Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 04. Pernikahan.

Share

Bab 04. Pernikahan.

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-10-04 03:22:50

"Silahkan masuk Pak Kyai!" Alzam mempersilahkan tamunya."Saya izin masuk sebentar."

"Lani, maaf jika aku tak memberitahumu. Kita harus menikah siri sampai kamu merasa kuat dan pergi dari rumah ini seperti keinginanmu. Seperti yang aku katakan, aku tak ingin berbuat dosa dengan tak muhrim untukmu tapi selalu melakukan kontak fisik denganmu."

"Kamu melakukan hal ini tanpa persetujuanku?" Lani sampai membulat matanya.

"Aku hanya ingin menjaga kita agar tak menjadi dosa."

Lani menggeleng.

"Tolonglah, hanya nikah siri. Setelah semuanya ghak ada masalah, aku akan menjatuhkan talak untukmu. Dan kamu bisa pergi jika itu kemauanmu."

"Tidak, Mas!"

"Jangan keras-keras, Pak Kyai sudah di sini."

"Apa? Kamu ya, bisa-bisanya kamu,.."

Alzam menbekam mulut Lani. "Nurut saja. Apa kamu tidak percaya padaku?"

"Tapi jangan menuntut yang tidak-tidak kamu."

"Contohnya?"

"Kamu bukan lagi anak kecil yang harus dijelaskan secara rinci."

"Kalau kamu yang mulai duluan?" canda Alzam dengan menyimpan senyumnya melihat reaksi Lani.

Lani memalingkan mukanya sambil mendengus kesal.

Alzam terkekeh,  lalu mengambil jilbab di dalam almari, yang kapan hari dibelinya sebagai baju Lani.

"Kamu pakai ini, ya? Kita mau nikah," bisiknya masih dengan mencandai Lani yang terlihat sewot.

"Aku tidak biasa pakai jilbab."

"O, jadi kamu ghak berhijab setiap harinya?" tanya Alzam. Di keluarganya yang agamis memang tak ada yang tidak memakai hijab. Bahkan mereka memakai hijab panjang dan syar'i.

"Aku memang tidak pernah berhijab."

"Baiklah. Tetapi, ini hanya sebentar, setelah itu dapat kamu lepaskan lagi, kan kita sudah muhrim."

"Apa kamu memang seagamis itu, atau kamu hanya pura-pura alim?"

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Hanya ingin tau."

"Aku hanya ingin merawatmu sampai sembuh tanpa harus melakukan dosa. Itu saja. Bagaimana aku tidak bingung jika kamu menggigil dan aku harus memelukmu. Belum kamu ke kamar mandi harus ada yang jaga. Sedangkan Mbok Sarem tak bisa terus mengawasimu."

"Ah, aku pusing. Terserah, deh. Yang penting jangan pernah mengambil keuntungan dariku."

"Percaya aku. Sekarang kamu sudah tau maksudku kan? Siap-siap ya, calon istriku!" goda Alzam dengan sengaja membuat Lani agar tak tegang.

"Cih!' cibik Lani.

Alzam hanya menyimpan senyumnya dengan berjalan kembali ke Pak Kyai.

"Seperti yang saya katakan tadi, Pak Kyai, kalau dipakai duduk saja dia ghak kuat, jadi kita ke kamarnya saja."

"Baiklah, saya mengerti. Jika tujuanmu memang demi kebaikan, Nak, kamu telah hebat dalam melangkah. Semoga setelah ini kamu akan menemukan kebahagiaan."

"Amiin. Terimaksih, Pak Kyai."

"Mas Alzam menikahi Lani?" bisik Mbok Sarem setelah menarik tangan Alzam "bagaimana bisa ini , Mas? Mas ghak takut Abi? Bagaimana jika beliau tau kamu kini menikah? Bagaimana dengan calon Mas Alzam?"

"Ini hnya sampai Lani sembuh, Bi."

"Pernikahan macam apa itu, Mas?"

"Sudahlah, ayo!"

"Assalamualaikum!' Pak Kyai memberi salam saat Alzam membuka pintu kamar Lani.

"Kita mulai, ya, Mbak."

Sebentar Lani melihat Alzam yang memandangnya dengan menggangguk.

"Siapa namamu dan nama Ayahmu, Dhuk?"

"Saya Daulani, Pak. Wagimin nama bapak saya."

"Baiklah."

"Bismillahirrahmanirrahim! Saudara Alzam Arrazi, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan wanita bernama Daulani binti Wagimin dengan mas kawin berupa alat sholat dan cincin, dibayar tunai."

Alzam yang duduk di samping Pak Kyai, sejenak memandang Lani. Pernikahan ini hanya sebuah tujuan, namun kenapa hatinya terus berdebar kencang?

"Saya terima nikah dan kawinnya Daulani binti Wagimin dengan mas kawin tersebut di atas, dibayar tunai." Suara Alzam bergetar.

