Share

Luntang-Lantung

Argh.

Sejak kematian Mas Yogi aku terus saja dibayang-bayangi rasa takut. Sampai setengah gila rasanya aku berpikir di mana lagi aku akan bersembunyi? Dan bagaimana lagi aku akan bertahan hidup dengan segala kekurangan.

Akhirnya setelah aku mencoba bertahan hidup sendiri di dalam hutan, aku menyerah juga. Sebab rasa lapar dan haus yang teramat tak bisa lagi kutahan.

Bak orang gila betulan aku benar-benar luntang-lantung di jalanan, diteriaki orang stres, dijadikan lelucon, ditertawakan, dijahili dan dilempari.

Dan mirisnya, bukan hanya anak-anak yang melakukan itu, tapi orang dewasa juga.

"Ada orang gila ada orang gila."

Brak brak brak. Batu kerikil dilemparkan segerombolan anak-anak saat aku tidur di jalanan.

"Jangan wey nanti ngamuk, ayo kabur," kata seorang anak lagi.

Mereka lalu pergi bahkan sebelum aku bangun dari kardus yang kujadikan alas tidur itu.

Sialan. Aku tak pernah menyangka hidup jalanan akan sama susahnya, aku pikir setelah aku kabur dari hutan aku bisa mencari makana
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status