Home / Romansa / ISTRI RAHASIA DOSEN MUDA / CHAPTER 02 (bagian 01)

Share

CHAPTER 02 (bagian 01)

Author: Nanasshi
last update Last Updated: 2025-07-30 15:44:08

Januari, 2018, Hari Kepindahan

Gadis kecil dengan cepol yang tinggi itu menggerutu pelan. Kakinya dihentak-hentak kasar ke jalanan saat tangannya sibuk membawa sebuah boneka beruang besar. Di sampingnya, sang ibu menatap dengan helaan napas panjang. Tidak ingin memperkeruh suasana, membiarkan rajukan-rajukan itu bagai angin lalu.

Satu demi satu, barang-barang itu telah berhasil masuk ke dalam rumah. Memenuhi setiap sudut, berantakan. Dua orang dewasa itu tidak langsung membenahinya, asik dengan segelas es teh sambil membiarkan kaki mereka selonjoran di lantai.

"Nona manis, nggak tertarik dengan ice tea ini, kah?"

Laki-laki berbadan tambun itu, menggoyang-goyangkan gelas es-nya. Ia juga membiarkan gelas itu menyentuh pipi si gadis kecil yang dibalas dengan rengekan ketus.

"Kenapa sih, nona manis?" Ia mendekat, meletakkan gelas es-nya di atas meja. "Nggak suka rumahnya?"

Gadis kecil dengan cepol tinggi itu menoleh sekaligus mencebik. Matanya nanar, hampir tumpah ruah isinya. "Bukan nggak suka rumahnya," rengeknya sambil terisak. Ia menundukkan wajah. "Aku cuma nggak suka pindah ke sekolah baru dan harus cari teman lagi."

Laki-laki berbadan tambun itu menoleh pada istrinya lantas keduanya saling bersitatap. Mereka tidak menyangka, keputusannya untuk pindah membuat perasaan sang putri sedih. Padahal tujuan mereka jelas baik. Pindah ke rumah yang lebih bagus dengan lingkungan yang lebih baik adalah demi kebaikan si nona manis sendiri.

"Kyra 'kan pandai bergaul dan berteman. Pasti tidak akan sulit menemukan teman-teman baru."

Gadis kecil itu masih diam saja. Membiarkan air matanya sibuk merebak. Lalu laki-laki berbadan tambun itu, mengusap pipi basahnya dengan ibu jari.

"Nona manis jangan bersedih. Semuanya akan baik-baik saja. Nona manis pandai bergaul, pintar di sekolah dan punya senyuman yang cantik. Siapa yang tidak ingin menjadi teman nona manis, iya toh?"

Kyra mengangkat wajahnya, melihat pada binar mata kedua orang tuanya. "Beneran?"

Keduanya serempak mengangguk. "Benar. Di depan rumah kita itu rumah teman ayah. Mereka punya dua anak laki-laki. Tapi yang satu sudah besar, sudah kuliah. Tapi yang bungsu, usianya mungkin tidak jauh dari kamu. Nona manis bisa menyapa mereka kalau bertemu."

Kyra mengangguk. Ia menghentikan derai tangisannya.

Usianya memang baru 13 tahun, tapi ia sudah mengerti bahwa kepindahannya kali ini memang demi kebaikannya. Setidaknya itulah yang Kyra yakini. Oleh karena itu, Ia tidak layak merajuk seperti balita.

^^^^

Gadis kecil itu riang bersenandung sambil bermain ayunan di depan rumah. Di tangannya, sebuah es krim vanila menemani. Sesekali, ia menyapa mereka yang lewat. Dari tukang mie tektek sampai tukang sol sepatu.

Es krimnya hampir habis saat seorang laki-laki tinggi dengan kemeja yang digulung sesiku, keluar dari rumah yang ada di depannya. Gesturnya tampak kuyu dan tidak bersemangat. Ia menenteng sebuah tas berwarna hitam yang kemudian ia sampirkan di bahu.

Mereka kemudian bertemu pandang.

