ruang perawatan Aleksei. "Siapa?! Angel, kau kah itu?" tanya Aleksei terkejut saat terdengar suara pintu terbuka. "Bukan, Tuan. Saya, Daniel. Bagaimana perasaan Anda

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 123_MENGHILANGKAN EGO

    Helena menggeleng sembari menutup mulutnya yang sudah tertutup cadar. "Helena! Berikan sandi itu! Kasihan putraku kesakitan seperti itu. Apa pun yang kau inginkan dariku, aku akan memberikannya!"Helena terus menggeleng dan membuat Luna semakin putus asa. Gadis itu justru mundur, mundur dan berbalik arah, seperti melarikan diri. Kakinya berlari sangat kencang masuk ke dalam rumahnya. "Helena! Helena!!!" teriak Luna sekencang-kencangnya. Wanita itu sampai memukul tanah tempatnya mengesot hingga kotor pakaiannya. Berdentam tanah itu karena amukan Luna. Suara tangisan Luna menyeruak penuh ketakutan dan kemarahan. "Wanita sialan! Awas kau! Akan kumakan kau hidup-hidup!" seru Eldor sudah berdiri akan mengejar Helena tapi langkahnya tertahan melihat Farid muntah darah. Silsilia sedari tadi menahan pemuda itu agar tidak terlalu mengamuk sebab banyak juga pot bunga, dan batu di sekitar tempat itu. "Oooh demi leluhur Razoore! Aaah sial!" Eldor memukul kosong di udara. Urat-urat tangannya ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status