PoV KeylaAkhir pekan, hari yang di tunggu semua pegawai karena libur dua hari. Hari Sabtu dan Minggu. Hari Sabtu ini kugunakan untuk menemani ibu ke kampung. Rencana Juragan Hardi akan menemui ibu, melihat-lihat, dan mengukur sawah yang ibu punya. Pada mulanya aku ingin pergi berdua saja dengan ibu mengendarai mobilku tapi dengan berbagai pertimbangan aku belum terlalu lihai menyetir dan mengendarai mobil jarak jauh, akhirnya Soni memutuskan untuk menemani dan mengantarkan kami.“Semua sudah siap?” tanya Soni di depan kemudi. Aku duduk di sebelah Soni dan ibu duduk di belakang.“Sudah dong.” Aku dan ibu serempak menjawab.“Berapa lama kita akan sampai di sana?” Soni bertanya lagi dengan antusias. "Sekitar satu jam lebih," jawab ibu sambil membenarkan hijabnya yang bermotif bunga-bunga. "Soni jarang main ke desa ya?" tanyaku lagi. "Jarang banget Key, keluargaku sudah banyak yang pindah ke kota semua termasuk oma dan opaku. Makanya aku bersemangat banget mengantarkan kamu dan ibu p
Melunasi UtangPoV KeylaHari ini sesuai dengan amanah dan permintaan ibu, aku akan melunasi utang di bank. Dengan di temani Soni dan walaupun prosesnya rumit karena pihak bank pada mulanya tidak mau menerima pelunasan utang tersebut. Hingga akhirnya aku terkena denda pilnalti sebanyak tujuh persen dari utangku beserta bunganya. Aku mengabari ibu, kata ibu tidak apa-apa jika harus terkena pilnalti, yang penting utangku lunas di bank dan gajiku perbulan tetap utuh tanpa potongan tanggungan apapun.Setelah menunggu proses persetujuan sampai kepala bank harus turun tangan, akhirnya di sepakatilah bahwa hari ini utangku lunas. Jadi aku hanya setahun ini menanggung utang di bank. Tidak jadi lima belas tahun seperti perjanjian awal. Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Begitu lega, hilang semua bebanku. Berkat doa dan usaha ibu. Tentunya hidup akan tenang tanpa utang riba. Ibu pun berpesan kepadaku agar jangan sampai lagi terjerumus utang di bank atau di koperasi apala
Mau tak mau hari ini aku harus masuk kerja karena aku sudah dua kali mendapatkan surat peringatan. Sudahnya persediaan uangku habis, tapi tanggal gajian masih lama karena ini masih pertengahan bulan. Aku baru ingat aku pergi ke kantor naik apa ya? Kan mobilku sudah di sita koperasi sialan sewaktu Keyla masih istriku, dan sekarang mobilku malah di ambil Keyla. aduh, aku harus bisa merebut mobil itu lagi. Aku biasa berangkat kerja jam tujuh pagi, sedangkan Ira masuk kerja jam sembilan. Aku mau minta tolong Ira untuk mengantarkanku kerja. Tapi yang kudapati Ira masih molor! Boro-boro mau mengantarkanku ke kantor, membuatkanku sarapan saja tidak!"Ra, bangun dong. Abang mau berangkat kerja dulu nih. Anterin abang dong!" Aku membangunkan Ira yang masih mendengkur. "Hmmmm, abang ngapain sih minta tolong Ira buat nganterin. Abang kan bisa berangkat sendiri." Ira malah menggeliat manja. "Tapi kan Ira tahu sendiri. Abang nggak punya kendaraan lagi. Motor abang di sita, mobil juga di ambil
Bertemu dengan Calon MertuaPoV Author“Wa alaikumsalam," jawab seseorang dari dalam. Pintu rumah pun terbuka. Wanita paruh baya muncul dari dalam. Bi Inah, asisten rumah tangga yang sudah mengabdi selama puluhan tahun di keluarga Soni menyambut kedatangan Keyla dan Soni.“Wah den Soni tho yang datang! Kok nggak ngabarin kami?” sambut bi Inah dengan tersenyum lebar. Wah den Soni membawa siapa nih? Jangan-jangan calon den Soni ya? Ehm, ehmm.” Bi Inah menambahkan.“Soni emang sengaja bi nggak ngabarin orang rumah. Hehe iya nih, kenalkan calonnya Soni. Namanya Keyla," jawab Soni dengan bangga.“Keyla, bi.” Keyla menyalami bi Inah.“Saya bi Inah, asisten setianya den Soni," balas bi Inah dengan sumringah. “Ayu banget lho calonmu den, pinter banget den Soni milih cewek. Hehehe. Ayo masuk.” Ajak bi Inah.Mereka berjalan memasuki rumah Soni.“Kok sepi rumah sepi banget bi? Mami dan papi pada kemana?” tanya Soni dengan terheran-heran.“Ah, biasa nengokin bisnisnya. Den Soni sih nggak ngabarin