Kyra Aruma Wahid terlahir dengan spesialisasi bergaul yang mumpuni. Ia bisa menjadi akrab seketika hanya lewat sebuah percakapan tentang permen. Ia juga pandai bersosialisasi dengan mereka yang lebih tua walau hanya basa-basi lewat pertanyaan tentang sejarah Indonesia.

Kyra Aruma Wahid selalu disukai; seperti kata ayahnya.

Oleh karena itu, sebagai sopan santun -meski usianya baru 13 tahun- ia menyapa laki-laki dengan kemeja itu. Ia menganggukkan kepala seraya tersenyum.

Si gadis kecil yakin, tidak ada yang salah dari caranya menyapa. Ia sudah mempraktekkan itu ribuan kali dengan balasan senyuman yang sama sebagai imbalannya. Tapi sekarang ... pengecualian.

"Kok?"

Kyra bergumam heran saat laki-laki tinggi itu tampak melengos, mengabaikan sapaannya. Belum cukup sampai di situ, si laki-laki tinggi itu diam sesaat sebelum menghidupkan motornya. Memandang datar pada Kyra dan mengatakan hal yang tidak Kyra mengerti.

"Kamu jangan ajak Gio main petasan. Bahaya. Anak kecil itu belajar, bukan malah main petasan."

Lalu di tengah kebingungan yang Kyra alami, laki-laki tinggi itu berlalu menggunakan motornya.

"Siapa yang main petasan?" protes Kyra kesal. Ia mengepalkan jari-jari tangannya dan menunjukkannya pada si laki-laki tinggi yang sudah tidak terlihat lagi. "Aku baru pindah tapi sudah difitnah!"

Kyra membuang bungkus es krimnya ke tong sampah dengan kekesalan penuh. Rasanya, ia ingin memukul orang dewasa tadi yang sudah menuduhnya tanpa bukti. Bahkan bila mungkin, ia ingin meletakkan petasan itu di telapak tangannya dan meledak.

Lalu di dalam hati gadis kecil itu, ia bersumpah. Tidak akan pernah beramah-tamah dengan laki-laki tinggi itu sekalipun ayah dan ibunya yang menyuruh.

Tidak mau.

Pokoknya Kyra tidak mau.

^^^^

Januari, 2024

Kyra dan laki-laki yang menuduhnya main petasan itu, kini sedang berhadap-hadapan. Saling memandang dengan sorot yang sengit. Tidak ada satupun di antara keduanya yang ingin mengalah. Kyra bersedekap dada, mencoba bersikap pongah. Tiba-tiba ia ingat janjinya pada diri sendiri untuk tidak bersikap ramah pada laki-laki tersebut. Apalagi dalam situasi seperti ini, dimana ia bahkan tidak bisa diajak kerja sama.

"Coba ulangi kalimatnya," pinta Kyra dengan nada yang ketus.

Ditto menghela napasnya panjang. Ia selalu merasa sudah lelah duluan setiap kali menghadapi manusia diusia 20-an. Belum juga bicara, energinya rasanya sudah terserap habis. Apalagi manusia usia 20-an ini adalah Kyra Aruma Wahid.

Si kepala batu.

"Kamu boleh membatalkan rencana pernikahan ini."

Kyra menggeleng pelan. Ia mendengus. "Kenapa harus aku?"

Ditto mengernyit. "Jadi harus aku?"

"Iya dong!" tegas Kyra.

Ditto semakin mengernyit. "Tapi 'kan kamu yang ingin rencana pernikahan ini batal."

Kyra terkekeh. "Do you love me?"

Ditto ikutan terkekeh. "Kamu gila ya?"