Lani yang tak luput memperhatikannya. Tiba-tiba saja, setitik airmata menetes di sudut matanya. Kenapa aku menerima ini? Kenapa hatiku berdebar seperti ini? Apa ujung dari pernikahan siri yang kujalani ini? 

"Alhamdulillah! Bagaimana saksi?"

Sah! Sah, Pak Kyai!" ucap ketiga murid Kyai Abduh dan Mbok Sarem.

Mbok Sarem sampai berembun matanya melihat kesungguhan ucapan Alzam yang juga nampak buram matanya.

"Sekarang berikan mas kawin itu."

Alzam mengambil mukena yang tadi dia beli saat ke kediaman Pak Kyai juga cincin yang berada di atasnya.

Diraihnya tangan Lani dengan bergetar. Lalu disematkannya cincin yang ternyata memang muat di jari kanan Lani. Tanpa sadar, Alzam mendaratkan ciumannya di kening Lani hinggah sontak membuat mata Lani terbelalak.

"Alhamdulillah, sudah selesai. Apapun tujuan awal kalian menikah, seperti yang diungkapkan Alzam, sekarang kalian adalah suami istri. Mudah-mudahan ada hikmah dari semua ini."

"Terimakasih, Pak!" ucap Lani dengan lirih.

Alzam kemudian mengantar Pak Kyai sampai di pintu.

"Jaga dia baik-baik, Nak. Dia telah mengalami beban yang berat dalam hidupnya," pesan Pak Kyai.  Alzam memang sudah menceritakan semuanya ke Pak Kyai yang sudah lama menjadi guru spritual Alzam itu. 

"Terimakasih, Pak!" ucap Alzam dengan menyalami Pak Kyai Abduh.

Kyai yang disegani di lingkungan mereka itu tersenyum menyejukkan. Alzam pun masuk setelah mobil yang membawa Kyai Abduh pergi.

"Lani sudah makan dan minum obat, Mbok?" tanyanya pada Mbok Sarem.

"Sudah, Mas, setelah sholat Maghrib tadi."

"Baiklah, Mbok. Terimakasih sudah menjaganya."

"Mas,.."

Alzam sampai berbalik kembali dengan panggilan Mbok Sarem. "Ada apa, Mbok?"

"Mbok, takut. Nanti keluarga Mas Alzam tau bagaimana?"

"Sudahlah, Mbok. Jangan berfikir banyak hal. Yang penting kita fokus pada kesembuhan Lani."

Mbok Sarem masih diam di tempat sambil melintir ujung bajunya. Akan ada badai besar jika abinya tau. Lindungi mereka, Ya Allah! Kasihan Lani nantinya. Dia sudah banyak menderita selama ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 383. Perjalanan

    Menjelang pagi, suasana rumah Lani dan Alzam perlahan kembali hening setelah malam penuh kebahagiaan. Namun pagi itu juga menjadi momen yang berat bagi Mira. Ia harus berpamitan. "Lani...," suara Mira lirih, menahan air mata. "Aku pamit ya. Seperti yang kita rencanakan, aku resign. Lagian, kehamilanku udah masuk tujuh bulan. Kayaknya waktunya istirahat dan fokus siapin semuanya." Lani memeluk Mira erat. "Kamu yakin? Aku belum siap kehilangan kamu, Mir. Excel juga pasti cari-cari." Alzam menghampiri dengan senyum hangat. "Tenang aja, Lani. Kita bisa sering main ke sana. Lagi pula rumah Rey juga kan deket, cuma dua jam lebih dikit. Rey juga bisa mancing di sini." Mbok Sarem menenteng tas kecil sambil mengelus perut Mira. " Mbok doakan lancar sampai lahiran. Tapi ya itu, nanti kalau kamu lahiran, Mbok boleh ke sana, kan?" Mira tertawa kecil. "Wajib, Mbok. Nggak lengkap rasanya tanpa kehadiran Mbok." Excel yang baru bisa merangkak cepat, tiba-tiba menghampiri Mira sambil menyodorkan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 382. Akhirnya

    Sore mengendap di antara sela-sela pepohonan di halaman belakang rumah Arhand yang dipenuhi harum rempah dan suara tawa. Tapi tak ada yang bisa menyaingi keharuan yang hadir hari itu.Di bawah naungan tenda sederhana berhiaskan lampu-lampu kecil, Arhand dan Agna duduk bersisian. Seorang kyai sepuh dari pesantren dekat rumah memimpin akad nikah yang syahdu, hanya dihadiri oleh keluarga, Evran, Arman, Manda, Thoriq, Salma, Elmi, Aksa, Alzam dan Lani. Tak ketinggalan, Arya dan istrinya yang kini telah berdamai dengan masa lalu.Mereka memang menggelar acara itu di halaman belakang rumah yang luas namun tertata rapi, para tamu keluarga duduk di atas tikar pandan, menyaksikan prosesi kecil yang begitu sakral. Tak ada gaun mewah, tak ada undangan bertumpuk, hanya kehadiran orang-orang terkasih yang telah menemani perjalanan panjang Arhand dan Agna.Evran duduk di sisi depan, menggenggam tangan Arman erat. Di sebelah mereka, Manda tak mampu menahan air mata saat melihat putranya berdiri teg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Selamat