PoV KeylaAku dan Soni memasang iklan dimana-mana, secara media cetak ataupun online untuk menjual mobilku. Aku takut kalau kata-kata ibu akan menjadi kebenaran. Suatu saat bang Ardan bisa mengamuk dan mengambil paksa mobilku.Setelah beberapa minggu, akhirnya ada pesan whatsapp yang masuk bahwa dia berminat untuk membeli mobilku. Sebelum deal tentu saja dia ingin melihat dulu bagaimana kondisi mobilku. Maklum, kan aku menjual mobil seken alias mobil setengah pakai.Mbak Agni namanya, orang yang ingin membeli mobilku. Sore ini dia mampir ke rumahku. Wanita cantik yang berpenampilan kasual dan kuperkirakan umurnya di bawahku, ya mungkin hampir usia dua lima.“Selamat sore, bisa saya berbicara dengan mbak Keyla?” tanya wanita itu dengan ramah.Aku yang duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi cappuccino hangat dan membaca majalah wanita menghampirinya.“Selamat sore, ya dengan saya sendiri," jawabku seraya menyalaminya. “Mbak Agni kan ini yang mau melihat-lihat mobil yang akan say
Bang Ardan mau berangkat ke kantor, dia membangunkanku untuk mengantarkannya kerja. Uh malas sekali aku, karena malam tadi aku baru saja lembur. Jam sebelas malam aku baru pulang. Sedangkan bang Ardan jam setengah tujuh pagi sudah membangunkanku! Langsung saja kutolak kemauannya untuk mengantarkannya kerja! Mengganggu orang tidur saja tahu! Tidak mengerti kah dia kalau aku masih bekerja juga walau dalam keadaan mengandung! Biar saja sana dia mau jalan kaki berangkat ke kantor, aku tak peduli! Suruh siapa mobilnya bisa di sita Keyla. Salah dia sendiri dong nggak bisa mempertahankan. Dasar pria lemah! Apes banget sih aku bisa menikah dengan bang Ardan! Andai saja aku tidak sedang mengandung anak bang Ramon, mungkin sudah kutinggalkan saja dia! Apa mesti nanti setelah anakku lahir aku menggugat cerai dia saja ya? Coba kalian bayangkan, mana sanggup aku hidup dengan suami yang bergaji kecil dan tidak ada usaha sama sekali untuk menambah penghasilan!Siang hari ketika jam istirahat tiba, a
PoV Keyla“Ih dasar cowok nggak tahu malu, udah jelas kan di pengadilan kemarin kalau mobil ini di serahkan kepadaku. Kamu itu budeg atau pura-pura nggak denger apa!” kataku turun dari sepeda motorku sambil berkacak pinggang.“Tapi kemarin kan kita utang ke banknya bareng-bareng," jawab bang Ardan tak mau kalah. Ya siapa lagi pria gembel dengan penampilan tak terawat dan tak tahu malu itu kalau bukan bang Ardan!“Yee tapi kan uang gajiku di potong untuk membayar cicilan bank. Kamu mana pernah membantuku membayar! Kamu yang memakai dan menikmati mobilnya, aku yang susah menyicil tiap bulannya!” balasku dengan sengit.“Halah, kamu lupa ya sudah Key? Bukannya orangtuaku udah bantuin kamu buat bayar cicilan banknya?” Bang Ardan terus mencoba melawanku“Iya memang, tapi cuma dua kali aja. Bukannya itu emang kewajiban kamu untuk ikut membayar, kan kamu juga yang make. Terus pas kamu ketahuan udah nikah dengan gundikmu itu, orangtua stop sama sekali mengirimkan uang kepadaku, "kataku dengan
PoV Ira 5Bang Ardan mengajakku untuk pulang ke rumahnya, kemana lagi kalau bukan ke pondok mertua indah. Mau tak mau aku harus ikut dengannya dan tak bisa protes karena Bang Ardan sudah tidak sanggup lagi untuk membayar cicilan kontrakan. Huh, apes banget sih kehidupanku setelah menikah? Bang Ardan kok malah bangkut gini sih. Boro-boro mencari pekerjaan tambahan eh dia malah kehilangan pekerjaannya.Kami langsung berkemas malam ini juga karena kami sudah telat seminggu untuk membayar kontrakan. Soal perabotan rumah ini rencananya akan di jual Bang Ardan tapi sebelum di jual akan di angkut ke rumah mertuaku. Bertepatan dengan selesainya kami mempacking baju-baju dan barang-barang kami, pintu rumah di gedor dengan keras. Duh berisik banget sih! Siapa juga yang menggedor pintu malam-malam begini.“Duh, siapa sih yang menggedor pintu rumahku malam-malam gini! Dasar nggak tahu sopan santun! Berisik tahu!” Aku membuka pintu sambil mengumpat.Aku terbelalak kaget, Bu Nani pemilik kontrakan