^^^

TO BE CONTINUED

AYO FOLLOW I* @nana.sshi_

di sana akan ada versi AU kisah mereka yang lucu dan random

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI RAHASIA DOSEN MUDA   Chapter 07 (bagian 1)

    Pemutar musik itu melantunkan suara dari Olivia Rodrigo di tengah bisu keduanya. Meramaikan dari mulut-mulut yang hanya sesekali terdengar helaan napas karena menemukan kemacetan di pagi hari, ketika aktivitas baru saja berjalan.Kyra tidak turut memperhatikan jalanan. Ia tidak mau lelah, di tengah diri yang sudah kepayahan setelah kembali dari Pulau Tidung. Apalagi hari ini, jadwal kuliahnya padat. Jadi menambah beban di kepala soal urusan macet; itu sangat tidak berguna.Sibuk tangannya menggulir ponsel, pada laman-laman sosial media. Anehnya, wangi dari parfum yang dikenakan Ditto dan tanpa sengaja terhidu olehnya ... mendistraksi isi kepala.Ia jadi ingat, di Pulau Tidung itu, parfum itu terasa sangat menyenangkan sekali. Mungkin karena memang wanginya yang segar atau karena posisinya yang terlalu berdekatan dengan si empunya parfum.Tidak tahu juga.Ia hanya merasa, apa yang terjadi sebelum pulang kemarin -sesuatu yang sepele seperti membantu menggulung celana panjangnya- kini ti

  • ISTRI RAHASIA DOSEN MUDA   Chapter 06 (bagian 2)

    Januari, 2024, Momen HoneymoonNona Anjani Ratri. Kyra benar, perempuan itu pasti perempuan yang ia lihat tiga tahun silam. Mereka seharusnya pulang dan beristirahat ketika sesi konseling itu berakhir. Tapi, suara perempuan -yang saat itu masuk ke suara pemutar musik- nampak nyaring dan girang saat mengabarkan bahwa dosen yang Ditto tunggu-tunggu berada di kampus dan menunggunya. Ditto yang senang itu, tidak bertanya padanya dan langsung membelokkan mobil menuju kampusnya. Bergegas, langkahnya tergesa dan lupa bahwa Kyra tertinggal, kebingungan sendirian.Pandangan mahasiswa itu menguliti dirinya. Membuat ia -yang sejatinya belum sepenuhnya sembuh- sedikit merasa cemas. Ia melaju lebih cepat, menyusul kemana arah Ditto berada. Lalu, ketika menyadari laki-laki itu sedang menyelesaikan urusannya dengan dosen yang terlihat sangat tua, Kyra diam. Tidak lagi mendekat. Menunggu dari jauh.Lalu ketika perkiraannya soal Ditto yang akan segera berbalik saat urusannya selesai akhirnya meleset

  • ISTRI RAHASIA DOSEN MUDA   Chapter 06 (bagian 1)

    Januari, 2021 KelabuNamanya Nona Anjani Ratri. Rambutnya sebahu, senyumnya cantik dengan lesung pipi. Saat berbicara, ia selalu terlihat anggun. Saat tertawa, ia selalu menutup mulutnya. Lalu saat jatuh cinta, pandangannya berbinar-binar, mengarah tepat pada satu orang.Kyra mungkin hanya anak berusia 16 tahun yang minim akan pengalaman asmara. Tidak, ia bukan hanya minim. Ia buta soal asmara. Karena selama ini, ia selalu menjadi anak manis bagi ayah dan ibu, lalu mewujudkan keinginan mereka untuk mulai berpacaran setelah kuliah saja. Kyra selalu menjaga janji itu.Tapi, meskipun Kyra buta asmara, ia tetap manusia yang diberikan akal dan hati oleh Tuhan. Ia bisa memilah, mana yang sorot matanya hanya kagum sesaat atau mencintai sampai mendarah daging. Dan Nona Anjani Ratri, gadis yang sepuluh tahun terpaut usia darinya, sedang mengalami yang kedua.Jatuh cinta.Sampai ke nadi-nadi.Pada satu nama, laki-laki yang kini sibuk menyetir di sampingnya.Ersya Dean Arditto."Kenapa?"Rupanya

  • ISTRI RAHASIA DOSEN MUDA   Chapter 05 (bagian 2)

