POV FIDELYA❤️❤️❤️Setelah lima tahun menikah dan setelah kedatangan Anjani di rumah ini. Tiba-tiba saja Mas Nuka mengizinkan aku untuk hamil.Wow. Amazing. Apa yang sudah Anjani lakukan dan berikan sehingga bisa membuat seorang Mas Nuka berubah pikiran?Mas Nuka bukan orang yang tanpa pendirian. Masa lalunya sebagai anak yang tidak diinginkan, menjadikan dendam yang mendarah daging bagi Mas Nuka."Mas mencintaimu, Fi! Tapi Mas tidak menginginkan anak dari pernikahan kita ini, Fi. Apa kamu bersedia menuruti, jika Mas meminta kamu untuk memakai kontrasepsi dan tidak mengizinkanmu untuk hamil?"Aku masih ingat kata-kata itu. Selalu ingat. Kata-kata yang Mas Nuka ucapkan saat malam pertama pernikahan lima tahun yang lalu. Saat aku akan memberikan seutuhnya jiwa dan raga pada Mas Nuka. Saat itu pula Mas Nuka sudah mempersiapkan kontrasepsi untukku juga dirinya."Ke—ken—pa, Mas? Kenapa aku tidak boleh menjalani kodratku untuk hamil, Mas?" Aku bertanya ragu malam itu.Mas Nuka mendengkus. D
POV FIDELYA❤️❤️❤️Aku termenung. Berpikir sejenak. Setiap kamar di rumah ini dipasang alat peredam suara. Andai aku menempelkan telinga di pintu kamar Anjani. Mustahil bisa mendengar suara dari balik pintu ini.Aku menengadah. Tidak ada celah sedikit pun. Pintu kamar Anjani tertutup rapat. Kamar yang ditempati Anjani tidak dipasang jendela. Susah untuk mencari petunjuk.Akhirnya kuputuskan kembali ke kamarku. Mondar-mandir di dalam kamar. Sia-sia rasanya aku terjaga hingga tengah malam begini. Tapi tidak mendapat petunjuk sedikit pun. Ayolah, Fidelya! Come on! Berpikirlah! Apa yang bisa dilakukan malam ini?"Aarghh!" Aku mengacak rambutku kesal. Lantas beranjak naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuh.Buntu. Otakku tidak bisa berpikir apa-apa. Aku memukuli jidat dengan kepalan tanganku. Aku memejam. Apa aku harus nekat? Agar bisa menyelinap ke kamar Anjani tanpa ketahuan Mas Nuka?Malam ini kuputuskan tidur. Besok biar kucoba cara lain.***Aku menyiapkan piring sarapan seperti bia
Mas Nuka menutup laptopnya. Lalu menaruhnya di meja samping beserta mapnya."Fi, maaf! Mas barusan harus periksa laporan akhir bulan!" ujarnya seraya tersenyum.Begitulah suamiku. Dia selalu fokus dalam mengerjakan sesuatu. Lantas ku ambil gelas di atas meja di hadapanku.“Iya, gak papa. Aku sudah biasa. Minum dulu, Mas!” Aku menyodorkan gelas berisi susu jahe yang mulai hangat.Mas Nuka menerima dan meminumnya hingga setengah gelas. Aku menopang dagu. Memperhatikan Mas Nuka yang ada di sampingku. Dia sempurna di mataku. Hanya saja, hidupnya dipenuhi ambisi dan dendam.Mas Nuka meletakkan gelas kembali di atas meja. Lalu tangannya meraih bahuku hingga aku bersandar di dada bidangnya. Aku merasakan kecupan di pucuk kepalaku.“Pabrik semakin banyak orderannya, Mas?" tanyaku."Ya seperti yang kamu lihat, Fi! Bulan depan Mas akan melunasi sisa pembayaran dari rumah yang akan ditempati Anjani," balasnya."Oh ya? Mas, tapi aku nggak keberatan satu atap dengan Anjani seperti sekarang. Apa ng
ISTRI KEDUAKUPOV FIDELYA❤️❤️❤️"TIDAAAAK!!"Aku terlonjak bangun dengan nafas tersengal. Meraba-raba leher. Baik-baik saja. Aku menyeka dahi yang ternyata berkeringat. Lantas mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar ini."Aarrghh … mimpi lagi," gumamku sendiri.Aku memeluk lutut. Sembari mengatur nafas yang memburu agar lebih tenang. Mimpi lagi. Mimpi yang terasa begitu nyata.Makhluk bergaun hitam yang tingginya hingga langit-langit kamar dengan rambut panjang kusut. Tangannya kuruas dan panjang mencekik leherku begitu kuat. Hingga nafasku sesak. Cekikan itu rasanya nyata di leherku.Aku menutup wajah dengan kedua tangan. Astaga. Mimpi buruk dicekik kuntilanak. Ini sudah ketiga kalinya. Setelah malam kemarin. Aku juga bermimpi kuntilanak itu turun dari langit-langit kamar dan menampakkan wajahnya begitu dekat di wajahku membuatku terbangun dari tidur.Tiga malam berturut-turut aku mengalami mimpi aneh yang terasa nyata. Kenapa jadi begini? Kenapa tiba-tiba aku jadi sering berm