    Menjelang maghrib, sebuah mobil boks putih bertuliskan nama catering ternama berhenti tepat di depan rumah Alzam. Beberapa pekerja turun dengan sigap, membongkar kotak-kotak makanan, mengangkat panci besar, dan menurunkan nampan berisi hidangan lengkap. Tak lama kemudian, satu per satu terop berdiri di halaman rumah. Warga mulai berdatangan, heran dan penasaran dengan suasana yang tiba-tiba ramai ini.Lani, yang sedang menidurkan Excel, langsung keluar begitu mendengar suara gaduh. "Mas, ini semua apa?" tanyanya dengan nada bingung.Alzam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, pura-pura tak tahu. "Aku juga baru lihat ini, Lani. Mungkin ada orang yang salah alamat?""Mas... jangan bercanda. Ini rumah kita. Lihat itu, teropnya sudah hampir jadi."Mbok Sarem yang baru saja selesai menyiapkan camilan untuk semua orang, ikut keluar dan berdiri di samping Lani. "Masya Allah, ini ada acara apa, to, Mas Zam? Kok kayak mau mantenan aja."Lani memutar-mutar ponselnya, mencoba menghubungi Mira.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Kepercayaan

    Arhand dan Agna saling berpandangan ketika suara dari ponsel membuat mereka terdiam. Arhand mengernyit, mencoba mengenali nada bicara itu—terdengar lelah, namun juga penuh tekanan."Maaf, apa benar ini nomornya Mas Arhand?""Iya. Ini saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?"Dari seberang sana, terdengar helaan napas berat sebelum suara lain, jauh lebih familiar namun dibalut amarah dan kekhawatiran, mengambil alih sambungan."Arhand! Astaghfirullah, kamu ke mana aja? Kami tunggu dari kemarin sore di Munding Wangi. Kamu ke mana? Omahmu ini udah nyaris sesak karena semua nanya kamu di mana!""Oma?" Arhand langsung berdiri, panik. Ia memutar langkah ke arah jendela, mencoba menjauh dari Agna agar percakapan lebih tenang. "Oma, maaf... aku—aku...""Apa kamu sama perempuan itu, hah? Oma bisa terima kamu memang sudah sah menurut negara, tapi menginap, satu apartemen? Ya Allah, Arhand... jangan cemari darah keluarga kita dengan aib!" Suara Oma Evran meninggi, dan di latar belakang terdengar suara M

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 379. Cobaan

    Arhand merapatkan pelukannya. Hawa malam yang sejuk dari jendela balkon tetap terasa hangat di antara mereka. Agna merebahkan kepalanya di bahu Arhand, mencoba menenangkan debaran jantungnya sendiri. Aroma parfum lembut yang ia kenali sejak dulu masih melekat di kemeja pria itu."Aku nggak nyangka... kita bisa begini," lirih Agna."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Arhand pelan, hampir seperti berbisik di telinga."Suka... Tapi takut," jawab Agna jujur."Takut kenapa?""Takut kita kelewatan. Kita bawa diri ke tempat yang terlalu nyaman, lalu kita kehilangan kendali."Arhand menarik napas panjang, tapi tak menjauh. Sebaliknya, ia justru menyentuh pipi Agna dengan lembut, menatap wajah perempuan itu dengan serius."Aku bawa kamu ke sini bukan buat itu, Agna. Aku cuma pengen kita bisa bicara dari hati ke hati, jauh dari ributnya dunia luar. Tapi aku juga manusia, aku... aku nggak bisa bohong, rasa untuk itu ada. Aku lelaki normal, di dekatmu aku seperti hilang kendali. Agna, aku,.."Agna m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Keajaiban

    "Mir, kamu kenapa?"Mira makin mengeratkan pelukannya, bahkan mencium Rey dengan begitu saayangnya. Binar ceria nampak tergambar di matanya."Mira, jangan bikin aku takut kayak gini, dong."Mira makin terkekeh dan mengajak Rey bercanda dan bermanja.Malam semakin larut ketika aroma embun mulai merambat dari sela jendela kamar yang terbuka sedikit. Lampu redup menemani keheningan malam di rumah Alzam yang kini kembali tenang setelah membahas soal keramaian resepsi siang tadi. Kamar yang biasanya hanya ditempati Mira kini terasa lebih hangat—bukan hanya karena Rey yang kini hanya di kamar, tapi juga karena kehadiran cinta yang tak terbendung di antara mereka.Rey duduk di tepi ranjang, sementara Mira bersandar di bahunya. Tangannya yang besar membelai pelan rambut istrinya, seperti mencoba menghapus kelelahan yang masih menggantung di wajah cantik itu."Kamu ngapain mandangin aku terus?" Mira melirik."Lagi jatuh cinta, Mir. Sama istri orang."Mira mencubit lengan Rey pelan. "Istrimu se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status