    (Tolong ramaikan cerita ini dong, janji deh kalo ramai tiap hari update)****Ditto selalu menjalani hidupnya dengan baik, teratur dan disiplin. Ia melakukannya bukan karena tuntutan kedua orang tuanya. Tidak sama sekali. Mama dan papa tidak pernah memaksa Ditto untuk jadi ini, untuk jadi itu.Ditto melakukannya untuk dirinya sendiri.Lalu saat ini, ketika ia harus menjalani kehidupan rumah tangga -sandiwara- dengan perempuan yang sepuluh tahun lebih muda darinya, Ditto kelimpungan. Segalanya menjadi kacau, tidak lagi teratur.Seperti handuk yang setelah dipakai, diletakkan Kyra di tempat tidur.Atau saat Kyra melakukan sleep call dengan Ditto yang sibuk bekerja dengan laptopnya. Padahal aturan utamanya agar laki-laki itu fokus, tidak boleh ada suara-suara yang mengganggu.Oh, satu hal lagi. Karena pernikahan ini juga, ia jadi pandai berbohong. Terutama pada mamanya."Mas, sudah tidur?"Suara Kyra mengusik lamunannya. Ia yang meringkuk, membelakangi Kyra."Aku mau ngomong, Mas."Ditt

  • ISTRI RAHASIA DOSEN MUDA   Chapter 05 (bagian 1)

    "Karena kamar ayah dan ibu sengaja aku kosongin dan nggak akan pernah aku pakai lagi, jadi ...." Kyra nampak memutus ucapannya, menatap sebentar ke arah tempat tidur miliknya. Ia beralih pada Ditto sambil menggigiti ujung kuku, nampak bingung."Jadi?" Ditto memastikan ujung kalimat rumpang Kyra."Jadi Mas Ditto juga tidur di sini, tapi!" Kyra menegaskan kata tapi tersebut. "Tapi jangan berani macam-macam," tegasnya seraya mengambil dua buah guling berwarna pink, lantas meletakkannya di tengah-tengah. Membuat tempat tidur sempit itu semakin lebih sempit.Ditto mengernyit. "Itu sama saja dengan kamu nyuruh aku untuk tidur di lantai.""Siapa bilang, aku nyuruh Mas Ditto tidur di kasur kok."Ditto berdecak samar. Ia meletakkan kopernya di sudut ruangan, enggan segera membongkar dan menyusunnya di lemari pakaian yang tadi baru saja selesai dipasang. Lemari yang membuat Kyra bersungut-sungut karena kamarnya semakin penuh.Ditto duduk di kursi meja rias Kyra, memakai kacamata, menyalakan lap

  • ISTRI RAHASIA DOSEN MUDA   Chapter 04

    Lampu itu telah menyala. Mengambil rasa pengap dan sesak yang dibawa gelap beberapa menit lalu. Mengembalikan kelegaan dan sedikit rasa malu karena sisa-sisa basah di pipinya.Kyra menunduk, mencoba diam-diam menghapus jejak air matanya."Ini akan sedikit perih, jadi ... tahan."Kyra yang duduk di sofa itu, kembali menatap lurus pada eksistensi laki-laki yang sedang berjongkok di hadapannya. Tangan si laki-laki cekatan, membasuh luka sobek akibat pecahan vas bunga itu dengan alkohol. Membuat perih menguar, Kyra meringis menahan."Cuma sebentar sakitnya, tahan."Kyra masih tak menjawab. Ia membiarkan saja suasana aneh berada di sekitar mereka. Sepi dan dingin. Karena di ruang tamu itu, hanya tersisa mereka berdua kini. Mama Mona, Papa Shandi dan Gio sudah kembali ke rumah."Padahal aku bisa sendiri," ujar Kyra, sesaat setelah Ditto menyelesaikan pertolongan pertamanya dan menutup kotak obat. "Aku 'kan bukan bocah."Ditto menghela napas, bangkit dan menjauh. Ia memilih duduk di sofa yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status