"Bu, ini jambunya." Pak Yanto sudah ada di belakangku dengan kresek berisi jambu di tangannya."Oh, iya, Pak. Taruh saja di meja situ. Minta tolong ambilkan sekop kecil sama kresek agak besar, di pos ada?""Ada, ada, Bu. Sebentar!" Pak Yanto berjalan ke teras rumah dan meletakkan kresek berisi jambu di atas meja kecil yang diapit dua kursi.Sembari menunggu Pak Yanto, aku mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh. Sudah lama aku tidak mengurus taman ini. Pak Yanto sudah kembali dengan sekop dan kresek di tangannya dan menyerahkan padaku.Aku akan memindahkan tanaman aglaonema ini dari potnya. Aku mulai menggali tanah dengan sekop untuk tempat baru aglaonema ini. Saat tengah menggali, ada sesuatu terlempar oleh sekop yang aku gunakan.Aku menghentikan aktivitasku. Apa itu? Seperti kain putih tapi lusuh karena terpendam tanah. Aku mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Aku membolak-balik kain yang kini ada di tanganku. Kain apa ini? Kenapa bisa dipendam di sini? Karena penasaran, aku lal
ISTRI KEDUAKUPOV NUKA❤️❤️❤️Aku pulang ke rumah saat jam makan siang. Karena Bibi mengabarkan Fidelya sakit. Turun dari mobil aku tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar.Aku berjongkok di pinggir ranjang. Fidelya pucat sekali. Tubuhnya meringkuk dalam selimut. "Fi, kamu kenapa?" tanyaku panik.Fidelya hanya menggeleng lemah. Aku meraba-raba dahi dan lehernya, ternyata panas. Padahal saat tadi aku berangkat, Fidelya baik-baik saja."Hooeekk!" Fidelya menutup mulut. Menyingkap selimut dengan cepat dan masuk ke kamar mandi. "Hooekk … hoeekk!"Dari sini terdengar suara Fidelya seperti muntah-muntah. Aku menyusulnya ke dalam kamar mandi. Fidelya sedang membungkukkan badannya di bak wastafel dengan kran air yang menyala."Huuekk … hueekk!!" Lagi-lagi Fidelya mual. Tapi tidak ada yang dimuntahkannya.Aku membantu mengurut leher belakangnya. "Huuekk!!" Fidelya kembali mual. Tapi tidak memuntahkan apa-apa. Fidelya lalu mencuci mulutnya dengan air dan menegakkan badannya. Memperlihatkan bibirnya
"Den, bagaimana keadaan Nyonya?" Bi Marni yang tengah menyiapkan makan malamku, menanyakan kondisi Fidelya."Sudah tidur, Bi.""Nyonya sakit apa, Den?""Nggak ada sakit, Bi. Fidelya nggak punya riwayat penyakit lambung selama ini. Alergi atau keracunan makanan juga nggak, Bi."Jam enam sore tadi, Fidelya diperiksa dokter kepercayaanku. Dokter yang biasa aku panggil ke rumah. Menurut pemeriksaannya, Fidelya tidak sakit apa-apa.Karena permintaannya juga, Fidelya tidur dibawah pengaruh obat tidur. Karena jika tidak begitu, Fidelya tidak bisa tidur nyenyak karena rasa mual yang terus dirasakannya."Ini, Den." Bi Marni mengangsurkan piring yang sudah berisi nasi serta lauknya di hadapanku. Lantas Bi Marni pamit ke dapur.Tiba-tiba Anjani masuk ke ruang makan dan ikut duduk di kursi meja makan. Matanya menelusuri menu makanan yang terhidang malam ini. Sementara, aku belum memulai aktivitas makanku.Bi Marni yang keluar dari arah dapur dan melewati ruang makan, menghentikan langkahnya. Bi M
ISTRI KEDUAKUPOV FIDELYA❤️❤️❤️Aku duduk bersandar di tempat tidur. Mas Nuka baru selesai membersihkan dirinya. Dia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya.Aku menatapnya dari sini. Rasa penasaranku, berlomba ingin mengetahui, apa yang Mas Nuka sembunyikan dariku. Siapa sebenarnya maduku, Anjani.Apa dia memiliki kelainan? Karena jika manusia waras. Kurasa tidak mungkin dia melakukan hal menjijikan seperti kemarin.Setelah semalaman tidur di bawah pengaruh obat. Hari ini, kondisiku lumayan membaik. Meski ingatan tentang kelakuan Anjani kemarin masih sering melintas.Setidaknya pagi ini rasa mual yang menderaku mulai berkurang. Dan aku harus mengendalikan diri agar pikiranku teralihkan, untuk tidak mengingatnya.Tidurku lagi-lagi terbangun karena mimpi kuntilanak. Mimpi yang entah kenapa terasa begitu nyata. Dan mimpi itu datang berturut-turut.Ini tidak boleh dibiarkan. Aku akan menghubungi Mas Lukman secepatnya nanti."Fi, kamu sudah membaik?" Mas Nuka tel